Part 22 - Jealousy

Start from the beginning
                                    

Bram: "Demon itu sudah keluar dari tubuhnya! Medina, segera berkeliling cari demon itu! Cyclop, Satyr, Bawa elf yang terluka dan Luna ke healer! Wolfy, bawa Emma ke healer. Cepat!"

Beberapa human keeper berkeliling mencari demon, Bram dan yang lain menghampiri healer terdekat untuk mengobati Emma dan Luna.

Bram: "Percayalah dengan healer. Chiron akan berusaha keras menyembuhkan Emma dan Luna." Bram berusaha menenangkan Gaia dan Wolfy yang tampak sangat khawatir.

Chiron adalah seorang healer yang tinggal di gubuk dalam hutan itu. Ia bertubuh centaur, kuda berkaki 4 dengan tubuh manusia.

Erebus: "Apa kau lihat tadi?Aku yakin ada sesuatu tentang Emma yang tidak kita ketahui. Kalung yang ia pakai melindunginya saat Luna menyerangnya." Ia berbisik pada Bram yang duduk di sampingnya.

Gaia: "Aku kesulitan mengendalikan pikirannya. Wajahnya yang tampak puas dan bahagia saat ia mencekik elf, membuatku bergidik mengingat wajah evil nya." Gaia menggelengkan kepalanya tak percaya dengan ekspresi jahat Emma saat dirasuki demon.

Wolfy: "Apa.. dia bisa sembuh dengan cepat? Dia manusia biasa. Lukanya tampak cukup dalam." Suaranya bergetar saat ia menanyakannya kepada Chiron.

Chiron: "Lukanya tidak dalam, namun tetap butuh beberapa hari agar lukanya bisa perlahan membaik. Aku sudah mengoles lukanya dengan tumbukan daun penyembuh. Daun ini akan membantu menutup lukanya lebih cepat. Aku akan memberi ramuan untuk diminum, itu akan membantu tubuhnya untuk menyembuhkan luka lebih cepat. Pikirkan saja alasan apa yang akan kalian gunakan kepada manusia ini tentang apa yang terjadi."

Gaia dan Bram saling berpandangan, kemudian mereka mengalihkan pandangan mereka kepada Wolfy.

Wolfy: "Aku tak punya ide untuk membohonginya."

Gaia: "Aku juga."

Bram: "Kita tak bisa menggunakan ramuan penghilang ingatan juga, karna lukanya terlalu jelas. Luka itu akan membekas." Mereka menghela nafas lelah.

Chiron: "Kalian memberi ramuan penghilang ingatan padanya? Hmm.. kurasa.. pengaruh obat itu tampak memudar." Chiron memperhatikan dahi Emma dengan seksama. Mereka yang berada disana tampak syok dengan jawaban Chiron.

Gaia: "Apa maksudnya itu?! Apakah, dia sudah ingat semuanya?!"

Wolfy: "Tapi.. dia tak mengingatku."

Chiron: "Kalian perlu mencari tahu tentang manusia ini juga. Kurasa dia bukan manusia biasa. Liontin di lehernya berkedip redup sejak tadi, setelah aku mengolesi daun penyembuh, liontin itu berhenti berkedip. Liontin ini seperti menjaganya dari sesuatu yang mencoba melukainya. Saat dia sudah dalam keadaan yang aman, liontin ini deactivated dan berhenti berkedip."

Gaia terkesiap dan berjalan mendekati Emma, memperhatikan liontin kalung Emma. Wolfy memperhatikan Bram yang saling berpandangan dengan Erebus, tampak seperti mengetahui sesuatu. Namun mereka hanya berpandangan saja, tak mau membicarakannya karna Wolfy pasti bisa mendengar walaupun mereka berbisik.

Setelah keadaan Emma sudah cukup baik, Wolfy dan Gaia memulangkannya ke apartemen.

Gaia: "Aku akan menemaninya. Ares juga akan berada disini. Buka handphone Emma dan message ke bos nya. Bilang saja Emma sakit."

Wolfy: "Handphone nya di lock. Aku nggak tau passwordnya." Gaia memandang Wolfy sambil berpikir.

Ares: "Bagaimana keadaannya?" Ares baru saja masuk, Gaia memandangnya dan kembali memandang Wolfy sambil tersenyum.

Gaia: "Coba ulang tahunmu." Wolfy tampak meragukannya namun ia tetap mencoba. Saat password itu berhasil membuka handphone Emma, Wolfy memandang Gaia dengan tatapan takjub.

Wolfy: "Apa semua gadis melakukan itu?" Gaia tertawa, ia mendekati Ares dan menjelaskan keadaan Emma kepada Ares.

Wolfy membuka aplikasi message dan mencari nama Jonathan namun ia tak bisa menemukan nama itu di phonebook handphone Emma. Ia mencoba scrolling dan membaca satu per satu message yang ada, dan ia menemukan satu ID dengan nama 'Tuan kartun'.

Ia membuka isi message itu dan yakin bahwa tuan kartun adalah pak Jonathan bos Emma. Ia tak kuasa menahan diri untuk scrolling dan membaca isi message antara Emma dan si tuan kartun.

Tuan kartun: Aku akan langsung pulang setelah meeting di luar. Tolong kirimkan document yang harus aku periksa by email ya.

Emma: Baik pak

Tuan kartun: Sudah kutrima emailnya. Akan ku periksa malam ini. Kamu sudah pulang? Jangan skip makan malam, nanti mati :D

Emma: Sudah pak. Lol! Aku akan makan malam dengan teman-temanku, jadi aku nggak akan mati :D

Tuan kartun: Have fun with your friends Emma

Emma: Thanks pak

Tuan kartun: Kamu sudah pulang? Sudah larut malam, hati-hati pulangnya

Emma: Sedang dalam perjalanan pulang. Aku pulang dengan teman

Tuan kartun: Ok. Goodnight

Emma: Goodnight pak

Wolfy menutup matanya berusaha menahan emosinya yang mendadak melonjak. Ia menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan emosinya. Ia mulai mengetik message untuk si tuan kartun.

Emma: Maaf saya ijin tidak masuk hari ini karna sakit.

Dan message balasan masuk beberapa saat kemudian.

Tuan kartun: Kamu sakit apa? Apa aku perlu kesana membawamu ke dokter?

Wolfy melempar handphone itu, membuat Gaia dan Ares yang sedang ngobrol terdiam dan menatapnya bingung.

Wolfy: "Kau saja yang membalas message si tuan kartun. Aku harus berangkat kerja." Wolfy beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan Gaia dan Ares. Gaia mengambil handphone Emma yang tergeletak di lantai, membaca isi message itu beberapa saat dan tawanya meledak.

Ares: "Kenapa dia marah begitu?"

Gaia: "Cemburu, dia cemburu." Gaia tertawa sambil menunjukkan isi message Emma dengan tuan kartun.

EPILOG

Ares: "Kenalkan, ini Wolfy." Ares memperkenalkan Wolfy yang datang bersama dengannya.

Emma: "Oh hai, Emma." Mereka bersalaman saling berkenalan.

Wolfy: "Wolfy." Suasana menjadi agak canggung karena mereka memandang Emma dan Wolfy yang bersalaman, seperti benar-benar baru pertama kali bertemu.

Emma bersalaman dengan Wolfy, merasakan suhu tubuh Wolfy yang hangat. Ia merasa seperti mengenal kehangatan ini, merasa familiar dengan kehadiran lelaki ini. Beberapa kali ia melirik Wolfy yang duduk di depannya dengan penasaran. Semakin ia menatapnya, semakin banyak perasaan yang bercampur aduk muncul di dalam hatinya.

Jantungnya terasa sakit saat matanya  bertatapan dengan Wolfy. 'Tubuhku seperti mengenal lelaki ini, tapi tak ada satu ingatan pun tentang lelaki ini di dalam pikiranku. Kenapa dadaku terasa sakit seperti sedang patah hati?'

WOLFYWhere stories live. Discover now