Part 17

130 11 0
                                    




Ares membuka pintu apartemennya saat mendengar ketukan di pintu.

Ares: "Hei Wolfy, Luna. Ayo masuk. Semua sudah kumpul dan sudah mulai mendiskusikannya."

Gaia: "Hei Wolf! Oh ada apa dengan wajahmu? Muram sekali!"

Luna: "Haruskah aku cemburu sekarang? Kau murung karna tau Emma sudah punya penggantimu?" Wolfy menatap Luna dengan tatapan malas.

Ares: "Ow, Emma diantar pulang lagi sama lelaki komik itu? Wow, nice. Apa mungkin mereka sudah pacaran seperti kalian berdua?"

Luna: "Kurasa begitu. Apa itu yang membuatmu kesal sekarang Wolfy?"

Wolfy: "Kurasa kita tak perlu membahas hal yang nggak penting. Apa ada progress terbaru?" 

Ares dan Gaia saling berpandangan, Gaia menggelengkan kepalanya pelan. Bram hanya melirik Wolfy sebentar, sebelum memberi progress yang ia dapatkan. 

Gaia: "Dimana teman satu team di districtmu? Kenapa kau selalu sendiri?"

Ares: "Oh, Selena. Kau tahulah Selena sangat pendiam, dia akan memilih untuk berpatroli daripada diskusi seperti ini. Ia selalu tampak murung seperti wajah Wolfy sekarang." Mereka menahan tawa mereka agar tidak meledak.

Wolfy: "Aku tetap bisa mendengar walau kalian berbisik. Please."

Ares: "My bad. Sorry." Ares mengangkat kedua tangannya mengakui kesalahannya.

Sementara itu, Pak Jonathan dan Emma berjalan menuju tower Emma. Emma berjalan di tepi jalan, beberapa mobil berlalu lalang. Pak Jonathan memegang kedua bahu Emma dan menggeser Emma agar berjalan di dalam, pak Jonathan menggantikan Emma berjalan di tepi jalan.

Pak Jonathan: "Biar aku yang diluar, bahaya banyak mobil lewat." Emma tersenyum tipis.

Pak Jonathan: "Apa lelaki tadi mantanmu?"

Emma: "Hmm.. nggak bisa dibilang mantan juga, karna kami nggak pernah pacaran. Hubungan kami rumit." Emma tertawa kecil untuk menutupi perasaannya yang campur aduk.

Pak Jonathan: "Jadi karna dia, kamu nggak punya pacar sampai sekarang? Sepertinya aku harus berterima kasih padanya." Ia memberi senyum miringnya pada Emma yang matanya terbelalak. Emma tertawa mendengar gurauan Pak Jonathan.

Emma: "Ini tower saya. Sampai lobby aja pak, saya sudah aman disini." Emma menghentikan langkahnya tepat di depan pintu lobby.

Pak Jonathan: "Hmm.. Ok, next time aku antar ke tower ini, bukan tower yang penuh masa lalu tadi." Emma tersenyum mendengar pak Jonathan yang berusaha membuatnya tersenyum sejak tadi dengan gurauannya. Emma menganggukkan kepalanya.

Emma: "Thank you pak. Selamat malam." Emma menundukkan kepalanya dan masuk ke dalam lobby apartemen.

'daritadi pak Jonathan pakai aku aku, apa besok aku mulai menggunakan aku instead of saya? Tapi, apa itu terlalu memberi sinyal?' Tiba-tiba pikirannya terhenti saat ia teringat lagi Wolfy bersama Luna. 'apa yang mereka lakukan? Apa mereka tinggal bersama sekarang? Kenapa aku masih merasa sakit melihatnya... Dia.. tampak lebih kurus.' Emma menundukkan kepalanya dengan lesu saat masuk ke dalam apartemennya.

Emma mengganti bajunya dengan jaket hoodie besar dan celana santai. Ia merasa butuh angin segar, ia mengenakan sepatu joggingnya dan mengikat rambutnya. Emma berjalan-jalan mengelilingi taman di lantai satu mengikuti jogging track. Ia berlari sekencang yang ia bisa, kemudian berhenti saat ia kehabisan nafas.

Ia berdiri sambil sedikit menunduk, ia meletakkan kedua tangannya di lutut untuk menopang tubuhnya. Emma mendengar suara gemerisik di rerumputan dan tanaman di pinggir jogging track yang membuatnya refleks menoleh mencari sumber suara itu.

WOLFYWhere stories live. Discover now