BAB 11

62 5 0
                                    

Naura merengut kesal dan menonaktifkan HPnya.
Oke, fine! Kalau Ade itu tidak bisa dihubungi, jangan harap dia bisa menghubungiku,’ batin Naura kesal. Imelda yang sejak tadi membereskan barang-barangnya bersiap untuk pulang hanya bisa geleng-geleng kepala. Naura sudah seperti orang gila, dia akan memeriksa HP dan menggerutu kesal seolah-olah Hpnya lah yang salah sehingga pacarnya tidak bisa dihubungi sejak tadi sore.
“Udah kalau elo mau pulang, nebeng gue aja. Biasanya juga bareng gue ini,”
“Nggak deh, gue tungguin aja. Lagian sih pake sok-sok an protective jadi orang. Jangan bawa kendaraan sendiri ya, anak gadis gak boleh naik taksi malem-malem, nanti aku jemput, bla bla bla” sahut Naura yang meniru  gaya bicara Ade yang membuat Imelda terkekeh geli.
“Seriusan lo gak mau bareng gue? Udah jam setengah 10 lho, bang Raihan juga lagi gak ada di cafe,”
“Boleh deh, gue nginep sekalian ya. Gue juga lagi gak ada kuliah besok,” sahut Naura yang membuat Imelda memekik senang. Dia juga lagi tidak ingin sendirian.
“Aseeekkkkk, pajamas party!!! Nonton film juga ya. Kita beli cemilan dulu di supermarket,” Naura tertawa geli melihat antusiasme sahabatnya itu.
“Gaya lo pajamas party, lo biasanya juga tidur pake tanktop sama CD doang, bukan piyama,”
“Iihh, itu kan istilah doang ra. Bodo amat tidurnya pake apaan juga,” sahut Imelda riang sambil menarik Naura keluar cafe.

~~~

“Kok horor lagi sih, mel?” bisik Naura dibalik bantalnya. Naura dan Imelda duduk berhimpitan di atas kasur medium Imelda. Keduanya memeluk bantal dan menatap ke depan tv dengan takut.
“Gue dapet banyak film horor dari Rendy, dan belum ada satupun yang gue tonton. Jadi mumpung lo nginep sini, kita bisa nonton sepuasnya,” sahut Imleda tidak kalah lirihnya.
“Ganti aja dong mel, gue takut nih,”
“Udah ah, jangan berisik,” Naura semakin menekuk wajahnya dan terpaksa memfokuskan matanya ke film sialan itu.

~~~~

Pagi itu, ketika Naura dan Imelda baru menapakkan kakinya ke dalam cafe, mereka langsung mengerutkan kening. Tidak biasanya sesepi ini, walaupun tidak ada pelangganpun suasana cafe pasti tetap riuh dengan ocehan-ocehan pegawai yang sudah seperti keluarga itu.
Naura dan Imelda saling berpandangan, seolah-olah saling mengirim pesan bahwa pasti ada yang salah. Ditambah lagi Nurul yang terlihat habis menangis dibalik kasir. Pintu kantor Raihan di lantai dua menjeblak terbuka, mengagetkan karyawan di lantai bawah.
Untung aja belum ada pelanggan’ batin Naura.
“Darimana kalian?” sentak Raihan kasar. Naura dan Imelda membulatkan matanya. Pantas saja pegawai lainnya mengkeret, ternyata Raihan penyebabnya. Ada apa dengan abangnya itu? Raihan terlihat kuyu dengan kantung mata seperti orang yang tidak tidur semalaman.
“Kenapa diam aja? Sudah jam berapa ini?” bentak Raihan yang semakin kesal melihat dua pegawainya yang hanya menunduk tanpa menjawab pertanyaannya.
“Tadi sepedanya Imel bocor bang, mangkanya masih nambal ban dulu,” lirih Naura
“Kalian berdua telat 1 jam, ngerti? 1 jam. Jangan karena saya sering bercanda, kalian bisa berbuat seenaknya seperti ini,”
“Baik pak, kami minta maaf. Kami janji tidak akan mengulanginya lagi,” sahut Imelda dengan pelan. Mereka masih tidak berani menatap wajah Raihan yang sedang marah itu, tidak ada satupun pegawai yang berani menatap wajah boss besarnya kalau sedang mengamuk seperti ini.
“Kalau sampai kalian ulangi lagi, saya potong gaji kalian,”
“Baik pak,”
“Imelda kembali bekerja, Naura, kamu ke ruangan saya,” seketika Naura membulatkan matanya dan menatap punggung Raihan yang sudah beranjak kembali ke ruangannya. Naura menggigit bibirnya gelisah, dia menatap Imelda meminta pertolongan.
“Gue salah apa nih, Mel?”
“Mana gue tau, udah lo buruan ke ruangan si boss sana,” sahut Imelda sambil melihat Naura dengan prihatin.
“Temenin dong Mel,” pinta Naura dengan menarik lengan Imelda.
“Ih, elo kalo nyari mati jangan ngajak-ngajak dong. Udah ke atas buruan,” Naura semakin mencebikkan bibirnya, pasrah ketika Imelda mendorongnya ke ruangan Raihan. Tuhan, salah apa lagi dia hari ini?
“Awas ya lo, kalo gue beneran koid, lo orang pertama yang gue samperin,” sahut Naura kesal sambil menggerakkan tangannya seolah mencekik Imelda yang disambut oleh kekehan wanita itu.
Ketika Naura menutup pintu ruangan Raihan, seketika aura dingin ruangan itu membuat tengkuknya meremang. Abangnya itu adalah orang yang humble, tetapi ketika dia sudah mengamuk seperti ini, berarti Naura sudah membuat kesalahan besar.
“Duduk,” ucap Raihan dingin.
“Hem. . ada apa abang manggil Naura?” sahut Naura yang memberanikan diri melihat Raihan yang sudah terlebih dahulu melihat Naura dengan tatapan tajamnya membuat Naura langsung tertunduk lagi.
“Kemana kamu semalem?”
“Eh??” kening Naura berkerut bingung. Semalem? Sepertinya dia tidak ada janji dengan Raihan.
“Kemana kamu semalem?”
“Naura di rumah Imel,”
“Kenapa HP kamu gak aktif?” tanya Raihan
“Eh. . .itu,”
“Kenapa ra?”
“Semalem Naura kesel sama Ade yang gak bisa dihubungi, jadi HP Naura dinonaktifkan,” jawab Naura takut-takut. Naura semakin menunduk takut ketika mendengar dengusan kasar Raihan.
“Kamu nonaktifin HP kamu karena kesel sama Ade? Kamu gak tau gimana khawatirnya abang waktu tau kamu gak ada di rumah, gak bisa dihubungi, Ade juga gak tau dimana kamu? Tau gak kamu?” bentak Raihan membuat Naura mengigit bibirnya menahan tangis. Abangnya kalau lagi ngamuk begini emang, benar-benar menakutkan.
“Gak tau bang,” Naura yang masih menunduk seketika tersentak ketika Raihan membanting gelas ke lantai.
“Maaf,” sahut Naura pelan. Raihan menghela nafasnya dengan kasar. Hanya Naura yang bisa membuatnya uring-uringan seperti ini. Naura tidak tau, Raihan tidak tidur semalaman, mencari gadis kecilnya yang menghilang tanpa jejak.
Ade sama frustrasinya seperti Raihan, Hpnya tertinggal di cafe ketika bertemu dengan salah satu tamu pentingnya, dan ketika Ade kembali Hpnya sudah hilang dan tidak bisa dihubungi. Dan Ade semakin frustasi ketika tidak menemukan Naura di cafe.
“Sudah kamu bisa kembali kerja. Lain kali jangan diulangi lagi,”
“Iya bang, Naura permisi dulu,” sahut Naura pelan.
“Hmmm,”

Jantung Naura masih berdetak tidak karuan setelah mendapat amukan Reihan tadi pagi. Suasana cafe masih terasa mencekam karena para pegawai cafe tidak bercanda seperti biasanya. Efek amukan boss besar mereka memang selalu seperti ini, bisa berjam-jam lamanya. Naura juga tidak melihat Reihan keluar dari ruangannya.
Dan sekarang Naura sedang memberanikan diri menghampiri Reihan untuk mengantarkan makanan. ‘mudah-mudahan mood bang Rei udah baik’ batin Naura. Naura mengetuk pintu ruangan Reihan dan mendengar samar suara laki-laki itu menyuruhnya masuk.
“Bang,” Reihan mendongak mendengar Naura yang mengetuk ruangannya. Reihan hanya menatapnya datar tanpa senyum yang malah membuat Naura gugup dan menundukkan kepalanya. Dengan takut-takut, Naura meletakkan nampan berisi nasi goreng dan jus melon kesukaan Rei.
“Abang belum makan kan dari pagi, jadi Naura bawain makanan,” Naura hanya mendengar helaan napas panjang Rei, tanpa sapaan seperti biasanya.
‘Oke, kayaknya abang bener-bener marah, lama-lama sama abang malah keliatan kayak orang gila, ngomong sendiri,’
“Kalo gitu, Naura keluar dulu. Abang jangan lupa makan,” Naura sudah akan melangkah pergi, tetapi panggilan Reihan menahannya.
“Ra,” Naura langsung menghadap Rei ketika mendengar suara Rei yang bergetar. Reihan memijat pelipisnya dengan kepala menunduk.
“Abang gak apa-apa?” sahut Naura sambil menghampiri Reihan. Reihan tidak menjawab, hanya menarik tangan Naura dan mengajaknya duduk di sofa. Rei kemudian memeluknya, masih diam tanpa kata. Naura yang terkejut dengan ragu membalas pelukan Reihan, jantungnya bergemuruh, bahkan Naura takut Reihan bisa mendengarnya.
“Jangan kayak gitu lagi. .,” dahi Naura berkerut bingung mendengar suara lirih Rei, tidak biasanya Reihan seperti ini. bahkan ada masalah besar dengan cafe 1 tahun lalu, Reihan masih bisa tersenyum dan ceria seperti biasa.
“Jangan buat abang khawatir lagi. Mau semarah apapun kamu, entah sama Ade ataupun abang, tolong jangan pernah matiin Hp kamu lagi. Jangan bikin abang khawatir lagi,”
“Bang. .” Naura tergagap dan langsung diam merasakan pelukan Rei yang semakin ketat.
“Janji kamu sama abang, jangan kayak gitu lagi,”
“Janji Ra,” terus seperti berulang-ulang, Reihan terus meracau dengan suaranya yang semakin lirih dan bergetar. Kenapa bang Rei sampai seperti ini?
“Iya, Naura janji. Naura gak bakal matiin Hp Naura, Naura gak bakal bikin abang khawatir lagi. Naura minta maaf ya bang, Naura gak niat bikin abang khawatir sama Naura,”
Naura tidak menyangka ternyata kemarahan Reihan tadi pagi karena ulahnya. Naura tersenyum dan semakin bergelung nyaman di pelukan Reihan dengan Reihan yang berulangkali mengecup kepalanya.
“Kamu sudah makan?” Reihan tersenyum kecil ketika Naura menganggukkan kepalanya. Nyaman sekali seperti ini, andai saja dia punya kekuatan super untuk menghentikan waktu, Reihan berharap bisa terus seperti ini, dengan orang yang dicintainya, sangat dicintainya. Sudah sejak lama, bahkan mungkin sebelum Naura mencintainya, tapi biar saja hanya dia yang tahu. Mungkin lebih baik seperti ini.
“Sudah sana kembali kerja, keenakan ya kamu dipeluk-peluk, pasti lagi ngerayu biar gak usah balik kerja,” Reihan memundurkan kepalanya, hanya sampai bisa melihat wajah Naura dengan jelas. Naura menyeringai lucu, Reihan ternyata sudah hapal kebiasaannya.
“Iya Naura balik kerja, tapi abang jangan lupa makan ya. Itu Naura sendiri yang bikin lho,” sahut Naura dengan senyum bangga.
“Sekarang bikinnya pake bumbu sachet apa?” tanya Reihan geli. Reihan semakin tertawa melihat wajah Naura yang memerah. Naura sama sekali tidak bisa memasak. Jangankan memasak, Naura tidak bisa membedakan bumbu-bumbu seperti ketumbar, kemiri, pala, dan teman-temannya.
“Tapi itu spesial bang, dibuatnya pake perasaan,” sahut Naura sambil mengerucutkan bibirnya. Wajah ngambek Naura malah semakin membuat Reihan geli.
“Iya. . iya pasti abang makan kok,” Naura tersenyum manis melihat abangnya sudah kembali seperti semula ditambah mengejeknya pula. Tetapi tidak apa, itu tandanya bang Rei sudah tidak marah lagi.
YAAAAYYY’
‘Mission Completed!’
Naura masih harus menyelesaikan masalahnya dengan satu orang lagi, Ade! Huhh. Gak lagi pake acara ngambek-ngambekan kayak semalem.

~~~~

Udah lama banget g update cerita ini, udah ga tau ini mau dilanjut apa kaga 😂😂
Maapkan typo berteberan dmana2 🙄🙄🙄

Jangan lupa voment sahabat orange 😍😍😍😘😘😘😘😘

~~11-09-2019~~

NAURADonde viven las historias. Descúbrelo ahora