Dua Puluh Enam

24 4 0
                                    

Ada suatu masa. Dimana ketika disana kamu harus belajar untuk kembali ke dunia nyata.
Kamu harus sadar, khayalan terlalu meracuni keinginanmu.

🌞

Hana mendudukkan dirinya disamping Alana, melihat anak anak lain yang terlihat sibuk menata kayu untuk api unggun kecil mereka malam nanti. Sementara mereka berdua beristirahat sambil menunggu masakan.

"Han"

Hana berdehem, melirik Alana dari susut matanya.

"Lo beneran deket sama Aldi?"

Hana terdiam, "Iya" Jawabnya kemudian.

"Lo suka sama Aldi?"

"Mungkin"

"Lo yakin? Aldi nggak bakal nyakitin lo kayak Gavin?"

Hana terdiam, menatap bayangan tubuh Aldi di lapangan yang tengah sibuk berjalan kesana kemari. Hana menaikkan pundaknya, "Gue nggak yakin kalo dia ada perasaan yang sama kayak gue. Gue kayak ngerasa kena boomerang dan sekarang gue takut kalo perasaan gue nggak kebales"

"Gue pikir yang dilakuin dia selama ini lebih dari cukup buat simpulin kalo dia juga ada perasaan sama lo"

Hana berjengit kaget saat Zania tiba tiba muncul.

"Apa yang bikin lo punya pikiran kayak gitu?" Tanya Hana.

Zania tampak berpikir, "Setau gue selama ini Aldi nggak pernah deketin cewek sedeket dia sama lo sekarang"

Hana menaikkan sebelah alisnya, "Itu setau lo. Siapa yang tau kalo sebenernya dia playboy tapi sembunyi sembunyi" Ucap Hana sambil tergelak, menarik tangan Alana untuk kembali menuju dapur. Membuat Zania mencak mencak karena ditinggal sendirian.

🌞🌞🌞

Mencintaimu aku tenang
Memilikimu aku ada
Disetiap engkau membuka mata
Merindukanmu slalu ku rasakan
Slalu memelukmu penuh cinta
Itu yang slalu aku inginkan.

Kau mampu membuatku tersenyum
Dan kau bisa membuat nafasku lebih berarti.

Kau jaga selalu hatimu saat jauh dariku
Tunggu aku kembali
Ku mencintaimu selalu menyayangimu
Sampai akhir menutup mata.

Keisha menutup lagu yang dinyanyikannya dengan senyuman, membuat semua yang tengah duduk mengelilingi api unggun bertepuk tangan. Lagu milik seventeen itu berhasil membuat mereka meneteskan air matanya, entah terharu atau sakit.

Suasana menjadi hening, membuat suara kayu dibakar terdengar jelas. Zania menegakkan tubuhnya, bersiap untuk memulai kata katanya.

"Selamat malam, buat kalian semua. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang setulus tulusnya untuk kalian yang selalu ikhlas membantu setiap acara tanpa mengeluh sedikitpun. Untuk kalian anggota baru dari kelas sepuluh yang menjalankan tugas dengan sangat baik, saya sangat bersyukur karna kalian bisa membuat tugas tugas kami, para kakak kelas berjalan lebih mudah berkali kali lipat dari biasanya. Untuk tahun depan, kalian yang berada di posisi kami semua. Saya yakin kalian bisa. Tetap semangat dan pantang menyerah"

Semua menunduk, mengangguk mendengar kata kata Zania. Membayangkan memori mereka lima bulan terakhir, bersama sama menjalankan tugas.

"Kami juga berterima kasih kepada kakak kakak yang sudah membantu kami untuk terus belajar. Kami senang menjalankan tugas bersama kakak kakak, berdebat, saling memberi semangat. Dan kami sangat bersyukur karna kakak kakak sudah memperlakukan kami seperti adik kandung kakak kakak semua"

Hana menarik kedua ujung bibirnya, menatap bangga Zania saat gadis itu mengusap ujung matanya. Zania hebat, dia pemimpin yang hebat.

Sudah cukup malam, mereka semua saling bersalaman sebelum akhirnya menuju tenda masing masing. Sementara Hana dan teman temannya masih berada di dekat api unggun.

Alana menyandarkan kepalanya di bahu Hana, diikuti yang lainnya. Membuat Zania yang berada di tengah tengah mereka mengeluh pundaknya sakit, tapi yang lain tidak menghiraukannya.

"Gue pikir, gue juga harus bersyukur kenal sama kalian. Gue bersukur buat semua yang udah terjadi sama kita selama ini."

Hana tersenyum tipis, bukankah itu ucapan yang panjang untuk seorang Naya?

"Gue, nggak bisa bayangin kalo nanti kita bakal bener bener pisah. Gue nggak tau siapa lagi yang bisa gue ajak ngomong"

Hana terdiam, merasakan pundaknya sedikit basah. Alana menangis. Hana merapatkan bibirnya, membayangkan jika semua itu terjadi. Padahal mereka masih memiliki satu setengah tahun untuk lulus dari SMA. Tapi entah mengapa, bersahabat bersama mereka membuat waktu benar benar berjalan cepat.

Entahlah, Hana yakin naskah tuhan adalah yang paling baik.

🌞🌞🌞

Hana membawa sapunya ke tengah lapangan, mulai membersihkan debu debu disana bersama Keisha. Mereka membagi masing masing membersihkan setengah lapangan.

Lagu demi lagu di mainkan, membuat mereka yang tengah bersih bersih sesekali menjadikan sapu di tangannya sebagai mikrofon. Ikut menyanyi.

Hana melambaikan tangannya kearah Alana yang berlari menuju dirinya. Tadi saat Hana ingin membantu Alana mencuci piring, gadia itu bilang lebih baik Hana membantu menyapu lapangan.

Hana mengiyakan saja, hitung hitung mencari vitamin mata. Eh.

"Sini Han, gue gantiin"

Hana menggeleng keras, "Nggak, mending lo istirahat deh, Al. Kan lo udah kerja banyak"

"Tapi gue nggak enak duduk doang"

"Udah sanaaa" Hana mendorong tubuh Alana, membiarkan gadis itu duduk di tepi lapangan. Namun belum sempat Hana kembali ke tengah lapangan, seseorang menyerobot sapu di tangannya.

"Gue aja"

Aldi. Hana terdiam di tempatnya, membuka mulut menatap Aldi berjalan ke lapangan untuk meneruskan tugasnya. Hana mengedipkan mata beberapa kali, mendudukkan tubuhnya disamping Alana.
"Al, kenapa Aldi senyum sama gue? Muka gue aneh ya?"

Alana tertawa, menggeleng melihat Hana yang tampak syok, "Muka lo nggak aneh, Han"

Author: "Yang aneh kelakuan lo!"

🌞🌞🌞
Happy reading guys.
Authornya lagi galau gabisa mikir wkwk:/

The Circle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang