Bayangan

Bab 20

Sesampai di sekolah Simen dihadapkan pandangan Dodo dan Ratih jalan berdua ke kelas. Apa yang dipikirkan Dodo sampai harus membela Ratih di atas pertemanan mereka yang sudah lama. Simen gak habis pikir.

"Men,"

"Eh Erin" Simen menyambut Erin dengan senyum menutupi rasa malasnya yang baru saja berubah jadi perasaan kesal terhadap Dodo. "Kenapa, Rin? Ada yang bisa dibanting?"

"Ahaha nggak ada. Ada juga ini brosur pendaftaran lomba pensi."

"Pensi? Sekolah kita mau ngadain pensi gini, emang si botak mau mendanai, Rin?"

"Pak Jojo? Tenang, Men. Berkasnya udah ditandatangani. Tinggal nunggu dana cair aja nih Men."

"Sebuah mukjizat, Erin haha. Turun berapa dari atas, Rin?"

"Ditambah sponsor yang anak-anak dapat, cukuplah ngundang band lokal, bangun panggung kecil sama buat hadiah lomba."

"Ya udah ini brosurnya aku terima ya. Nanti ku tempel di angkot biar banyak yang daftar lomba."

"Goblok. Pendaftarnya dari sekolah kita doang, Dodol."

"Simen."

"Iya Simen maksudku."

"Betewe kok tumben kasih ke aku. Kan sukanya ke Dodo, caper ke Dodo sana."

Tampak Erin tersipu malu, "nggak. Titip di kau aja, Men. Sekalian kau daftar lombanya ya."

"Nggak bisa, Rin."

"Kan ada lomba pidato. Pasti bisa lah. Seorang Simen gitu."

"Jangan maksa, Rin. Bisaku cuma mencintai Anis. Mana mungkin aku menduakan Anis."

"Sehat, Men?"

"Alhamdulillah cuma lagi belum sarapan, buk haji."

"Yeuuu. Ngelantur mulu omonganmu. Gak nyambung, Men. Dah lah, gue cabut duluan."

Erin pergi menjumpai teman-teman nya yang lain.

Bodoh banget Dodo lebih milih Ratih daripada Erin haha. Erin, Erin, coba aja hatiku belum diisi Anis, pasti. Pasti tetap Anis sih yang kutunggu ahahaha. Ayo, Anisku besok kita duduk berdua di pelaminan.

Mengingat Anis, semangat Simen kembali terkumpul, ia meneruskan jalannya dari pelataran sekolah ke kelas. Hatinya berbunga terlebih setelah mengingat pertemuannya dengan Anis semalam di warung Mang Uung. Hari ini pun, Simen berharap ketemu Anis.