BAB 14

34 2 0
                                    

Gadis manis berambut pendek itu baru saja keluar dari rumah sewaannya dan menggeliatkan badan, suasana siang ini mendung, matahari seolah ingin bersembunyi dan beristirahat sejenak untuk menyinari Bumi. Untuk itu, Naura merasa ingin berjalan kaki menuju cafe, dia ingin menikmati suasana romantis ini walaupun dia sebenarnya sedang sendirian sekarang.

Jangan salah, jarak antara cafe dan rumahnya tidak terlalu jauh dengan kendaraan. Mungkin hanya membutuhkan 20 menit dengan motor, 30-45 menit dengan mobil apabila terjebak macet. Jadi untu berjalan kaki, mungkin membutuhkan waktu lebih dari 45 menit apalagi ketika Naura hanya berjalan santai. Tapi tidak apa, dia benar-benar ingin menikmati suasana kota besar yang sering ia acuhkan.

Kendaraan masih padat berlalu lalang, karena ini waktu sudah menunjukkan menjelang makan siang tepatnya pukul 11. Sesekali Naura melihat beberapa pedagang yang mengalihfungsikan trotoar sebagai wilayah teritori mereka. Banyak jajanan yang membuat Naura ingin membeli semuanya. Akhirnya dia membeli crepes, pisang coklat, dan juga seblak untuk cemilan di cafe nanti. Deretan pedagang masih lumayan panjang, terlebih lagi ini merupakan sekolah kompleks, tentu saja banyak pedagang yang memilih untuk berdagang disini.
'Drrttt' getaran Hp di saku celananya membuat Naura sedikit terperanjat.
'Ade' keluhnya. Suasana juga cukup ramai. Dia pasti tau kalau Naura sedang berada diluar.
'Angkat, nggak, angkat, nggak' batin Naura bimbang.

Naura memutuskan untuk mengangkat telpon yang sudah berdering untuk kedua kalinya. Dia tidak ingin membuat masalah lagi.
"Assalamualaikum," suara berat di seberang telpon menyapanya.
"Waalaikumsalam, pesan aku masuk kan?" Naura memastikan bahwa pesan yang berisi izinnya untuk berangkat sendiri ke cafe telah dibaca oleh laki-laki itu.
"Udah, bareng siapa kamu? Imelda?" Tanya Ade yang terdengar seperti membuka pintu mobil dan memberikan arahan kepada sopir kantornya itu.
"Berangkat sendiri. Kan udah aku kasih tau di w.a,"
"Berangkat sendiri?? Bener-bener sendiri? Naik apa? Udah sampe mana?" Jiwa posesif kekasihnya mulai memberontak dan memberondong Naura dengan sederet pertanyaan.
"Mendung ini, udah mau ujan. Kamu ga naik ojek kan?" Belum sempat menjawab pertanyaan sebelumnya, Ade kembali mencecar dengan pertanyaan lainnya.
'Pasti disikat abis ini, ketauan jalan kaki. Bilang apa dong,'
'Lagian kenapa telpon sekarang sih' batin Naura kesal.

"Naura, kamu dimana?" Suara Ade mulai mendesis marah.
"Ini lagi dijalan lho,"
"Aku dengar dengan jelas suara jalan raya disitu, kamu ga mungkin naik mobil. Naik ojek kamu?"
"Nggak," lirih Naura. Berharap Ade bisa membiarkannya tenang sejenak tanpa sifat posesif lelaki itu.
"Terus?" Tanya Ade yang juga terdengar seperti mengobrol dengan seseorang.
'Mungkin ngomong sama supir'
"Aku lagi jalan kaki,"
"Jangan becanda kamu," suara Ade mulai terdengar semakin menyeramkan.
"Ish, lagi pengen jalan aja. Suasananya mendukung banget. Udah, bentar lagi aku sampe kok," tidak terdengar balasan dari seberang telpon. Naura menjauhkan Hp di telinganya memastikan telponnya masih tersambung. Kemudian terlihat permintaan Ade beralih ke video call. 'Astagaaaaa, memang bener-bener si Ade' Gerutu Naura sambil mengangkat panggilan video-nya.

"Halo, aku ga apa-apa. Cuma lagi kepengen jalan," ujar Naura yang agak was-was melihat pandangan Ade memicing tajam tanpa berkata apa-apa. Dia hanya melongok dan berusaha mencari tau dimana Naura berada.
"Dimana kamu?"
Naura memutar bola matanya kesal.
"Ish ini baru di depan starbucks di perempatan arah ke mall SCM, udah. ."
"Eh. . Eh. . Jambret. Pak tolongin pak," seru Naura yang kaget ketika tiba-tiba ada lelaki bertopi yang sekejap mengambil Hp yang dipegangnya dan kabur menggunakan sepeda motor dengan temannya. Orang-orang disekitarnya saling berteriak tanpa ada satupun yang mengejarnya. Susah karena penjambret itu sudah menghilang di keramaian lalu lintas kota dengan cepat.

Naura yang masih kaget dan shock bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan orang-orang yang mulai berkerumun penasaran dengan apa yang terjadi.
'Sial banget sih gue. Hp kesayangan gue. Beli harus nabung dulu. Dasar jambret jahanam' makinya dalam hati dan mulai berjalan masuk ke arah starbucks. Dia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini dan memilih masuk mendinginkan hati dan pikirannya yang semakin berasap.
Naura menyeruput kopinya sambil mengingat-ingat, berapa jumlah saldo di rekeningnya. Mungkin dia harus mampir ke toko Hp sepulang kerja nanti dan membeli salah satu brand yang tidak terlalu mahal. Sebenarnya saldonya lumayan banyak, dan 3/4 total saldonya berasal dari Ade, dan Naura berniat untuk mengembalikannya setelah dia bisa mendapatkan no rekening lelaki itu tanpa Ade tau.

NAURAWhere stories live. Discover now