Lima Belas

35 4 0
                                    

"Kalo kalian mau cari jalan lain, silakan.
Kita akan bertemu lagi di garis finish.
Dan tetap sebagai sahabat"

🌞

Zania menoleh, tersenyum. Menyemangati anggotanya sebelum akhirnya meneriakkan aba aba jalan, membuat barisan mereka mulai berjalan serentak.

Sepuluh kilometer terakhir, dengan jalan raya yang mudah. Dengan masalah yang terselesaikan di waktu yang begitu tepat. Namun mereka tetaplah manusia, para siswi yang masih berusia belasan tahun. Fisik mereka tidak sekuat laki laki, mereka semua lelah.

Matahari sudah muncul dari ufuk timur, menyambut mereka yang berbaris dari arah barat.

"Zania, pelan aja yang penting sampe" Suara kak Fajar memberi intruksi.

Hana was was. Tina, anggota kelas sepuluh yang berada disamping kanannya mulai terlihat lemas. Jalannya mulai sempoyongan, "Aku pusing, kak" Ucap gadis itu parau.

"Hana, gandeng aja tangannya nggak masalah"

Hana mengangguk, merangkul pundak Tina. Beberapa kali bu Kena memberikan air minum juga, namun gadis itu terlihat sangat lemah.

Hana meneguk salivanya beberapa kali. Kakinya pegal, ia lelah membopong tubuh Tina sendiri. Alhasil ia memilih bertukar posisi, menempatkan Tina di tengah supaya ada yang membantunya.

"Pelan pelan, Zania"

Hana menggeleng keras, ia benar benar lelah. Tapi Hana tidak ingin mengeluh.

"Semangat, tiga kilometer lagi sampai" Suara kak Fajar semakin membuat Hana ingin menangis. Tiga kilometer untuk kondisi mereka sekarang terasa sangat sangat jauh.

"Za, pelan sedikit" Pinta Hana sedikit berteriak, kakinya sakit. Sepertinya jari jarinya lecet.

Mereka sudah memasuki wilayah hutan, sebentar lagi sampai. Hana menatap tubuh Naya yang mulai terlihat sempoyongan. Beberapa kali Naya tampak mengusap matanya, mungkin menangis.

"Aku capek"

"Pusing"

"Kakiku kram"

Dan masih banyak lagi. Beberapa kali Zania mengingatkan mereka untuk tidak banyak bicara dengan sisa tenaganya.

"Kak aku pusing"

Tubuh Tina semakin berat, seperti menggantung, "Baca doa ya, tetep baca doa" Titah Hana parau, lehernya tercekat. Hana menangis dengan terus melafalkan doa doa yang ia bisa didalam hati.

Hana ingin teriak, marah kepada teman temannya yang berada di barisan depan. Hana hampir tertinggal dua meter karena memapah Tina.

"Zania! Lihat anggotanya"

Zania menoleh mendengar ucapan kak Fajar, kemudian menginterupsi semuanya untuk mulai berjalan pelan. Hana menatap punggung Zania, kasihan. Ia tahu Zania lebih lelah, ia tahu Zania juga bingung memikirkan tenaga anggotanya. Jika kalian tahu, kaki mereka saat ini seperti berjalan sendiri. Semakin cepat dan sulit dikendalikan. Telapak kaki mereka juga terasa sangat sakit jika mereka harus berjalan pelan pelan.

The Circle [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang