Nadhif: Gue mau daftar BIFA

"Oh my God, serius nih dia ambil di Bali juga? Kayaknya gue jodoh deh sama dia." (Namakamu) mengguling-gulingkan tubuhnya di atas ranjang. Lalu ia tertawa. "Bitch, you're crazy as fuck."

(Namakamu) Idrish: Wah sekolah pilot. Good luck ya!

Nadhif: Lo daftar mana emang?

(Namakamu) Idrish: Udayana

Nadhif: Serius? Haha jurusan apa? Sama-sama di Bali dong

(Namakamu) Idrish: Iya nih haha, gue ambil pariwisata

Pintu bel apartemen (Namakamu) berbunyi. Ia segera keluar dan mengintip dari lubang kecil yang memang disediakan pihak apartemen.

"Ini aku. Buka pintunya."

(Namakamu) menghela napasnya lalu membuka pintu itu. Terpampanglah tubuh Iqbaal yang berdiri di sana. "Ngapain?"

Iqbaal membalikan tubuh (Namakamu) dengan kedua tangan di bahu gadis itu lalu mendorong pelan untuk masuk. "Laper."

"Aku nggak masak." (Namakamu) duduk di sofa ruang tamunya.

"Lah terus kamu belom makan?" tanya Iqbaal kepada gadis itu.

"Udah."

"Pake apa?"

"Sereal."

"Yaudah bikinin."

(Namakamu) mendelik. "Nggak mau."

"Bikinin."

"Kamu kalo mau makan sereal kenapa di tempat aku? Kan kamu stock juga. Sana pulang."

"Bikinin dulu."

"Nggak mau ih, males."

Iqbaal berdiri. Lalu berjalan melangkah menuju dapur. "Kok ke sana?"

"Lah kan ada di meja makan kan serealnya?"

"Di dapur kamu lah, ngapain di sini? Orang punya sendiri juga."

"Nggak mau."

"Bodoamat." (Namakamu) bergumam pelan. Lalu ponselnya berdenting lagi. Ia menggulir kebawah layar paling atas, sehingga menampilkan semua notifikasi yang masuk ke ponselnya. Matanya membelak, ia siap untuk berteriak. Namun, ia tahan sebisanya. "Oh my God. Demi apa sih?" jarinya kembali menari-nari di atas layar ponselnya.

Nadhif: Gua daftar Udayana, tapi ambil hukum 

(Namakamu) Idrish: Yes yes ada temennya

Nadhif: Lo kenapa ambil di Bali? Nggak takut sendirian di sana?

(Namakamu) Idrish: Keluarga gue di Bali semua. Gue ngerantau di sini haha

Nadhif: Lah serius? Gua kira lo asli Jakarta

(Namakamu) Idrish: Kakek dari bokap Jakarta, yang bali Kakek dari nyokap

Nadhif: Blasterannya?

(Namakamu) Idrish: Nenek dari nyokap asli Jerman. Nenek dari bokap Sunda

Nadhif: Pantes cantik

(Namakamu) tersenyum malu. Mukanya memerah. Untungnya Nadhif tidak ada di sekitarnya.

"Chatan sama siapa sampe senyum-senyum gitu?"

Tapi (Namakamu) lupa bahwa ada Iqbaal di sekitarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tapi (Namakamu) lupa bahwa ada Iqbaal di sekitarnya.

"Salsha, Steffi, Cassie."

"Bohong."

"Beneran."

"Coba liat."

"Nggak mau. Ini urusan cewek."

"Dih gaya banget. Liat nggak?"

"Nggak mau. Udah sih makan aja. Ganggu mulu heran gue."

"Liat dulu."

"Nggak mau."

"Liat."

"Ih udah sana pulang aja kamu! Berisik."

(Namakamu) memainkan ponselnya kembali. Kali ini, gadis itu membuka aplikasi instagramnya dan menggulir timelinenya dan sesekali menekan ikon hati yang ada di sana.

"Chatan sama cowok lain ya?"

"Nggak."

"Liar," ujar Iqbaal seraya mendecih.

"Kalo iya emang kenapa?" tantang (Namakamu). Ia merasa jengah dengan Iqbaal yang selalu seperti ini. Tapi ketika mereka bersama, Iqbaal sendiri yang suka menyakitinya.

"Katanya males pacaran."

"Iya, males pacaran sama kamu." (Namakamu) menjawab jujur dan tenang.

Seketika hening.

"Siapa?"

"Apa?" tanya (Namakamu) tidak mengerti.

"Siapa cowok yang lagi deket sama kamu?"

(Namakamu) menjawab tanpa menoleh. "Nggak ada. Aku bercanda."

"Tukang bohong."

"Yaudah kalo nggak percaya. Nggak rugi." (Namakamu) menjawabnya dengan tenang.

"Dih dasar jelek." Iqbaal mengacak-acak rambut gadis itu.

(Namakamu) merebahkan tubuhnya di sofa seraya memainkan ponselnya. Sesekali menjawab pesan dari Nadhif. Ia menyalakan tombol hening di ponselnya agar Iqbaal tidak curiga.

Laki-laki itu sendiri sedang bertempur dengan pikirannya. Hatinya merasa tidak rela ketika (Namakamu) seakan-akan menujukan jika ia sedang dekat dengan laki-laki lain. Dan hatinya merasa terhantam ketika perempuan itu mengatakan, jika ia malas berpacaran dengannya. Jika memori diputar kembali, Iqbaal sadar apa yang telah dilakukannya telah melampaui batas.

Dan ia menyesal akan itu.

"Kamu udah daftar SNMPTN?"

"Udah," jawab (Namakamu) tegang. Ia berushaa sebisa mungkin untuk terlihat biasa saja.

"Ambil hubungan internasional UI doang apa gimana? Aku daftar kedokteran UI," jelas Iqbaal seraya menatap wajah (Namakamu).

"Iya, aku daftar hubungan internasional UI doang."

-To be continue-

Ini tuh cerita sebenernya udh 2 tahun yang lalu kayaknya pas gue masih SMA. Jadi sorry banget kalo sistem masuk kuliahnya udah beda sama yang sekrang. Terus gue bisa update cerita ini sampe double up bahkan triple up krn gue repost. Cuma kalo kayak world go round gue gak bisa banget double up WKKWWKKWK.

Gue sebenernya mau cpt2 selesain ini di wattpad huhu. 

Anw special 3K. Happy reading!

-Nana.

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now