Menjadi seseorang yang bermanfaat

36 3 0
                                    



           Secara umum dapat di katakan bahwa ilmu nahwu, sharaf adalah cabang ilmu pengetahuan yang berbicara tentang kaidah kaidah atau tata aturan dalam bahasa arab, sehingga dapat diketahui karakteristik kata perkata ( mufrod) dan juga ketika kata sudah menjadi kata kata yang tersusun ( murokkab). Dengan nahwu shorof suatu kata dan kalimat bisa bermakna secara sempurna. Artinya kata atau kalimat dapat dipahami secara utuh. Tanpa ada ilmu nahwu shorof suatu kata atau kalimat tidak akan bisa dipahami arti, maksud dan tujuannya. Dengan kata lain nahwu shorof merubah sesuatu yang belum bermakna menjadi lebih bermakna, suatu yang tidak ada artinya menjadi lebih berarti, sesuatu yang tidak jelas arah dan tujuannya menjadi lebih jelas tujuannya, sesuatu yang masih remang remang menjadi terlihat jelas, sesuatu yang masih kosong menjadi berisi.
                Ilmu nahwu shorof tidak hanya dipahami dalam konteks kata atau dalam menyusun kata-kata. Semua yang ada di dunia ini pasti mengandung hikmah atau pelajaran bagi manusia untuk dijadikan pedoman dalam menjalani proses kehidupan sosial. Sebagai umat Islam yang memeluk agama yang sempurna, agama yang berisi semua persoalan kehidupan harus selalu mengambil hikmah dibalik semua yang ada di dalam kehidupan dunia. Bukankah orang yang sukses adalah orang yang selalu mau dan mampu mengambil hikmah atau makna positif dari fenomena yang dialami. Semakin banyak mengambil makna positif semakin besar peluang keberhasilan, sebaliknya semakin kecil atau sedikit mengambil hikmah atau makna positif dan kehidupan akan semakin kecil dan sempit meraih keberhasilan.
                  Ada beberapa hal pokok yang harus dipahami secara utuh ketika belajar nahwu shorof dan itu merupakan kunci keberhasilan belajar ilmu nahwu shorof. Tanpa memahami secara utuh hal hal pokok maka akan menjadi penghambat kesuksesan dalam belajar ilmu nahwu shorof. Hal hal pokok dalam nahwu shorof adalah, Fi’il, Fail, Isim, mubtada’, khobar dan huruf. Ketika di perinci lebih detail akan melahirkan istilah baru misalnya, Fiil madhi, Fiil mudhori dan fiil amar. Isim juga beranak pinak menjadi isim mufrod , isim tasniyah, isim jama'. Ketika berbicara huruf juga akan beranak pinak menjadi huruf jer , huruf nasab, huruf jazm dan sebagainya, artinya didalam ilmu nahwu shorof banyak makna yang harus kita pahami sebagai pedoman dalam kehidupan sosial.        
              Pertama, Fi’il, dalam ilmu nahwu di sebut kata kerja. Yaitu menunjukkan keadaan sedang melaksanakan atau menjalankan tugas / pekerjaan tertentu. Artinya sebagai manusia yang baik harus memiliki tugas, pekerjaan yang jelas sehingga mudah untuk meraih kesuksesan. Karena suatu kesuksesan akan sulit diraih jika tidak diimbangi dengan kejelasan pekerjaan tertentu. Orang yang  tidak jelas jenis pekerjaannya akan sulit diprediksi untuk menjadi orang sukses. Oleh sebab itu istilah fiil yang dikenal sebagai kata kerja dalam ilmu nahwu shorof harus menjadi inspirasi bagi semua untuk memiliki pekerjaan, tugas atau kegiatan yang jelas. Orang yang sukses atau orang besar adalah orang yang mampu memiliki atau menjalankan pekerjaan atau tugas yang diberikan.
                  Kedua, Fail, dalam ilmu nahwu di artikan yang melaksanakan pekerjaan atau biasa disebut subyek. Dalam konteks kehidupan sosial, fa’il adalah seseorang yang rajin menjalankan tugas atau pekerjaan yang diberikan. Setiap orang yang sanggup atau rajin atau terampil melaksanakan atau menjalankan tugas atau pekerjaan yang diberikan pantas di sebut sebagai Fa’il. Fa’il dalam konteks kehidupan sosial mengharuskan setiap manusia harus mampu atau sanggup melaksanakan tugas yang telah dimiliki atau di berikan kepada dirinya. Walaupun memiliki atau diberi tugas sebaik apapun jika tidak dilaksanakan secara baik dan benar maka orang tersebut akan gagal dan tidak berarti serta tidak ada manfaatnya baik untuk dirinya maupun untuk orang lain atau masyarakat.
                  Ketiga, Isim, dalam ilmu nahwu shorof disebut kata benda, yaitu sebuah wujud atau produk yang dapat dilihat dan dirasakan baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Isim yang selalu dikaji atau dibahas dalam ilmu nahwu shorof mengandung makna bahwa setiap orang yang menjalankan tugas atau pekerjaan ( Fi’il dan Fa’il) harus menghasilkan produk yang baik dan benar atau berkualitas. Benda yang dimaksud dalam ilmu nahwu dan shorof jika di implementasikan ke dalam kehidupan sosial, tidak harus berupa material ( artifak) benda atau produk bisa muncul dari olah pikir atau olah hati. Dengan simbol Isim yang ada dalam ilmu nahwu mengandung makna bahwa setiap orang yang memiliki pekerjaan atau tugas, harus dilaksanakan atau dijalankan dengan sebaik baiknya sampai melahirkan produk atau hasil yang nyata dan memberikan manfaat untuk dirinya dan orang lain. Produk yang dilahirkan oleh manusia bisa berupa produk olah pikir yaitu mampu melahirkan ide atau gagasan yang cemerlang yang bida diambil manfaat untuk orang lain dan masyarakat. Selain itu setiap manusia harus juga mampu melahirkan produk dari olah hati atau rasa dalam artian setiap manusia harus memiliki sikap dan kepribadian yang baik berdasarkan norma sosial dan agama. Setiap manusia juga harus mampu melahirkan produk berdasarkan oleh kerajinan sik atau tangan berupa kerajinan yang bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Dengan kata lain, Isim dalam ilmu nahwu shorof mengandung makna setiap yang dikeluarkan oleh setiap orang harus baik dan memberikan manfaat untuk dirinya dan orang lain. Apa yang dikatakan harus kata yang baik, apa yang dipikirkan harus pikiran yang baik, apa yang diciptakan harus juga ciptaan yang baik.
              Keempat, Mubtada’, dalam ilmu nahwu shorof biasa di artikan sebuah permulaan. Permulaan bisa diwujudkan dengan suatu persiapan, perencanaan atau niat. Artinya segala sesuatu yang diinginkan atau diharapkan harus di awali dengan niat yang tulus atau baik dan juga diawali dari persiapan atau perencanaan yang matang. Mubtada’ memiliki makna sangat baik bagi kehidupan manusia. Suatu pekerjaan dan produk atau hasil yang telah direncanakan harus dimulai atau diawali ( mubtada’) dengan niat atau persiapan atau perencanaan yang ideal. Mubtada’ memiliki faktor sangat dominan bagi manusia untuk meraih kesuksesan masa depan. Apa yang diharapkan harus diawali dari suatu niat dan persiapan yang matang. Islam mengajarkan pentingnya niat, karena segala sesuatu yang dikerjakan manusia sangat tergantung dari niat yang dimiliki. Suatu pekerjaan yang kelihatannya banyak menghasilkan pahala besar seperti ibadah Shalat, puasa, zakat, haji dan sedekah bisa tidak menghasilkan pahala apapun disebabkan jeleknya niat, tetapi sebaliknya suatu pekerjaan yang terlihat tidak akan mendatangkan pahala seperti kerja bakti, menghadiri rapat dikantor, menghadiri pertemuan rutin RT atau menghadiri undangan rapat di kelurahan, jika didasarkan dengan niat yang baik karena Allah swt maka akan menghasilkan pahala yang baik besok di akherat. Mubtada’ tidak hanya untuk mempelajari tata bahasa, tetapi juga mengandung makna sangat indah dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu jika ingin menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat atau bahagia dan akhirat harus mampu melaksanakan nilai-nilai   atau makna mubtada dalam kehidupan sosial, artinya apa yang akan kita kerjakan harus di awali dari niat dan persiapan yang matang.
                Kelima, Khabar, dalam ilmu nahwu shorof biasa diartikan berita atau informasi, di masa depan hanya orang orang yang menguasai informasi yang akan memenangkan suatu persaingan atau kompetisi. Padahal para santri mengenal informasi ( khabar) sudah sejak lama bersamaan dengan dikenalnya ilmu nahwu shorof. Berarti umat Islam jauh lebih lama mengenal pentingnya informasi dibanding umat lain didunia ini. Konsekuensinya semua umat Islam harus mengetahui dan memahami serta mampu mengambil makna dari khabar yang sering dipelajari dalam ilmu nahwu dan shorof. Informasi akan diperoleh atau dimiliki oleh seseorang jika manusia itu memiliki motivasi tinggi untuk membaca, baik membaca dalam artian tekstual maupun membaca dalam artian kontekstual. Orang yang rajin membaca akan memiliki informasi yang banyak sehingga memiliki wawasan atau cara pandang yang luas. Implikasinya akan memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan persoalan kehidupan sosialnya.  Perintah membaca ( iqra’) dalam surat pertama kali turun kepada nabi Muhamad menandakan bahwa setiap manusia khusunya umat Islam harus memiliki informasi dan wawasan yang luas atau banyak. Dengan rajin membaca akan mendapat informasi ( khabar) yang lengkap sehingga akan memudahkan manusia dalam menyelesaikan persoalan kehidupannya. Umat Islam harus rajin membaca buku, rajin melihat dan mendengar berita-berita yang berkembang sehingga akan mendapatkan wawasan yang utuh dari setiap peristiwa.  Maraknya media sosial, antar manusia sangat mudah memberi dan menerima informasi tentang apa saja. Informasi yang berkembang melalui media sosial masih perlu klarifikasi atau tabayun secara mendalam sehingga tidak akan mudah tertipu oleh maraknya informasi yang berkembang selama ini. Ilmu nahwu shorof yang mengajarkan tentang khabar bermakna pentingnya umat Islam untuk mencari atau menerima dan memberi informasi yang luas agar umat Islam tidak mudah ditipu atau dibohongi pihak lain. Orang yang memiliki banyak informasi akan menjadi manusia yang berwawasan luas, sehingga akan memiliki kesuksesan selama kehidupan dunia dan akherat.
               Betapa indahnya ilmu nahwu shorof jika tidak hanya dipahami sebagai ilmu mempelajari tata bahasa atau tata aturan menyusun dan memaknai kata dan kalimat. Ilmu nahwu shorof selain menjadi dasar untuk mempelajari tata bahasa atau kaidah menyusun kalimat juga harus dipahami makna yang tersimpan di masing-masing istilah agar umat Islam menjadi umat yang paling mulia di banding umat lain, agama Islam menjadi agama yang paling baik dan benar dibanding agama lainnya. Baik dan buruknya agama tidak ditentukan oleh Tuhan Allah swt, tetapi ditentukan oleh kualitas sikap, perilaku dan produk yang di hasilkan oleh umat Islam itu sendiri. Mari kita jadikan ilmu nahwu shorof selain menjadi dasar mempelajari tata bahasa dan kalimat juga harus kita pahami sebagai paradigma membangun sikap dan kepribadian umat Islam sehingga umat Islam benar-benar bisa menjadi contoh bagi umat lainnya.
والله اعلم بالصواب

NAHWU QULUB Mengungkap Makna Tersirat Dalam Ilmu Gramatika Arab حيث تعيش القصص. اكتشف الآن