" Kok jadi nilai matematika sih pak? " keluh Deva dengan suara yang terdengar frustasi.

" Gabisa begitu dong pak! " sambungnya lagi.

" Jadi gimana dengan tawaran saya apa kamu mau menerima? " Pak Untung tidak menghirauhkan keluhan Deva dan lanjut memberi pertanyaan tersebut membuat Deva tambah lesuh.

" Yaudah pak saya mau. Tapi jika nanti saya lebih mengutamakan pelajaran, saya mohon pengertian dan toleransinya pak! " suara yang sangat lirih namun masih bisa didengar oleh Pak Untung.

" Baik, sekarang kalian gabung bersama mereka. " Pak Untung mengarahkan dagunya dimana Andika dan anggota osis yang lainnya.

" Baik pak. " jawab Luki.

Sedangkan Deva hanya diam membisu dengan muka lesuh.

*****

" Lo kenapa De? Gue perhatiin dari tadi muka lu lungset amat! " celetuk Liyan.

" Kesel gue! " Deva menelungkupkan kepalanya.

" Cerita aja! " ujar Liyan menawarkan lalu menyeruput jus jeruknya.

" Gue dipaksa jadi osis. "

" Lo mau? " tanya Liyan serius.

Deva menjawab dengan sangat malas " Terpaksa. Kalo gue nolak nilai mat gue yang jadi taruhannya! "

" Wah parah tuh pembina. Tapi ya De harusnya lo seneng dong jadi osis tanpa ikut seleksi! " ujar Liyan.

" Tapi gue ga tertarik sama osis, apa enaknya cobak jadi osis? " kini Deva tengah duduk kembali dan menyandarkan punggungnya pada kursi.

" Yauda, dilakuin dulu jangan ngeluh terus, ntar juga lo enjoy. " ucap Liyan memberi nasihat.

Deva hanya menghedikkan bahunya.

*****

Sore ini Deva akan jalan bersama Rama disuatu tempat yang sudah sangat dirindukan oleh Deva. Sudah hampir sebulan Deva tidak berkunjung ke tempat favoritnya itu.

Tempat yang selalu didatangi oleh Deva jika ia ingin menenangkan hati dan fikirannya.

Tempat dimana ada perpaduan warna yang cukup mempesona dan mengagumkan. Dan itu semua diciptakan oleh Tuhan untuk memanjakan para hambanya yang hidup dibumi.

Saat ini Deva tengah duduk dijembatan paling ujung yang menghadap ke tengah lautan luas berwarna biru indah, yang tentunya itu alami.

Sesekali Deva tersenyum menatap keindahan surga dunianya, seraya mengayunkan kedua kakinya yang tergantung diatas laut biru.

" Gimana kak, indahkan tempat favorit gue? Siapapun yang melihatnya pasti langsung jatuh cinta " ujar Deva disertai senyum manis yang tak kunjung luntur sedari ia datang ke tempat itu.

" Levelmu memang tidak bisa diragukan. " jawab Rama seakan mendukung Deva.

" De, aku punya game buat kamu. "

Eh? Gimana gimana?
Kamu aku? Kok gitu? Ada apasih? Deva gapaham!

Deva yang merasa aneh dengan kata "AKU KAMU" pun bertanya " Eh sejak kapan kakak berbicara aku kamuan haha, lucu battt!! " ledek Deva.

" Biar gak kasar aja sama calon.. " Rama menggantungkan kalimatnya.

Deva yang dibuat salah tingkah hingga pipinya berwarna merah seperti tomat hanya mampu memukul dada bidang milik Rama " Apaan sih, resek!! "

" Yaudah game apaan ini? " sambung Deva untuk mencairkan suasana yang mulai gimana gituh. Wkw

" Jawaban yang kamu lontarkan harus kata pertama dikalimat pertanyaan yang aku ucapkan.
Setuju? " jelas Rama sambil memberikan tangan kanan untuk berjabat tangan.

Deva berpikir terlebih dahulu sebelum ia menerimanya " Emm oke! " Deva pun menerima uluran tangan Rama.

" Mulai ya? " Deva hanya mengangguk tanda mengerti.

Rama pun memberikan pertanyaan pertamanya " Hari ini aku akan makan...? "

" Ya mana gue tau kak.. Ups eh-maksudnya aku " ucap Deva kikuk.

" Kamu hanya jawab pertanyaan dengan kata paling awal dari pertanyaan aja Deva " jelas Rama dengan gemas.

" Jadi.. "

" Jadi jawabannya Hari " Rama memperjelas di kata harinya.

" Oooh, oke oke aku lebih paham sekarang " ucap Deva sambil manggut-manggut.

" Oke kita ulang lagi! " ajak Rama dan Deva hanya menganggukan kepala.

" Hari ini aku akan makan...? "

" Hari. " Deva menjawab dengan cepat karena sudah diberitahukan jawabannya oleh Rama.

" Matahari atau bulan..? "

" Matahari. " jawab Deva lagi.

" Bagaimana aku mengenalmu...? "

" Bagaimana. " Deva semakin menajamkan pendengarannya dan mulai fokus.

" Apa yang sedang dilakukan pak presiden? "

" Apa. "

" Mau ku beri rambutan? " Rama mulai menyeringai.

" Mau mau mau. " jawab Deva antusias.

" Mau jadi pacarku? "

" Mau. " jawab Deva tak kalah antusiasnya dari sebelumnya.

" Makasih! "

" Sama sama, eh... " Deva yang telah sadar pun menutup mulutnya dan menatap Rama bingung.

Rama yang seakan tau dengan maksud tatapan Deva pun memberi pernyataannya dengan enteng " Kita sudah jadian. " singkat padat dan jelas.

" HAH? " Deva sedikit berteriak karena tak percaya dengan pernyataan Rama.

Rama sedikit merubah posisinya lebih menghadap ke Deva. Wajahnya pun mulai berubah menjadi serius.

Jadi gak tuh pacarannya? Hihii

Kok ada sih cara nembak cewek gitu Ram? Belajar dari mana lo?

Tinggalin jejaknya ya❤

Te Amo RamaWhere stories live. Discover now