Definisi Manusia di dalam ilmu nahwu

202 17 1
                                    

الانسان هو اللفظ المركب المفيد بالوضع
                 Jika biasanya kita temukan dalam kitab klasik ini, tertuliskan “al kalamu huwa allafdzu,,,” di sini penulis menggantinya dengan al insan.  Adapun paparannya akan kami terangkan di bawah ini:
Al insan atau manusia adalah lafadz
         Lafadz bermakna setiap suara yang mengandung huruf-huruf hijaiyah di dalamnya, sebagaimana yang kita ketahui bahwa huruf hijaiyah itu adalah Bahasa Arab, dan Bahasa Arab adalah afsohu al lughoh (bahasa yang paling fasih dan paling mulia). Artinya, manusia adalah makhluk mulia yang diciptakan oleh Allah. Lihatlah surat At-Thin

لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم

Aku (Allah) telah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya (mulia) bentuk.
manusia adalah murokab
         Murokab bermakna tersusun dari dua kalimat atau lebih. Artinya manusia diciptakan tersusun dari berbagai susunan, tersusun dari berbagai bagian, tersusun dari berbagai anggota tubuh. Manusia mempunyai kedua tangan dan kaki, manusia mempunyai kedua telinga dan mata, dan bagian-bagian lainnya. Kemudian juga tersusun mulai dari tulang yang berbalutkan daging serta di dalamnya terdapat darah yang mengalir melalui pembuluh, yang kemudian diselimuti oleh kulit.
manusia adalah mufid
        Mufid bermakna memberi pemahaman dan memberi faidah atau manfaat. Jadi manusia itu harus bisa memberikan manfaat bagi sekitarnya, karena kita tahu bahwa:

خير الناس أنفعهم للناس

sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat
bagi yang lain
        Jika ada manusia yang hidup akan tetapi dalam hidupnya tidak bisa memberikan manfaat bagi yang lainnya, maka kehidupannya tersebut tidak bermakna dan keberadaannya tersebut tidaklah dianggap, atau kita biasa menyebutnya sebagai
وجوده كعدمه

bil wadh’i 
Bil wadh’i bermakna disengaja, maksudnya diucapkan dengan sengaja dan dengan sadar. di dalam syarah dijelaskan bahwa wadh’un ada dua, yaitu wadh’un arobiyun dan wadh’un ‘am. Jadi setiap manusia itu ketika melakukan sesuatu hendaknya disengaja atau diniati, terlebih lagi hendaknya diniati dengan niat yang baik. Agar apa-apa yang telah dilakukannya bernilai kebaikan dan  bernilai ibadah. Karena segala sesuatu itu memang tergantung  dengan niat awalnya , seperti sabda nabi Saw:

إنما الاعمال بالنية

“segala amal tergantung dengan niatnya”

والله اعلم بالصواب

NAHWU QULUB Mengungkap Makna Tersirat Dalam Ilmu Gramatika Arab Where stories live. Discover now