"Boleh kok bu."

Keduanya melangkah perlahan kedalam kamar Ara. Ara segera membereskan kasurnya. Lalu keduanya duduk diatasnya.

"Kamu mimpi "itu" lagi ya?"

"Iya bu. Ara kayaknya beneran kangen dia deh."

"Sabar aja ya nak. Maaf, Ibu gak bisa selalu disampingmu. Ayahmu selalu mengekang Ibu."
Kata Ibu Ara sambil mengelus punggung Ara.

"Gapapa kok bu. Ibu juga kan nyari nafkah bareng Ayah. Ara udah seneng Ibu bisa nyempetin waktu ketemu Ara kayak sekarang."

Ara tersenyum sambil memeluk ibunya. Yang dipeluk segera membalas sambil mencium kening putrinya.

"Ya sudah, tidur lagi. Semoga besok Ibu bisa bangunin kamu."

"Hehehe. Ara yakin bisa bangun sendiri kok Bu."

"Haha. Ya sudah, Ibu pergi ya."

"Ya Bu."

"Selamat malam sayang."

"Malam Ibu."

Pintu kamar kembali berdecit pelan. Suara sepatu milik ibunya berderap pelan di lantai luar kamar. Ara segera memposisikan tubuhnya dalam posisi tidur.

"Terimakasih Ibu. Hanya Ibu yang bisa membuatku bertahan hingga sekarang."

Ara yang masih mengantuk pun, berbaring kembali. Kemudian setelah itu Ara terlelap.

***

Keesokan harinya, Ara bangun lebih awal daripada ibunya. Dia menyiapkan sarapan untuk ibunya kemudian bersiap-siap untuk ke sekolah. Tangannya cekatan dalam memasak telur dadar dan memasak nasi goreng. Lalu dengan tangkas, dia meletakkan kudapan tersebut ke atas piring.

Tidak lupa setelah itu, Ara meletakkan catatan hijau kecil di atas meja, tidak jauh dari situ.

Bertuliskan "Ara berangkat duluan ya bu. Terimakasih sudah datang ke kamar Ara tadi malam. Love you." Lengkap dengan tanda hati merah disamping kanan atas.

Ara ingin berangkat lebih awal agar dia bisa menenangkan pikirannya di rooftop sekolah.
Ara pun segera mengeluarkan motor miliknya dan melaju keluar dari gerbang rumah.

Saat di sekolah, suasananya masih sepi, karena ini masih terlalu pagi untuk dihadiri siswa jaman sekarang. Ara pun langsung menuju ke rooftop dan menenangkan pikirannya. Suasana ruangan disekitar aula sekolah yang berwarna hijau itu masih sepi. Hampir tidak ada satupun orang disitu.

Tapi tiba tiba ada langkah seseorang yang membuyarkan lamunannya.

"Ngapain lo disini?" tanya seseorang yang datang.

Rega PoV

Udara pagi yang sejuk menerpa rambut gue yang masih berantakan. Hari ini gue tidak sempat merapikan baju karena ingin berolahraga disekolah dulu. Apa lagi kalau bukan basket, Hahaha. Lengkap dengan bola basket ditangan gue, gue bawa itu di tangan kiri gue. Sementara tas selempang gue letakkan dipunggung.

Situasi di lapangan sangatlah sepi, bahkan petugas kebersihan yang biasanya datang pagi, belum datang. Gue segera melangkah ke arah lapangan basket.

Belum sampai kesana, gue melihat sesosok "wanita" diatas rooftop. Gue pikir itu adalah penampakan, setelah dilihat baik-baik, itu adalah Ara.

"Menarik", Batin gue.

Gue segera melangkah kedalam aula sekolah. Bunyi derap sepatu gue meramaikan ruangan. Tidak lama, gue segera melangkah dengan perlahan ke arah tangga. Berharap agar dia tidak mendengarkan gue.

"Kayaknya seru nih. Aowkaowk."

Setelah sampai di rooftop, gue melihat Ara sedang duduk termenung menatap langit. Tatapannya yang tajam sangatlah dingin, begitu menusuk. Rambutnya yang diikat bergerak kesana kemari, tertiup angin.

"Ngapain lo disini?" tanya gue.

"Eh, barongsai, barongsangit!!"

Ara melonjak dari tempat dia duduk, hampir terjatuh kebawah.

"Dasar! Ngaget-ngagetin aja! Seharusnya gue yang nanya sama lo, ngapain lo kesini!?" tanya Ara dengan nada yang tidak santai. Dia segera membenarkan posisi duduknya.

"Selo dong, gue nanya nya santai kok lo jadi ngegas," Balas gue masih sabar.

"Suka suka gue dong, mulut-mulut gue juga, mending lo pergi deh," balas Ara sangar.

"Hei, gue dateng kesini baek-baek, nanya baek-baek, kok lu yang sewot?"

"Bodo amat. Gue gak peduli."

"Lo pikir ini atap punya lo apa seenaknya aja lo nyuruh gue pergi," kata gue.

"Lo ganggu tau ga, bikin mood gue tambah rusak," kata Ara ketus lalu pergi meninggalkan gue.

Bunyi derapan sepatunya ditangga sangat memekakkan telinga. Membuat gue jadi makin jutek.

"Apaan sih? Nanya baik-baik malah marah-marah sendiri."

Gue gak langsung turun saat itu. Rencana main basket gagal gegara mood gue yang udah rusak gegara itu cewek. Sejam pun berlalu, dan gue yang gantian ngelamun diatas rooftop terkejut mendengar telolet keras kayak tukang siomay.

LET TELOLET LETTTTT!!!

"Astagaa!!! Baru nyadar gue deket sini belnya lebih kenceng!"

Gue menatap kebawah. Sebagian besar siswa sudah datang. Lapangan sekolah ramai dengan suara motor, sepeda dan anak-anak yang ghibah kesana kemari.

"Waduh! Gue lupa ganti baju."

Dengan langkah tergesa-gesa Rega menuruni satu persatu anak tangga.

"Rega,"

Tiba di koridor langkah Rega terhenti, Ia membalikan badan menatap seseorang yang memanggilnya.

***

~~~ NEXT ~~~

kira-kira siapa tuh yang manggil Rega?:v

AragaWhere stories live. Discover now