1. Beginning

3.5K 100 5
                                    


Kuraih buku diary dan pena ku yang terletak di atas meja belajar, dan dengan perlahan ku buka lembar demi lembar yang ada di diary ku.

Mulai dari halaman satu sampai halaman ke 28, penuh berisi curhatan hati ku untuk sang pujaan hati, Jung Jaehyun.

Ku benarkan posisi ku dan mulai menulis kata demi kata di halaman 29.

Korea Selatan, 21 Juni 2018 05.02

Tidak terasa sudah setahun aku menulis tentang mu di buku diary ini.

Aku sangat berterima kasih kepada mu, Jung Jaehyun. Orang yang sudah membuat hari ku lebih berwarna, sudah membuat ku perlahan bangun dari keterpurukan ku di masa lalu, walaupun terkadang masih sedikit berbayang di pikiran ku.

Senyum ku yang dulu sempat hilang kini mulai kembali, berkat diri mu Jung Jaehyun.

Berkat diri mu, mental ku sudah mulai membaik walau belum sepenuhnya pulih.

Berkat diri mu kini aku sudah mulai bisa bergaul dengan orang lain, tidak seperti dulu.

Hanya dengan melihat mu di layar kaca kau sudah melakukan banyak perubahan baru di hidup ku.

Walaupun kau tidak tahu aku hidup, tapi kau mampu mengubah hidup ku.

Aku amat berterimakasih untuk mu, sang pemilik lesung pipi yang menggemaskan, Jung Jaehyun.

Orang yang selalu menjadi "matahari" ku di kala "hujan" turun.

Suara nya yang candu, mampu membuat hati ku tenang.

Wajah nya yang indah, mampu menenangkan pikiran ku

Senyum nya yang manis, mampu menghapus air mata ku.

Dan tawa lepas nya, yang mampu membuat ku ikut tertawa Walaupun hati ku sedang terluka.

Sekali lagi Terima kasih sudah membuat gadis berumur 17 tahun ini kembali tersenyum seperti sedia kala.

Setelah selesai, ku tutup perlahan buku diary tersebut, lalu kutaruh ke tempat asal nya.

Ku lirik jam dinding di kamar ku, menunjukan jam 5 dini hari.

Aku menghela nafas panjang, jangan pikir aku baru saja bangun. Aku ini belum tidur sama sekali, entah sejak kapan aku mengidap insomnia.

Tapi satu hal yang harus kalian tahu, aku benci tidur.

Terkadang aku bisa tidak tidur 2 hari, sampai sampai mata ku menjadi berat.

Ku raih ponsel ku di atas nakas lalu ku baringkan tubuh ku di kasur kesayangan ku.

Lalu ku buka ponsel ku dan seperti biasa, tidak ada yang menarik, kecuali menonton video jaehyun.

Seperti biasa saat aku melihat wajah nya, suara nya, dan bahkan senyum nya bisa membuat ku tenang.

Setelah merasa puas melihat nya di layar kaca, aku memutuskan keluar kamar dan menuju dapur sekedar mengambil minum.

Namun saat aku menuruni tangga, aku melihat bibi sedang membawa belanjaan, padahal baru jam 5 pagi.

"Bi? Tumben jam segini udh belanja?" Tanya ku sembari mengambil gelas.

"Eh Nona, iyaa nih bibi mau masak sekarang, soalnya takut tuan sudah mau berangkat." Ucap nya sembari menaruh kantongan plastik itu ke atas pantry.

Ya, ayah ku seorang pekerja keras, berangkat pagi, pulang larut malam.

Setelah aku selesai minum aku mendekat ke arah bibi untuk melihat apa saja yang ia beli, dan ternyata lumayan banyak.

"Ada mangga tidak bi?" Tanya ku sembari melihat satu persatu kantongan plastik.

"Bibi lagi tidak beli non maaf ya, apa mau bibi bikinin salad buah saja?" Tawar bibi.

"Mau!" Jawab ku semangat sambil Tersenyum hangat.

"Non belum tidur ya?" Tanya bibi sembari menangkup wajah ku dan memperhatikan lingkaran hitam di sekitar mata ku.

Nama nya Min jee, bibi Min jee.


Bibi ku ini sudah dekat sekali dengan ku, dan sudah lama sekali bekerja sebagai art di rumah Ku, kira kira dari aku umur 7 tahun, kebayangkan kami sedekat apa?.

Aku hanya terkekeh melihat wajah khawatir bibi.

"Jangan di biasain ya non, apa perlu bibi dongengin trs ditepuk tepuk pentat nya seperti dulu supaya non bisa tidur?" Ucap nya dengan serius.

Bibi tahu kalau aku insomnia.

Aku semakin terkekeh, "Boleh bi", setelah aku mengatakan itu bibi tersenyum ramah.

"Umur doang yang 17 tahun, tapi sifat nya masih umur 5 tahun non mah" bibi menepuk nepuk pucuk rambut ku sayang.

"Yasudah bi aku ke kamar ya mau tidur, sama salad nya nanti aja pas aku sudah bangun ya bi", bibi hanya mengangguk mantap sembari mengacungkan jempol nya.

Saat aku dalam perjalanan menuju kamar ku yang di lantai 2, aku berpapasan dengan papa yang sudah berpakaian rapih lengkap Dengan jas, dasi, jam tangan,dan kaca mata nya.

"sudah mau berangkat, papa?"

"Iyaa nih, yasudah papa berangkat ya sayang, baik baik di rumah" pamit nya lalu mencium kening ku sekilas.

Setelah nya ia menuruni anak tangga Dengan terburu-buru. Aku yang melihat nya hanya menggeleng geleng.

Walaupun papa seorang pekerja keras, namun papa amat sangat menyayangi ku.

Aku pun memasuki kamar ku dan membaringkan tubuh ku ke kasur lalu memeluk guling kesayangan ku.

Aku terdiam sejenak, menatap langit langit kamar ku yang bernuansa putih & gold.

Sekilas kenangan ku Dengan mama terbayang kembali, dan ini bukan kenangan baik yang terlintas namun kenangan buruk, sebuah tragedi yang telah merenggut nyawa mama.

Tubuh ku mulai mengigil, ujung jari ku mulai dingin, dan bibir ku menjadi pucat.

Aku kembali mendengar suara tabrakan.

Ilusi ku.

Dengan segara aku memencet bel di sebelah kasur ku yang terhubung Dengan alat yang di bawa bibi.

Tak lama bibi masuk ke kamar Dengan obat dan air minum di tangan nya.

Dengan segera ia membantu ku untuk meminum obat. Setelah selesai, bibi membantu ku untuk bersandar pada punggung kasur.

Aku bernafas lega.

"sudah enakan non?" Aku hanya mengangguk lemas. Bisa ku lihat wajah khawatir nya.

Hal ini sering terjadi pada diriku, karena aku mempunyai trauma yang cukup parah.

Saat aku ingin bicara, entah kenapa terasa ada yang mengalir di hidung ku, dan saat ku seka ternyata itu darah.

Yap, Aku mimisan dan ini bukan pertama kali nya aku seperti ini.

Bibi langsung mengambil sapu tangan yang berada di saku nya lalu menyeka hidung ku.

"Apa perlu kita kerumah sakit non?" Bibi memegangi tangan ku erat.

"Aku sudah baik baik saj--" aku tersenyum, Dan disaat yang bersamaan kesadaran ku hilang.

pemandangan terakhir yang ku lihat adalah wajah bibi yang khawatir dan terdapat bulir air mata yang mengalir di pipi nya.

Lagi lagi aku begini,
Aku lelah.

Lebih baik aku menyusul bunda di surga.




ANTIDOTE • [정재현]Where stories live. Discover now