Part 12

170 12 0
                                    




Jantung Wolfy berdegub tak beraturan karena wajah Emma begitu dekat dengannya, mata Emma tampak tak fokus dan ia mulai melompat-lompat di pangkuan Wolfy. Emma mengganti kemeja putih dan blazer hitam seragam sidangnya dengan kaos putih polos berkerah V, memamerkan leher jenjang dan cleavagenya tepat di depan mata Wolfy. Wolfy menahan nafas gugup sambil memalingkan wajahnya.

Emma: "Yeaay kita main kuda-kudaan. Ayo lari yang kencaaaang!"

Wolfy: "Emma, jangan lompat-lompat, stop. Akh! Dan sekarang kau mendudukinya ugh-" Wolfy menutup wajahnya dengan tangan kanannya, berusaha menahan diri sekuat tenaga untuk tak menghiraukan hasrat yang tiba-tiba muncul di dalam dirinya.

Emma yang berada dipangkuan Wolfy masih dengan girang tertawa ringan, mengangkat kedua tangannya dan melambaikan ke kanan dan kiri sambil bernyanyi tak jelas.

Wolfy: "Sudah ya, kuantar ke kamar. Ayo bangun." Wolfy berusaha beranjak, namun Emma mendorongnya kembali bersandar di sofa. Emma menyentuh wajah Wolfy dengan kedua tangannya, jari-jarinya membuat Wolfy tak bisa berpaling memandang wajah Emma yang begitu dekat.

Emma: "Kamu punyaku. You're mine!" Detik berikutnya, Emma mendekatkan bibirnya ke bibir Wolfy, menciumnya dengan lugas. Wolfy yang kaget terdiam beberapa saat, kemudian berusaha memalingkan wajahnya.

Wolfy: "Emma, jangan begini, please.. " Ia mendorong tubuh Emma, memegang kedua bahu Emma dan menjauhkan Emma darinya.

Emma mengecup kening, hidung, pipi dan bibirnya berkali-kali. Wolfy mengerang pelan, berusaha keras menahan diri untuk tidak membalas kecupan Emma dengan memalingkan wajahnya menghindari kecupan Emma. Ia memalingkan wajahnya ke kanan, kecupan Emma meleset dan mendarat di leher Wolfy. Emma mencium leher Wolfy sampai ke tulang belikat kemudian kembali ke atas, membuat Wolfy mengerang putus asa.

Wolfy: "Oh shit.." Wolfy mengumpat pelan saat Emma mendekatkan bibir pink itu kembali ke bibirnya, menelan umpatan Wolfy dengan ciuman lembut. Kali ini Wolfy tak lagi mengelak. Ia membalas bibir Emma, tak berhasil menahan dirinya dan melewati batasan yang ia buat sendiri.

Wolfy menarik pinggang Emma lebih dekat kepadanya, perlahan ia beranjak dari sofa, mengangkat tubuh Emma yang masih menciumnya dengan lembut. Emma mengaitkan kedua kakinya di pingggang Wolfy dan Kedua tangannya melingkari leher Wolfy. Wolfy berjalan ke lorong menuju kamar Emma, menekan tubuh Emma ke dinding lorong. Ia dapat merasakan hembusan nafas Emma yang semakin berat di pipinya.

Kemudian ia mengalihkan bibirnya ke bawah telinga Emma, menyusuri tulang leher Emma dengan bibirnya, menciumnya dan berhenti di bandul kalung yang melingkari leher Emma, lalu kembali ke bibir Emma. Nafasnya memburu, ciumannya semakin dalam, membuatnya menggeram pelan sebelum akhirnya ia menggendong Emma masuk ke kamar. Ia membaringkan Emma di kasur dan menyelimuti tubuh Emma dengan tubuhnya.

Emma: "Aku menyukaimu Wolfy.." Emma bergumam saat Wolfy menciumnya dengan lebih perlahan.

Wolfy menghentikan bibirnya, tak ingin menelan pernyataan cinta Emma dengan ciumannya. Ia berusaha menenangkan nafasnya yang tak beraturan, tersenyum dan mengecup kening Emma.

Wolfy: "Tidurlah Emma.." Ia mengelus rambut Emma, beranjak untuk membiarkan Emma tertidur. Namun Emma menahan tangan Wolfy, menariknya hingga terbaring disamping Emma.

Emma: "Jangan jauh-jauh. Disini aja." Ia memeluk Wolfy dan tertidur di pelukannya. Jantung Wolfy masih berdetak tak karuan.

Wolfy: "Aku memarahinya karna jantungnya berdegub kencang, dan sekarang hhhh...look what my heart doing now.." Wolfy memeluk Emma, membelai rambut Emma hingga ia pun tertidur.

Wolfy segera bangun pagi-pagi, membuat sarapan dan membeli air kelapa. Ia memeriksa jam, jam 10 lewat dan Emma masih belum bangun. Ia menulis pesan di secarik kertas, meletakkannya di atas meja makan, dan berangkat ke kampus.

WOLFYWhere stories live. Discover now