Bab 4

131 6 0
                                    

Simen berjalan gontai menuju ruangan kepala sekolah. Males banget gak sih berhadapan dengan si botak. Tapi demi Anis lautan atlantis bakal Simen seberangi, dalam kurung bila memang harus kalau nggak harus jangan. Bahaya.

Simen mengetuk pintu ruangan kepala sekolah sebelum Pak Jojo mempersilahkannya masuk dan duduk.

Pak Jojo mengamati Simen dari balik kaca matanya.

"Simen!"

"Ya Pak?" Simen menundukkan kepalanya. Bukan karena takut. Tolong digaris bawahi, bukan karena takut. Sekali lagi bukan karena takut, melainkan karena silau berhadapan langsung dengan botak Pak Jojo.

"Sudah berapa kali bapak bilangin..."

"....banyak pak." Potong Simen.

Pak Jojo mendekatkan wajahnya pada Simen, "kalau orang tua ngomong jangan di jawab-jawabin Simen!" Geram Pak Jojo.

"Baik Pak."

"Simen! Sudah berapa kali bapak bilangin jangan ngulah di sekolah!!" Ulang Pak Jojo, "kamu nggak bosan-bosannya bapak hukum. Biar kamu jera bapak akan beri kamu hukuman yang berat. Jadi.."

Jadi, saya rela menikahi Anis jika hal itu dapat membuat bapak lega, Pak. Hati Simen meneruskan perkataan Pak Jojo sambil senyum-senyum sendiri.

"Berdiri sepanjang hari sampai jam sekolah berakhir di taman sekolah!"

Jdar!!

Hukuman jenis apa ini? Bahkan Simen bisa cabut dengan mudahnya dari taman itu, "terimakasih, Pak." Simen menjabat tangan Pak Jojo lalu mencium tangannya. Simen lalu keluar dari ruangan Pak Jojo dengan hati lega. Semakin berbunga-bunga hatinya ketika berpapasan dengan Anis yang sudah mengkhawatirkannya tadi.

Aih, perasaan anak muda seperti Simen mau ditutup-tutupin seperti apa pun tetap saja bakal ketahuan. Hatinya sangat bahagia menuju taman sekolah yang dimaksud Pak Jojo.

"Gimana, Men?" Sapa Dodo yang menunggu Simen keluar dari ruang guru.

Posisi ruangan kepala sekolah ada di dalam ruang guru jadi ruangan beliau seperti ruangan di dalam ruangan. Ini katanya supaya menghemat biaya pembangunan sekolah. Padahal mah menurut gosip yang beredar biar Pak Jojo bisa korupsi dari dana yang disalurkan yayasan.

"Aman!!" Simen melangkahkan kakinya enteng dengan tangan yang ia pautkan di bahu Dodo.

"Aman gimana? Gak dihukum?"

"Dihukum dong. Dihukumnya disuruh ngelamar Anis ditunggu sampai besok."

"Masa?"

"Ya enggaklah bego. Hahaha." Simen memukul kepala Dodo lalu berlari menghindari amukan Dodo.

Dodo yang tidak bisa tinggal diam dikerjain Simen ikut berlari mengejar Simen di belakangnya.

Simen tampak bahagia. Bahkan larinya bisa lebih cepat dari biasanya. Kakinya berkelana melalui lorong-lorong kelas hingga tanpa terasa ia telah sampai di taman sekolah.

Simen berbalik badan mencari orang yang seharusnya mengejarnya dari tadi ternyata sudah lenyap. Pantes suaranya gak ada.

Simen tidak ambil pusing dengan ada tidaknya Dodo. Ia sudah sampai di depan pohon yang biasa anak-anak sekolahnya gunakan untuk cabut, tidak terkecuali dirinya. Simen mengambil posisi dengan duduk dan merentangkan badannya di depan pohon itu. Bukannya berdiri, Simen malah tidur.

BayanganWhere stories live. Discover now