2--Flashback

616K 40.8K 5.4K
                                    

Flashback (Tiga Minggu Lalu)

Bali

"Ini beneran kita kesini?"

"Iya Dar, crewet banget deh. Gemma nunjukin tempatnya disini." ujar Alhena yang sangat gemas dengan Dara.

"Udahlah Dar, ni hotel juga punyanya si Gemma," Dara memutar bola matanya malas mendengar ucapan Nilam.

"Lo gak liat tuh, laki semua!" suara Dara naik beberapa oktaf karena ruangan ini terdapat musik yang disetel begitu keras.

Memang tak banyak orang ditempat ini mungkin 15-20 an orang termasuk dirinya dan ketiga sahabatnya. Namun yang membuat Dara risih adalah banyaknya minuman beralkohol disini, ditambak anak laki-laki yang lebih banyak dari kaumnya.

"Mata lo Dar!, itu ada sepupu gue, sepupunya Gemma juga sama sahabatnya, sepupu gue juga ada yang perempuan,"

Belum sempat Dara membalas, Alhena sudah menyeretnya ke gerombolan laki-laki yang mungkin ada sekitar enam orang didalamya.

"Gem!"

Cowok yang dipanggil Alhena menoleh lalu tersenyum lembut, sebenarnya Dara sudah kenal siapa mereka, hanya saja tidak pernah menegur sapa sama sekali.

Lagipula siapa yang tak kenal dengan enam orang tersebut, cowok dengan segudang kenakalannya di SMA Arcturus.

"Baru sampe yang?, padahal letak kamar kamu sama ruangan ini deket loh," Gemma mengusap pelan rambut Alhena, sedangkan Alhena bahkan sudah melepaskan tanganya dan mengapit lengan Gemma. Dua sejoli ini sudah berpacaran dari kelas 3 SMP, cukup lama memang namun mereka bisa bertahan sampai sekarang.

Oh ya! Untuk soal tiket pesawat serta kamar hotel, semuanya dibayar oleh Gemma. Mereka pergi ke Bali dua hari yang lalu sebenarnya karena Gemma ulang tahun dan mengajak liburan ke sini. Karena Alhena pacar Gemma otomatis sepupunya dan sahabatnya dibolehkan ikut.

Dan hari ini adalah malam terakhir mereka kesini, besok mereka sudah pulang karena sudah mulai masuk sekolah setelang liburan panjang.

"Buseet Dar, itu muka ditekuk amat deh." Bintang menyeletuk membuat Dara semakin muram.

"Dara mah mukanya ketekuk karena kesel, lha lu udah dari sononya kali," ucapan Altair kali ini mengundang tawa Mars dan Gemma, beda lagi dengan Bara maupun Rigel. Rigel hanya bermain handphone dan Bara meneguk cairan alkohol didepanya.

"Gini gini alami kali, gak kaya lo pake skincare segala," Balas Bintang sewot.

Dara mengabaikan segalanya, lebih memilih diam. Dirinya memang kurang suka dengan suasana diruangan ini. Ruangan ini bukan kamar hotel, tapi ruangan yang lumayan luas dengan beberapa kursi, meja, dan alat musik juga disudut dinding terdapat sekitarnya 4 pintu yang kata Alhena itu adalah kamar, dan Gemma beserta keluarganya jika sedang berlibur ke Bali pasti akan menginap disini.

Satu jam lamanya, Dara hanya diam walaupun terkadang berbicara kepada Starla dan Nilam. Semua juga mulai berubah, cowok yang ada diruangan ini banyak yang mabuk, seperti Bara contohnya. Cowok dengan kemeja putih itu mendongak memejamkan matanya saat minuman beralkohol itu masuk ke tenggorokanya.

Bahkan Bintang yang sedari tadi banyak bicara sekarang sudah mulai mabuk, kecuali Gemma laki-laki itu asyik bermesraan dengan Alhena di salah satu sofa sudut ruangan.

Dara yang mulai merasa risih pun memilih keluar dari ruangan itu tanpa mengajak siapapun. Tujuanya saat ini adalah kamarnya, dikarenakan kamar ini cukup dekat jaraknya dengan ruangan yang dijadikan tempat pesta teman-temanya.

Saat hendak membuka pintu, Dara mengernyit heran melihat Bara berjalan keluar dari ruangan. Apalagi kala ada laki-laki yang memberikan Bara suatu minuman. Laki-laki itu adalah Manu, dia kenal orang itu karena satu sekolah denganya juga. Kondisi Bara mabuk berat saat ini membuat Bara menerima minuman itu dan menegaknya sampai tandas. Mungkin ia antara tak sadar maupun sadar karena jika dalam kondisi sadar sepertinya Bara tak mau berbincang karena yang ia tau itu adalah musuhnya.

Dara memilih cepat masuk ke kamarnya yang kebetulan memang letaknya tak jauh dari ruangan itu.

>>><<<

'Brakkkk'

Dara terkejut saat mendengar suara itu, bahkan ia belum sempat pergi ke alam mimpi. Yang lebih mengejutkanya lagi orang yang menggebrak pintu kamar hotelnya adalah Bara.

Cowok itu berjalan perlahan. Matanya berkabut.

"Bara?, lo ngapain ke sini, ini kamar gue," ujar Dara pelan karena sejujurnya ia takut saat ini. Takut Bara akan berbuat macam-macam saat ini.

Bara hanya diam, cowok itu menggulung lengan kemejanya sebatas siku. Dara memang sejenak terpesona oleh wajah tampang itu, tapi langsung diganti menjadi ketakutan saat tubuh besar Bara maju perlahan kearahnya, bahkan cowok itu sudah naik ke atas ranjangnya.

"Bar ngapain?, jangan gini!" ucap Dara pelan, ketakutan. Dara tau saat ini Bara sedang mabuk, berat. Satu yang terlintas di pikiran Dara, apakah dia lupa mengunci kamar hotelnya?, jika iya maka Dara menyesali hal itu.

"Bar, sadar!" Dara memberanikan menepuk pelan pipi Bara, ia juga sudah berkali-kali mendorong Bara, tapi itu tak ada hasil, tubuh cowok itu terlalu kuat.

"BARA!" Dara tanpa sadar menampar laki-laki yang kini menatapnya marah. Tubuh cowok itu semakin dekat denganya.

"Soory gue gak sega-hmppptt,"

Ucapan Dara terpotong kala Bara menciumnya kasar, air matanya tumpah tanpa bisa ditahan.

Dara ketakutan saat ini.

>>><<<

Menangis, itu yang dilakukan Dara saat ini. Dirinya tak bisa tertidur setelah kejadian mengerikan yang baru saja dialaminya.

Menoleh kesamping mendapati Bara tertidur pulas seolah tak terjadi apa apa. Dara menangis tergugu, bahunya bergetar. Mencoba bangun dengan berjalan tertatih karena bagian intinya sakit saat ini. Air matanya mengalir semakin deras kala melihat bajunya yang sobek dipojok ruangan.

Tanganya terkepal, dengan cepat Dara mengambil kemeja putih Bara memakainya walaupun tubuhnya tenggelam, bahkan mencapai setengah pahanya.

Dara membuka pintu kamar mandi, menenangkan dirinya daripada melihat laki-laki yang telah merusak kehormatanya tidur lelap disampingnya.
.
.

Dara mendongak kala pintu kamar mandi didobrak secara kasar. Tapi dia lebih memilih diam saat melihat siapa yang masuk. Dia sudah berada dibawah guyuran air shower yang membasuhnya sejak satu jam yang lalu, menagis sejadi-jadinya. Meluapkan segala emosi yang ada di benaknya.

"Shitt!" umpat Bara pelan, tanganya mengusap wajahnya kasar.

Laki-laki itu hanya memakai celana tanpa atasan atau shirtless. Tentu saja karena kemejanya Dara pakai sekarang. Bagian punggungnya juga banyak terdapat luka bekas cararan yang dilakukan oleh gadis itu

Dara memalingkan wajah, air matanya kembali menetes.

"Dar," panggil Bara ragu, karena sejujurnya dirinya hanya tau sebatas nama saja, itu juga karena teman-temanya.

"Pergii," Dara berucap lirih. Masih enggan menatap Bara.

"Gue bakal tanggung jaw-"

"Tanggung jawab? Lo pikir gue gak sakit hah?, gak takut saat lo masuk kamar gue gitu aja?, lo udah ngerusak gue Bar!" Dara terisak sambil memukul brutal tubuh Bara.

Bara langsung menarik Dara dalam pelukanya, menggumamkan kata maaf berkali-kali walau ia tau itu tak akan berarti.

"Gue benci sama lo!" ujar Dara lirih.

Flashback of

>>><<<

Hay! Ini cerita pertama aku.
Mohon kritik dan saranya ya.

👋👋👋👋

ALDARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang