Dua Puluh Tujuh

27 3 0
                                    

Hadir dan perginya seseorang
memang hanya perihal waktu.

🌞

"Naya, assalamualaikum Nay!"

Zania mengetuk pintu rumah Naya beberapa kali. Sesekali gadis itu mendecak. Naya benar benar keterlaluan, tidak mengangkat telfon dan tidak membalas pesan pesan mereka.

Mereka? Ya, saat ini juga ada Alana, Keisha dan Hana disana. Duduk di ubin depan rumah Naya, sambil sesekali menggaruk kaki kaki mereka yang digigit nyamuk. Hampir setengah jam mereka menunggu, dan Naya tidak membukakan pintu untuk mereka. Begitulah, harusnya Naya memindah rumahnya supaya jauh dari bisingnya jalan raya.

Ceklek.

Pintu dibuka. Mereka semua menatap Naya malas. Masuk begitu saja kedalam rumah, membiarkan Naya melongo didepan pintu.

"Ambil pisau sana" Ucap Zania ketus, yang langsung membuat Naya ngacir ke dapur untuk mengambil pisau.

Naya membawa pisau ke ruang tamu dengan wajahnya menahan tawa. Kemudian tawanya benar benar pecah saat sampai di ruang tamu.

Bagaimana tidak. Zania, Alana, Keisha dan Hana itu datang sambil membawa kue ulang tahun untuknya. Mereka tidak melakukan prank atau hal lain untuk membuat Naya terkejut. Alasannya satu,

"Naya itu nggak pernah kaget kalo dikasih kejutan, daripada kita capek capek dan hasilnya nol, jadi mending kita capek bikin kue aja"

Itu yang dikatakan Hana, dan yang lain hanya mengangguk.

"HAPPY BIRTH DAY NAYAAAAA"

Naya lagi lagi tertawa keras, "Oke oke makasihh" Ujarnya.

"Oke berdoa dulu"

Sama seperti lainnya, Naya memejamkan matanya. Berdoa.

"Makan yeay" Keisha bersorak riang. Gadis itu sepertinya kelaparan menunggu Naya membuka pintu.

"Jadi, tadi gue masih di belakang. Nggak denger pintu di ketuk" Naya menjelaskan sambil mengunyah kuenya.

Hana memutar bola matanya, "Suprise kita tuh selalu gagal, kita juga nggak pernah berhasil jailin lo kapanpun dan dimanapun" Ucap Hana kesal.

"Nggak papa, gue udah seneng banget kok"

"Iya lu nya seneng kitanya enggak" Sahut Zania.

"Besok besok pura pura kaget lah Nay, kesel juga gue gregetan" Kini giliran Alana, mereka membuat Naya benar benar tertawa.

Sebenarnya, Naya itu bukannya tidak berperasaan, tidak kaget atau apalah itu. Tapi Naya tipikal manusia yang tidak pandai mengungkapkan perasaannya lewat perilakunya. Kalau senang Naya akan diam, kalau sedih Naya diam, kalau kaget Naya diam, kalau bingung Naya juga diam. Mudah kan membedakannya?

Satu hal lagi, Naya tidak akan diam ketika mereka bergurau. Gadis itu tertawa tentunya. Dan hanya orang orang sepertu sahabatnya yang bisa melihat momen itu.

Uh, gemesh.

🌞🌞

Libur sudah berjalan satu minggu. Dan kegiatan mereka hanyalah diam dirumah, sesekali berkumpul dirumah Zania seperti hari ini. Hanya untuk bertemu, tidak ada niatan khusus.

Hana dan Naya mengedit video, sementara yang lainnya menonton film.

"Lo kemaren jalan jalan sama Aldi, Han?"

Suara film seketika berhenti, semua menatap Hana menyelidik.

Hana merapatkan gigi giginya, "Cuma jalan jalan" Jawabnya kemudian, berusaha menutupi senyumnya dengan terus fokus pada video di hadapannya.

"Belom jadian?"

Hana menatap Zania, "Kayaknya enggak"

Flashback on.

Hana mengayun ayunkan kakinya di kursi taman, sambil sesekali menyeruput jus di tangannya gadis itu mendengarkan Aldi berbicara.

Entah apa saja yang sudah mereka bicarakan, Hana lupa. Aldi bercerita tentang keluarganya, tentang teman temannya dan tentang impiannya. Membuat Hana tersenyum ketika mendengar semua itu.

"Han"

"Ya?"

"Lo tau gue nggak pengen pacaran?"

Hana menegakkan tubuhnya, "Oh ya?" Jawab Hana seadanya. Bukan apa apa, Hana hanya tidak ingin Aldi mengira kalau dirinya ingin menjadi pacar Aldi. Maksud Hana, ia juga tidak ingin pacaran

"Tapi gue seneng deket lo"

Hana benar benar ingin teriak, apakah itu secara tidak langsung Aldi mengungkapkan perasaanya? Aih, jangan berpikiran setinggi itu, Hana.

Flashback off.

"Aldi gantungin lo ya, Han?"

Hana merebahkan badannya disamping Naya yang kini kembali fokus dengan videonya.

"Bukannya Rayhan juga gantungin lo?"

Zania diam, mungkin tidak seharusnya ia mengatakan hal itu kepada Hana. Zania lupa kalau Hana itu sensitif terhadap semua hal.

"Ya, lo jalanin aja seadanya, Han. Gue sama Bagas juga nggak pacaran kok"

Wait!

Hana buru buru bangun, kini mereka semua menatap Alana.

"Jadi, lo bener bener deket sama Bagas?" Tanya Keisha.

Alana tampak salah tingkah, "Emang gue bilang gitu?"

Hana tertawa, "Secara nggak langsung lo bilang kalo lo deket sama Bagas meskipun nggak jadian" Ucapnya sambil tergelak.

"Kita senasib emang" Zania menyenderkan kepalanya ke dinding.

"Gue sih berharap kisah gue nggak kayak lo, kayaknya gue bakal nangis seminggu kalo itu terjadi sama gue"

"Rese lo, Han!"

🌞🌞🌞
Happy reading guys.
Sedih banget punya perasaan kek gini, ada masalah dikit langsung bikin otak rasanya penuh dan nggak bisa mikir cerita wkwk.
Makasih buat klean berempat yang udah ngasih saran yang bermanfaat banget gaboong. Udah mau dengerin ocehan unfaedahku.
Seneng banget dan bersyukur punya temen kek klean.
Tapi malu mau ngomong langsung>.<

The Circle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang