Kunci kesuksesan melalui filosofi tashrif istilah

490 17 0
                                    

        Sudah tidak asing lagi di kalangan kita bahkan telah menjadi makanan kita sehari-hari sebuah kitab karya ulama nusantara yang mengupas tuntas tentang contoh-contoh materi pembahasan yang ada dalam ilmu Shorof. Mungkin dapat kita katakan semua permasalahan yang dibahas dalam ilmu shorof telah dicontohkan pada kitab tersebut.
             "Al-Amtsilah Al-Tashrifiyyah" Demikianlah Mushonnifnya Syaikh M. Ma'shum bin Ali Allahu Yarhamuh memberikan nama atas karya beliau tersebut. Sesuai dengan namanya, kitab ini memang sengaja didesain hanya menampilkan contoh-contoh saja, tanpa menjelaskan secara gamblang dan terperinci permasalahan-permasalahan yang seharusnya dibahas dalam fan ilmu tersebut. Namun dibalik semua itu, ada makna tersirat dan sangat menarik dalam rangka mendorong dan sebagai motivasi serta acuan bagi thalabatul ilmi al-syar'i dalam menjalankan tugasnya untuk menghilangkan kebodohan dan memerangi hawa nafsunya.  Dengan segala keterbatasan dan kekurangan, kami mencoba untuk menganalisis makna-makna tersebut dari lubuk hati yang sangat dalam. Dengan harapan semoga menjadi I'tibar dan introspeksi bagi kami pribadi khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Dari berbagai pembahasan dalam kitab tersebut, kami hanya membahas pada Tashrif Isthilahi bab Tsulatsi Mujarrod saja khususnya pada binak Shohih.
         lafadz yang asal adalah shohih dan ini dapat dianalogkan pada manusia bahwa semua manusia pada asalnya adalah shahih ketika baru di lahirkan masih bersih dari dosa dan berada di atas fitrah, namun orang tua nya lah tang menjadikannya yahudi atau nashrani .
         Sabda nabi muhammad saw:

كُلُّ إِنْسَانٍ تَلِدُهُ أُمُّهُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Artinya:  Setiap manusia dilahirkan oleh ibunya di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
        Hal ini sama dengan fiil yang asalnya adalah binak shahih selama tidak kemasukan huruf ilat.

  bab pertama (فتح ضم),
            beliau  mencontohkan lafadz  -ينصرنصر yang berarti menolong. Dalam bab ini mengandung makna bahwa manusia lahir ke dunia ini tidak lain tidak bukan karena adanya pertolongan. Misalnya pertolongan seorang bidan atau dukun bayi yang menolong atau membantu melahirkan kita ke dunia. Yang tak kalah pentingnya adalah pertolongan Allah, karena tanpa pertolongannya kita tidak bisa apa apa dan tidak bisa lahir ke dunia ini. Lihatlah surat An-Nahl ayat 78

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Yaitu bahwa Allah lah yang menghendaki untuk mengeluarkan kita dari kandungan ibu kemudian memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati. Begitu pula seseorang yang sudi menuntut ilmu agama (terkhusus bagi santri yang mondok) itu pada dasarnya hanya karena pertolongan Allah SWT. Sebagaimana orang masuk agama Islam itu juga karena mendapat hidayah dari Allah SWT. Walau pun kita berdakwah sampai beberapa ribu tahun, jika orang tersebut tidak mendapatkan hidayah, ia tidak akan masuk agama Islam.
Bab kedua  (فتح كسر )
           beliau menampilkan contoh  يضرب ضرب-   yang berarti memukul, Contoh ini melambangkan pada perkara-perkara yang berat dan menyakitkan, karena dipukul itu adalah hal yang tidak enak.  Dalam bab ini mengisyaratkan bahwa manusia harus menempuh kesengsaraan terlebih dahulu agar nantinya menemukan kemudahan. Memukul disini diartikan sebagai cobaan yang harus kita hadapi dengan sabar, Karena sesungguhnya Bersama kesulitan pasti Ada kemudahan.
            muallif juga memberikan isyarat, bahwa setelah kita mendapatkan pertolongan dari Allah untuk mampu menimba ilmu di pondok,  Maka haruslah melakukan segala aturan dan kewajiban yang telah ditentukan, serta mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan, yang mana hal ini sangat berat dan membutuhkan kesadaran yang sangat tinggi.  Hal ini kami korelasikan dengan maqolah من جد وجد dan yang telah disinggung oleh syaikh Syarofuddin yahya al-Amrithi dalam memberikan suatu contoh

NAHWU QULUB Mengungkap Makna Tersirat Dalam Ilmu Gramatika Arab Where stories live. Discover now