5 BELAS (Sesak)

Mulai dari awal
                                    

Dentuman kakinya membuat orang-orang di ruang keluarga cukup tersentak, ada mama, papa, dan kakaknya di sana sedang mengarahkan padanganya ke perempuan yang tempramennya sedang tinggi itu.

"Tuh kaki nggak sakit apa didentumin kayak gitu?" ujar kakaknya yang meliriknya.

"huh!!." berkacak pinggang.

"Kamu kenapa dek?" tanya Ayahnya.

"Marah!!"

"Dih! Serem." Raka tertawa kecil.

"Ada yang Lucu?"

"Baperan amat nih boca."

"Mah pah, aku mau keluar dulu." ujarnya.

"Kemana dek?" tanya mamanya.

"Itu... di taman deket rumah."

Menatap tajam "Ngapain kesana?" titah Raka.

"Kepo." melangkah ke pintu.

"Jangan lama-lama yaa." ujar mamanya.

"Iya mah." membuka pintu.

"Serius ngapain ke sana?!" teriak Raka.

"Jomblo mana tau!." ucap Laras kemudian menutup pintu rumahnya.

"Syalan."

Terkekeh, "Makanya cari pacar kak."

"Apaansih pah."

~~~


Laras berjalan melangkahkan kakinya menyusuti trotoar, bodohnya dirinya yang keluar tanpa mengenakan sweater, semilir angin malam ini benar2 dingin, padahal dalam rumahnya hangat-hangat saja.

Kalau besok dirinya terserang flu dan demam, itu semua jelas salah Lintang, dan pria itu harus bertanggung jawab. Ia tersenyum tipis membayangkan bagaimana Lintang akan merawatnya nanti kalau dirinya benar-benar terserang flu demam.

Setiba dirinya di taman, netra coklatnya mengkap sosok pria duduk dibangku besi bercat putih, dengan sweater dark blue yang pria itu kenakan. Sudah jelas itu Lintang, pasalnya tidak jauh dari bangku taman itu ada motor vespa berwana merah sedang terpakir.

Ia mendekati pria bersurai hitam itu, kemudian duduk di sampingnya, Dan ternyata kehadirannya sudah di ketahui. Sontak pria itu menoleh ke Laras, melontarkan senyum manisnya yang seketika membuat Laras luluh.

Gagal sudah pendiriannya, gagal sudah rencananya yang akan memarahi Lintang dan meminta penjelasan darinya.

Tapi ia mendadak micingkan matanya, menatap lamat-lamat wajah pria dihadapannya, kemudian tersentak melihat beberapa luka lebam di wajah Lintang, walau remang-remang, luka itu terlihat jelas diterpa sinar rembulan.

Tangannya kanannya reflek menangkup wajah pria di hadapannya.

"Lin... wajah kamu kenapa bisa luka begini?" tatapnya nanar.

"Ngak papa." tersenyum masam, kemudian meraih tangan Laras dan mengenggamnya.

"Cerita Lin, ada apa?" ujarnya dengan suara yang sedikit bergetar

Lintang menggeleng

"Lin, aku siap mendengar semua keluhmu, aku bisa kok jadi pendengar yang baik."

"Kamu beneran mau tau?" suaranya berat.

Laras mengangguk, kemudian ia melihat pria di hadapannya mendadak menunduk, badannya bergetar. Ia menyadari kalau masalah pria di hadapannya ini benar-benar berat.

CANDALA [Lebih Dari Sekadar Minder]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang