KIAT MENUNTUT ILMU MENURUT ALFIYAH IBNU MALIK

103 8 2
                                    



وغيره معرفة كهم وذي # وهند وابنى والغلام والذى

      Selain isim nakiroh, dinamakan sebagai isim ma’rifat  dan isim ma’rifat itu ada 6 macam, yaitu:
1. Isim dlomir
2. Isim isyaroh
3. Isim 'alam
4. Isim yang dimudlofkan pada salah satu isim ma’rifat yang telah disebutkan
5. Isim yang dima’rifatkan dengan ال
6. Isim maushul.
       Syair itu terkesan hanya menjelaskan tentang isim-isim ma'rifat. Padahal dibalik syair itu, Imam Ibnu Malik ingin menjelaskan tentang enam tingkatan yang harus di lalui seorang pelajar di dalam menuntut ilmu
1. Isim dlomir
              Seorang yang ingin mencari ilmu harus mempunyai sifat seperti lafadz   هم   (isim dlomir). Maksudnya seseorang tersebut harus bisa menata hatinya (dlomir) di dalam menuntut ilmu,  di anjurkan bagi para penuntut ilmu untuk berniat mencari ridlo Allah SWT, agar mendapat keberuntungan abadi (akhirat), menghilangkan kebodohan sendiri dan orang lain, menghidupkan dan melestarikan agama islam karena Sesungguhnya lestarinya islam itu hanya dengan ilmu. Selain itu juga perlu untuk berniat mensyukuri nikmat akal. Imam abu hanifah berkata:

من طلب العلم للمعاد # فار بفضل من الرشد 

“barang siapa mencari ilmu karena (mencari ganjaran) akhirat, maka ia akan memperoleh anugerah kebenaran”
       Dan perlu diketahui juga hal-hal yang tidak boleh diniati bagi para pencari ilmu diantaranya untuk menundukkan orang-orang pada dirinya, niat mencari harta duniawi, mencari muka di hadapan manusia, maupun niat untuk mencari pangkat atau derajat. Seperti yang di jelaskan dalam sepenggal syair milik imam abu Hanifah:

فيا لخسران طالبه # لنيل فضل من العباد

“Sungguh suatu kerugian bagi orang-orang yang mencari ilmu hanya karena ingin mendapatkan keutamaan di antara para makhluk”

        Akan tetapi, dalam permasalahan niat mencari pangkat / derajat sebenarnya di perbolehkan selama bertujuan untuk amar ma’ruf nahi munkar,  ataupun untuk menegakkan keadilan. Maka dari itu, ilmu dengan niat yang luhur akan berubah suatu keuntungan yang tiada akhirnya.
   
2. Isim isyaroh
Setelah seseorang yang ingin mencari ilmu mampu menata hatinya, ia kemudian harus seperti lafadz   ذىِ   (isim isyaroh). Maksudnya ia harus membuktikan keyakinan dalam hatinya tersebut dengan isyaroh yaitu dengan mencari bekal yang di perlukan untuk menuntut ilmu. Karena seseorang yang menuntut ilmu harus mempunyai bekal yang cukup, sebab hanya dengan bekallah kebutuhan primer akan tercukupi. Terlebih dalam proses mencari ilmu di tempat yang jauh dari orang tua. Bekal sangatlah di perlukan guna menunjang semangat serta kesuksesan dalam menggapai cita-cita mendapatkan ilmu yang berguna bagi dirinya dan orang lain.

3. Alam asma / jenis
         Setelah pencari ilmu membuktikan keyakinannya yang terpatri dalam hati dengan isyaroh  atau perbuatan (mencari bekal), maka selanjutnya yang harus ditempuh oleh pencari ilmu adalah harus seperti lafadz هند  (alam asma/jenis). هند adalah nama seorang manusia dan manusia adalah makhluk mudah lupa dan melakukan kesalahan sehingga mengharuskan manusia harus mempunyai pendamping. Maksudnya dalam proses menuju tingkatan berikutnya yaitu tingkatan alam asma/jenis, pencari ilmu harus mencari sekolahan yang cocok dan mencari seorang guru yang membimbingnya.
      Di dalam mencari sekolahan dan guru seorang pencari ilmu haruslah melakukan pengamatan terlebih dahulu, supa nantinya dia benar-benar cocok, sehingga tidak berpindah-pindah sekolahan, Karena kalau seseorang yang mencari ilmu selalu berpindah-pindah sebelum selesai belajar dia di ibaratkan bagaikan seseorang yang menanam pohon tapi belum sampai tumbuh pohon tersebut di pindah lagi, maka pohon tersebut tidak akan bisa tumbuh besar, tapi justru pohon tersebut akan kering dan mati, demikian pula para pencari ilmu kalau dia berpindah-pindah sebelum dia selesai belajar, maka dia tidak akan mendapatkan ilmu, justru dia malah akan jatuh dalam kegagalan.
4. Mudlof
        Tingkatan ke empat yang harus dilalui pencari ilmu adalah seperti lafadz ابنى (isim yang dimudhofkan) Maksudnya seorang pencari ilmu harus bisa memilih partner yang baik untuk di ajak belajar bersama, seorang pelajar harus memilih teman yang mempunyai kepribadian baik, rajin belajar dan menjauhi teman-teman yang berkepribadian buruk dan suka bermalas-malasan Karena sudah seharusnya bagi seorang pelajar harus lebih selektif di dalam memilih teman untuk dia ajak Belajar bersama.
       Jangan sampai seorang pelajar memilih teman yang memiliki perangai buruk, karena justru dapat membahayakan dirinya selama proses menuntut ilmu. Bahkan saking berbahayanya teman yang buruk, seorang ulama berkata di dalam syairnya menggunakan bahasa persia:

يا ربد بد تربود ازما ربد # بحق ذات باك الله الصمد
ياربد ارد تر اسوى جحيم # يارنيكو كيرانا يا بى نعيم

“sungguh teman yang buruk lebih menakutkan dari pada ular yang berbisa. Demi Allah yang maha suci, kawan yang buruk bisa mengantarkanmu ke neraka jahannam. Oleh Karena itu, pilihlah kawan yang baik yang mampu menuntunmu ke surga tempat kenikmatan.”

5. al ta'rif (ال)
          Tingkatan selanjutnya yang harus ditempuh oleh seorang dalam mencari ilmu adalah pencari harus bisa seperti “al ta’rif” yang mampu mema’rifatkan isim yang nakiroh. Maksudnya seorang pencari ilmu harus bisa mengubah temanya untuk menjadi orang yang lebih baik dengan cara memberikan semangat serta mengajak temannya supaya rajin belajar dan bersungguh-sungguh di dalam mencari ilmu, sehingga nantinya bisa sukses bersama dan mendapatkan ilmu yang berguna dan bermanfaat bagi bangsa, negara dan agama.
        Dalam falsafat al ta’rif juga sekaligus mengingatkan seseorang untuk selalu memberikan manfaat kepada orang lain, karena sebaik-baik orang adalah orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain.

خَيْرُ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ خُلُقاً وَأَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bagus budi pekertinya dan yang paling bermanfaat bagi orang lain”


6. isim maushul (ذي)
          Isim maushul selamanya membutuhkan terhadap shilah, hal ini adalah falsafat dari kehidupan manusia, bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dan selalu butuh bantuan orang lain, seperti halnya isim maushul yang selalu membutuhkan terhadap shilah. Begitu pula bagi para penuntut ilmu, karena dalam proses belajar mengajar tentunya tidak bisa dilakukan sendiri, pasti akan membutuhkan orang lain mulai dari guru, seorang teman entah itu  teman belajar atau teman beraktifitas.

والله اعلم بالصواب

NAHWU QULUB Mengungkap Makna Tersirat Dalam Ilmu Gramatika Arab Where stories live. Discover now