Tujuannya sekarang adalah melunturkan emosinya bersamaan dengan angin yang menerpanya.

Mengendarai motor dengan kecepatan gila. Menyelip disaat ada kendaraan lain yang ada didepannya.

Walaupun banyak sekali umpatan orang-orang untuknya. Deva tidak perduli. Hanya dengan ini Deva mampu meringankan beban hatinya.

Tiba-tiba ada sebuat motor sport berwarna merah memblayer motornya tepat disamping Deva.

Deva semakin tidak terkendali. Ia menancapkan gas motornya dengan kecepatan penuh.

Tapi karena motor yang ia kendarai adalah motor matic, tidak lama kemudian seorang yang mengendarai motor sport berwarna merah itu berhasil melewati Deva lebih dulu.

Deva menggerema kesal.

" Shit!" umpat Deva dengan mencengkram stir motornya.

Deva kembali menancapkan gas motor yang sebelumnya ia kurangi.

Motor sport berwarna merah berada didepannya. Deva yang merasa ditantang pun mencoba mendahului motor sport tersebut. Ketika Deva hampir mendekatinya, motor sport tadi malah menyalip bus pariwisata yang ada didepannya.

Seakan tidak perduli sekitarnya, Deva juga ikut menyalip bus yang hampir dilewati oleh pengendara motor sport tersebut.

Ketika Deva menyalip bus ia berada ditikungan.

Pada saat posisi Deva berada didekat pintu depan bus, ternyata ada bus lain berlawanan arah hampir dekat dengan Deva.

Deva tidak mengurungkan niatnya untuk terus menyalip bus yang hampir ia lewati.

Berhenti? Itu bukanlah pilihan yang tepat. Karena jika Deva berhenti dan puter balik risiko ia tertabrak bus tersebut lebih tinggi.

Dengan pasrah nyawa, Deva meneruskan keinginannya untuk menyalip bus. Tanpa ragu Deva menancapkan gasnya. Dan--

Tiinn!! Tiinnnn!!!!

Bus yang berlawanan arah dengannya memberi klakson yang memekikkan telingannya.

Setelah itu Deva tidak lagi mendengar suara klaksonan dari bus maupun kendaraan lain.

Dengan tubuh lemas Deva memejamkan mata.

Deva berhasil melewati bus dengan selamat.

Mendadak tangannya menjadi tremor. Entah karena apa, mungkin karena suara klakson bus yang memekikkan telinganya atau mungkin Deva merasa bahwa ia hampir akan tertabrak oleh bus tadi.

Deva berdehem mencoba menetrelkan perasaan yang tidak mampu ia jelaskan saat ini.

Saat ini Deva telah sampai diparkiran sekolahnya.

Deva masih belum percaya kalau ia masih bisa bernafas sekarang. Padahal bus tadi sudah berada didepan matanya.

Menghembuskan nafas kasar. Deva melangkahkan kakinya untuk segera memasuki kelasnya.

Hanya tatapan lurus yang diperlihatkan oleh Deva.

Tidak memandang kanan kiri, apalagi ke belakang. Hanya menatap ke depan. Ia segera ingin memasuki kelasnya.

Tinggal lima langkah menuju kelasnya. Yang berarti pintu kelas sudah dekat dengan dirinya.

Namun, Deva terpaksa harus menghentikkan langkahnya karena seorang siswi didepannya.

Dengan gaya angkuhnya, siswi cantik tersebut menyilangkan kedua tangannya ke depan dadanya.

'Ck, kenapa hari ini gue merasa dunia sedang mempermainkan emosi gue?' Deva

Deva menggeram kesal. Menatap tajam sosok perempuan yang berada didepannya sekarang.

" Lo osis kan dek? " tanya siswi tersebut dengan senyum seringainya.

Deva hanya berdehem untuk menjawabnya.

Deva dikelilingi oleh 6 siswi. Yang dimana 5 dari mereka adalah antek-anteknya yang mencegah langkah Deva tadi.

" Lo osis. Tapi penampilan lo itu nunjukkin badgirl! Gak sesuai banget! " ejek siswi yang tak lain lagi adalah kakak kelasnya Deva yang sering duduk nongkrong didepan kelasnya.

Dan mereka-lah yang sering diberi umpatan oleh Liyan. Ya, walaupun dibelakang mereka. Tau sendiri Liyan panakut.

'Drama apalagi sih ini? Apa yang salah sama gue?' Deva

" Turunin lengan lo! Lo disini itu baru. Jadi harus ikutin aturan sekolah ini! " perintah Fani, siswi yang berdiri angkuh didepan Deva.

" Buang-buang waktu!! " cibir Deva, lalu pergi meninggapkan kelompok ondel-ondel.

____

" Lo kenapa De? " tanya Mila ketika melihat raut wajah Deva yang memberengut tidak seperti biasanya.

Walaupun tiap harinya Deva selalu pasang wajah juteknya sih. Tapi tidak separah ini.

Deva hanya menggelengkan kepala. Mila pun bungkam tanpa mau bertanya lagi. Toh, emang Deva tidak bisa ditebak orangnya.

Masalah yang dibahas dirumahnya tadi benar-benar membuat Deva kepikiran.

Deva menelungkupkan kepalanya didalam kedua tangannya yang diletakkan diatas meja.

" Lo baik De? " kali ini bukanlah Mila lagi yang bertanya. Melainkan Nazril.

Cowok yang telah menginginkan
Deva menjadi kekasihnya, tapi malah mendapat penolakan dari Deva.

Setelah lama tidak bertegur sapa dengan Deva, akhirnya Nazril mau mencoba lagi.

Baginya, tidak apa tidak bisa menjadi kekasih Deva. Menjadi temannya Deva saja sudah lebih dari cukup.

Karena dari teman pun, ia bisa berdekatan dengan Deva.

Jangan lupa jejaknya lho ❤

Te Amo RamaWhere stories live. Discover now