7

105 15 52
                                    

Entah kerasukan apa, Sekar minta Calum menemaninya jalan sampai ke tempat kerjanya yang memang masih berada satu kawasan dengan bengkel Ricky. Tentu saja dengan senang hati Calum mengiyakan.

Dengan berbekal ucapan good luck dari Luke, Calum kini berjalan di samping kanan Sekar dengan langkah kaki terasa sangat ringan seperti habis makan cloud bread, saking senangnya. Calum menggumamkan sebuah lagu dengan riang karena merasa menang ketika tadi Sekar menolak diantar Ricky. Sekar sendiri dari tadi membisu sambil mengamati jalan, terkesan cuek bebek pada tingkah laku Calum.

"Kar,"

"Cal,"

Kata Calum dan Sekar bersamaan.

"Lo duluan," ujar Sekar yang lalu dibalas kalimat sok gentle dari Calum berupa,

"Ladies first, please.." Calum membuat gestur silakan dengan tangannya

"Ng.. Rick tadi, em, maksud gue Bang Ricky, dia nembak gue tadi." Calum sontak menoleh ke gadis yang kini menundukkan kepalanya itu. Kakinya yang tadi enteng seperti melayang diantara awan-awan, tiba-tiba berat seolah sepatu milik Emma Bloom dari film Miss Peregrine's Home for Peculiar Children itu sekarang menempel sebagai alas di kedua kakinya.

"Oke," Calum merespons singkat lalu terdiam beberapa saat ditempatnya. Ajaib bahwa muka Calum adalah pentas sandiwara terhebat yang pernah ada, tidak terpancar sedikitpun disana retakan yang barusan terjadi di hati Calum.

"Sekarang giliran gue kan, gue nggak ngerti gimana ngomongnya, tapi, gue..." Calum bicara tanpa memandang Sekar yang justru kini menghujaninya dengan tatapan yang entah apa maknanya. "Sebenernya gue pengen eskrim, tapi dompet sama tas gue ketinggalan di Luek." Calum nyengir sambil menunjuk Kang eskrim keliling di belokan jalan.

Bahu Sekar melorot mendengarnya. Sikap begini yang membuat Sekar tidak bisa habis memikirkan bagaimana bisa cowok cuek kebangetan, norak, tidak peka, dan tidak bisa serius seperti ini memusingkannya belakangan ini. Berdecak kesal kemudian Sekar mengeluarkan selembar lima ribuan dari saku celananya. Calum tersenyum lalu lari setelah menyambar uang itu, dia menuju penjual eskrim yang menjual merk eskrim paling masyhur di negara ini dengan warna merah dan logo hati-nya itu.

Sekar mengikutinya di belakang, berjalan seperi keong. Sambil mengamati Calum yang sedang tertawa di tengah perdebatan kecilnya dengan si penjual eskrim. Mengamati Calum yang seolah menganggap ucapan Sekar soal Ricky tadi sekedar angin lalu, dan tidak berarti apa-apa baginya.

Calum menghampiri Sekar lagi lalu memberinya sebungkus dari dua eskrim coklat dua ribuan yang dibelinya. Dan karena itu dibeli dengan uangnya, Sekar jadi merasa tidak perlu repot bersopan santun pura-pura menolak, lagi pula itu juga bukan gayanya.

"Hadiah, karena lo sekarang pacarnya Bang Ricky?" ujar Calum sambil menyamakan langkah lagi disamping Sekar.

Sekar hanya merespons dengan lirikan sekilas. Cowok yang sedang mulai menjilati eskrim disampingnya ini memang sulit dimengerti, dari sudut manapun manapun, seakan-akan di tiap sisi tindakannya terpasang tabir yang mustahil Sekar tembus.

"Anggep aja ini traktiran buat gue, pajak jadian gituu, masa gitu doang ngambek, Kar, ah." kata Calum sambil menoel-noel pundak Sekar.

"Hemm."

"Kar, ih! nanti pulangnya gue jemput deh, yah,"

"Hemmm."

"Kar lo jadi pacar gue aja kek,"

"Hm-" Sekar langsung menoleh ke Calum yang tengah menahan-nahan tawanya. Ia menatap Calum setajam silet, dan membuat tawa Calum tak jadi lepas.

"Sori-sori, gaakan gitu lagi, janji gue, lagian gue gamau lah jadi pebinor." kata Calum sambil mengibarkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk tanda peace. Setelahnya Calum langsung terdiam. Memikirkan kemungkinan bahwa Sekar sedang kelebihan hormon karena datang bulan.

Calum menengok ke arah tempat kerja Sekar yang barusan mereka lewati.

"Kebablasan, Kar!" kata Calum pada Sekar yang terus saja berjalan. "Sekar!" Calum meneriakkan namanya tapi Sekar malah mempercepat langkahnya dan berbelok di perempatan depan.

"Gimane ceritanya malah gue ditinggal. Kar, woy!"

Calum mengejarnya meskipun sejujurnya sekarang sangat ingin Sekar segera menyingkir dari pandangannya, karena kalian pasti tahu seperti apa rasanya mengetahui orang yang disayang berakhir bersama orang lain.

Calum celingukan karena kehilangan jejak, Sekar tidak terlihat di mana-mana.

Sekali lagi Calum mengedarkan pandangannya, kemudian mengembuskan napas lega melihat Sekar tengah duduk di bangku halte bis tempat mereka turun tadi sambil menatap ke jalanan. Calum segera menghampiri gadis itu.

"Kar, udahlah, nanti gue ganti deh, lagian cuma lima rebu juga." Calum berjongkok didepan Sekar dan melihat dengan jelas mata gadis itu merah dan penuh air.

"Lo sakit?" tangan kanannya memegang dahi Sekar, berusaha menjadi termometer demi memastikan kondisi gadis itu. Sekar menggelengkan kepala tanpa melihat pada Calum yang dalam situasi ini tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Gue mau pulang." Air mata Sekar meleleh seperti eskrim coklat di tangannya. Mana ada, cewek baru ditembak cowok sekeren Bang Ricky malah jadi uring-uringan begini. Pikir Calum.

Tangan Calum sudah pindah mengelus lembut tangan Sekar. Sekar akhirnya menatapnya, langsung menyorot ke mata hitam Calum seolah tatapan itu laser yang bisa membutakan.

"Gue bilang enggak, ke Bang Ricky." Kata Sekar di sela-sela dia menangis.

Setengah tidak percaya, Calum tersenyum seketika itu.

"Bego bat dah, yaudah anggep aja lu balas dendam, ngapain nangis segala." Ujar Calum ketika berhasil membawa Sekar ke dalam pelukannya.

"Gue sayangnya sama lo, Lum." air mata Sekar turun lebih banyak ditandai dengan basahnya kaos yang Calum kenakan. Calum hanya senang dan mungkin bisa segera jadi gila mendengar kalimat Sekar barusan meskipun tidak tahu pasti apakah sayang yang Sekar bilang sama dengan sayang yang Calum selalu rasakan. Calum mengeratkan pelukannya, ini pertama kalinya seorang gadis menangis dihadapannya. Dan gadis itu adalah Sekar.

"Pulang, yuk? Malu diliatin orang, tar dikiranya gue apa-apain anak orang." dengan kaku Calum mengelus rambut Sekar.

Sekar mengangguk kemudian melepaskan diri dari pelukan Calum. Calum berniat menggandeng tangan Sekar, sesaat sebelum Sekar gunakan tangan itu untuk mengelap sisa air di pipinya. Membuat Calum hanya menggandeng kekosongan udara diantara mereka.

"Lum gue serius." kata Sekar. Calum hanya menaikkan alisnya untuk mewakili sejuta tanya yang tidak mampu lolos dari bibirnya. "Gue sayang sama lo, terus lo-nya gimana ke gue?" terlihat sekali Sekar berusaha keras untuk terus terang. Dia sudah tidak mampu lagi melihat kearah cowok berwajah blasteran jawa-oriental itu.

"Itu bagus Kar, gue juga sayang sama lo, kita udah temenan dari lama gimana bisa gue nggak sayang sama lo." dalam pikiran Sekar Calum hanya sedang berpura-pura bodoh, dia sedang mempermainkan Sekar lagi untuk kesekian kalinya dan itu super menjengkelkan.

"Gue bahkan nggak percaya harus ngomong ini Lum, gue sayang sama lo lebih dari sayang sebagai temen. Terserah kalo lo masih mau main bego-bego-an, mau goblok beneran juga gapeduli gue sekarang." Sekar memberikan paper bag dari Ricky tadi ke Calum, mendorongnya kuat-kuat ke dada Calum.

Sekar bangun dari duduknya, menyeka air dari matanya lalu lari masuk ke dalam bis. Sekar berharap tidak akan ada lagi besok untuk bertemu Calum. Rasanya dia tidak bakal kuat.

Calum hanya bisa menatap punggung Sekar yang berangsur menjauhinya sambil berusaha untuk tetap tenang, berusaha tetap bodoh. Calum terlalu pengecut sehingga ingin jadi kesatria dengan caranya sendiri yang jelas-jelas salah, Ricky abangnya Luke, yang sudah dia anggap abangnya sendiri, jelas-jelas Bang Ricky suka Sekar. Calum tahu Luke selalu mendukungnya, tapi Ricky tetap abang Luke. Dan bagi Calum, akan sulit untuk membuat kalian mengerti apa yang sesungguhnya ada di dalam pikiran ruwetnya.

Kalau saja bukan Ricky, Calum sesungguhnya bahagia mengetahui Sekar merasakan yang sama dengannya. Jutaan kembang api yang indah sedang menghiasi seluruh hatinya sekarang, dan jelas sekali terasa ledakannya melukai hati Calum.[]

Tapi Bohong  • cth (Completed)✓Where stories live. Discover now