18. Berani Bicara

74 14 4
                                    

Marsha memegang tangan Maira secara kasar, ia mencegah Maira untuk pergi begitu saja. Ya, Maira menghindari Marsha dan teman-temannya karena tak ingin menepati ucapannya yang sempat mengiyakan tawaran Marsha untuk bergabung dengan geng nya, Maira sedang sangat kecewa pada Haura waktu itu dan sekarang ia sadar bahwa Haura adalah sahabatnya yang baik, walaupun Maira masih merasakan api cemburu pada sahabatnya itu.

"Lo masih inget kan sama omongan lo itu? Kok balik lagi sama temen norak lo ini?" Ucap Marsha tanpa basa-basi.

Maira pun langsung menarik tangan Marsha dan menjauhi Haura beberapa langkah agar Haura tak mendengar obrolannya dengan Marsha.

"Sebentar ya Ra, gue mau ngobrol sama Marsha." Ucap Maira buru-buru.

"Tolong, jangan pernah lo bilang ke Haura." Bisik Maira sambil sesekali melirik Haura yang terlihat khawatir.

"Ooohh, jadi lo gak mau-" jawab Marsha kencang, namun sebelum ia menyelesaikan ucapannya Maira memotong ucapannya itu.

"Oke, gue tetep gabung sama lo tapi, setelah pulang sekolah." Ucap Maira pelan.

Marsha tersenyum sinis, "terus apa fungsi lo masuk geng kita? lo mau enak-enakan? hah?" Bentak Marsha.

"Gu, gue...gue bakal-" jawab Maira lirih.

"Lo jadi babu gue dan temen-temen gue! Deal?" Tegas Marsha memotong ucapan Maira.

Maira tak kaget dengan ucapan Marsha, ia tahu bahwa nasibnya akan seperti ini jika berurusan dengan Marsha. Namun apa boleh buat, nasi sudah terlanjur menjadi bubur. Maira harus bisa menerima konsekuensi dari ucapannya sendiri, ucapan yang tanpa pikir panjang ia ucapkan dan malah membuat dirinya sulit seperti ini.

Haura memperhatikan gelagat Maira, beberapa kali Maira melirik ke arahnya saat berbicara dengan Marsha.

"Maira ngapain sih, kok lama banget ngomongnya." Haura bermonolog sambil terus memperhatikan Maira, Marsha dan teman-temannya yang sepertinya sedang berbicara serius.

Sesekali Haura dapat mendengar ucapan Marsha dengan suara kencangnya, namun entah apa yang sedang mereka bicarakan.

Maira kembali menghampiri Haura dan langsung mengajak Haura pergi.

"Ada urusan apa sih lo sama Marsha and the geng Mai?" Tanya Haura penasaran.

Maira menghentikan langkahnya dan menatap Maira sambil menggeleng pelan. "Bukan apa-apa Ra." Jawab Maira.

"Tapi, apa maksud Marsha yang pas dia nanya ke lo kenapa lo balik lagi berteman sama gue maksudnya apa Mai? Gue gak ngerti." Ucap Haura penasaran seolah mengintograsi sahabatnya itu.

Maira menatap Haura lekat-lekat. "Percaya Ra, bukan apa-apa." Jelas Maira.

Haura mengangguk, namun ia masih penasaran apa maksud Marsha tadi dan mengapa Maira menyembunyikan itu padanya.

Haura berusaha menepis prasangka negatifnya terhadap sahabatnya, Maira. "Semoga memang gak ada apa-apa antara mereka." Ucap Haura dalam hati.

***
Bel pulang sekolah mulai membuat siswa-siswi SMA Nusantara gelisah untuk menyudahi pembelajaran hari ini.

Haura sudah keluar dari kelasnya untuk segera ke masjid dan menjalankan sholat ashar terlebih dahulu sebelum membicarakan soal agenda rohis bersama Akmal.

Sangat kebetulan sekali, Haura berpapasan dengan Akmal di jalan menuju masjid, ia berencana ingin menanyakan tempat mereka bertemu nanti.

Haura berlari kecil mendekati Akmal. "Kak Akmal..." Teriak Haura.

Akmal pun menoleh dan menghentikan langkahnya. "Kenapa?" Ucap Akmal singkat.

"Hmm...nanti mau ngomongin agenda rohis di mana?" Tanya Haura.

 Karya Rasa (END✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang