Prolog

28 3 0
                                        

"Mama ayo pulang."ajak seorang gadis yang usianya baru menginjak 16 tahun. Jari lentiknya menggapai tangan wanita paruh baya yang kini menatapnya teduh. Dalam hati gadis itu bersorak senang, mamanya kembali setelah beberapa tahun tak pernah bertemu.

"Gak bisa."ucap wanita paruh baya itu sambil tersenyum, tangannya yang kosong mengelus sayang surai rambut panjang gadis itu.

"Loh kenapa, mama kan udah sadar."

"Tetep gak bisa."

"Ayo dong ma, kita lama gak ketemu. Pulang ya."lagi lagi wanita paruh baya itu tersenyum sambil menggeleng. Menolak ajakan putrinya yang kini menatapnya berharap.

"Kamu pulang, temenin papa."

Menyesal. Itu lah yang di rasakannya kini saat teringat mimpinya tadi malam. Sungguh ia menyesal saat terbangun dari tidur ingatannya kembali mengingatkan bahwa mamanya sudah tak ada lagi di sisinya. Padahal hatinya sudah menjerit senang saat tahu mamanya sadar dan bangun dari tidur lamanya.
Tidur lama dalam artian tak akan pernah lagi membuka matanya.

Air matanya luruh tanpa ia bisa tahan. Kalau bisa ia tidak ingin bangun dari mimpi indahnya. Kalau bisa ia ingin hidup di dalam mimpi lebih lama. Kalau bisa ia ingin terus menikmati senyum teduh mamanya dalam waktu yang tak terbatas. Kalau bisa ia ingin memutar detik untuk menikmati semua guyonan dalam keluarga yang lengkap. Kalau bisa, kalau bisa dan semuanya hanya angan yang tak akan pernah terwujud.

Di saat yang lain dapat mencurahkan dan berbagi rahasia perempuan layaknya ibu dan anak. Apalah dia yang hanya bisa ia pendam. Hatinya menjerit, keinginan untuk menceritakan dan mengadu pada orang yang ia yakin tak akan pernah bosan mendengar segala keluh kesahnya kini pergi. Meninggalkan dirinya yang bahkan belum tahu akan kerasnya dunia orang dewasa.

Di saat dulu sering di layani layaknya puteri kini ia harus bisa mengandalkan dirinya sendiri. Kenyataan menamparnya bahwa mamanya kini sudah tiada. Meninggalkan sejuta lara akan kerinduan tanpa pertemuan.

Tapi ia tak mau larut dalam kesedihannya. Pikirnya semua terjadi agar dirinya menjadi gadis yang kuat dan mandiri. Terbukti kini saat memasuki sekolah barunya. SMA Galaxia yang akan membantunya menemukan jati dirinya.

__________________
"Kehilangan adalah cara tuhan memberikan sebuah pelajaran ikhlas tanpa batas."
__________________

Zea mengantuk. Ia nyaris tertidur di dalam kelas ketika Bu Endah menyampaikan materi tentang persamaan molekul. Kimia di jam pertama adalah sarapan yang nikmat.

Mengingat dirinya belum sempat sarapan karena terburu buru. Bahkan tadi malam ia begadang, selain karena kerja paruh waktunya juga karena bunga tidurnya. Pukul 2 dini hari baru ia bisa memejamkan matanya.

Zea yang duduk di bangku pojok belakang belum kena tegur karena posisinya terhalang beberapa siswa di depannya yang berbadan besar. Lain jika bu Endah sudah berkeliling menuju barisan belakang yang bukan rahasia lagi tempatnya anak bandel. Zea juga termasuk anak bandel, selain suka tidur di kelas dia juga suka melanggar aturan sekolah. Zea, satu satunya cewek yang dengan beraninya berjalan melewati kakak kelasnya tanpa menunduk. Padahal ia baru beberapa bulan menjadi siswi di SMA Galaxia.

"Apaan, nunduk segala. Mereka cuma kakak kelas kan bukan orang tua yang perlu di hormatin, itu pun kalo lo merasa tua baru gue hormatin. "ucapnya tempo lalu saat di tegur.

Beberapa kali Zea menguap sampai ia tak sadar mengeluarkan suara membuat Bu Endah menegurnya. Perempuan itu akhirnya melenggang keluar kelas menuju toilet. Ia mencuci wajahnya, percikan air dingin membuatnya kembali segar. Dan jangan kalian pikir ia akan berbaik hati kembali ke kelas. Ia mengurungkan niat baiknya kembali ke kelas saat melihat dua sahabatnya dari taman kanak kanak kini sedang berlari memutari lapangan. Sudah pasti mereka berdua di hukum karena terlampat. Berbeda dengan Zea yang tadi berangkat dua menit sebelum bel, mungkin keberuntungan sedang memihaknya.

Melihat itu sontak Zea menertawakannya. "Oii pada ngapain, diem diem bae, ngopi ngapa. Yok lah. "ajak Zea yang kini berdiri di pinggir lapangan membuat atensi kedua cowok tersebut memandangnya dan tersenyum penuh arti. Mereka membutuhkan kafein agar semangat untuk









Ngerusuh.

"CEPETANN ADA PAK GINJALLL. "Teriaknya lagi saat tak sengaja matanya menangkap guru olahraga mereka berjalan menjauh dari ruang olahraga sambil menunduk memandangi layar ponselnya.

Karena terlalu buru buru salah satu dari ketiganya sampai tak sengaja menendang tong sampah. Untung kosong, jika tidak percaya mereka makin double shit.

Alias dua hukuman. Yang pertama tidak menyelesaikan hukuman untuk mereka berdua yang telat. Kedua, karena ketahuan kabur saat jam pelajaran berlangsung.

"HEI KALIAN BERTIGA!! "

"KABURRR. "kompak mereka bertiga setelah keduanya mengambil tas punggung mereka.

✴✳✳

Terimakasih sudah membaca cerita saya.

Gimana, penasaran gak sama kelanjutannya?

[NOT] BAD STORYWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu