PENYELAMAT

79 5 0
                                    

Sudah 35 menit Dinda nungguin pak Agus didepan gerbang sekolah,tetapi mobil yang biasanya untuk jemput Dinda tidak ada kabar,sudah tanya pak satpam tetapi pak Agus belum juga muncul sedari tadi.

Hari sudah mulai sore,sekitar jam 3 sore dan sekolah sudah sepi juga.

Dipertigaan dekat sekolah ada warung kecil,Dinda bisa berteduh di sana. Karena sudah mulai mendung.

"Bu pesan teh anget sama roti ini ya bu"sambil mengeluarkan uang dari dalam saku.

"Oh iya neng,sebentar ya neng"sambil mengambil gelas dengan raut wajah yang datar.

"Berapa Bu?."sambil menghitung uang yang ada di dalam saku.

"Tujuh ribu lima ratus neng."

"Ini bu,kembalian nya saya ambil roti yang ini ya Bu"sambil memilih roti yang mau di ambil.

"Iya neng,ini neng"sambil membawakan segelas teh hangat.

"Bu saya berteduh di sini dulu ya bu,nunggu hujannya reda."sambil meneguk teh hangat tersebut.

"Iya neng."

Sudah 20 menitan saya di warung ini,tetapi belum juga reda ditambah lagi mobil papa yang dibawa pak Agus belum juga muncul.

Dari kejauhan saya melihat Alvaro yang juga menunggu hujannya reda,dia duduk di halte dekat sekolah kita.

Ingin menemui alvaro,ahh engga usah lha buat apa coba.

5 menit kemudian ada segerombolan preman-preman yang mendekati warung ini,saya sudah bilang ke Pemiliki warung tetapi dia tidak merespon ku.

"Bukkkk....setorrr. .setorrr,dari tadi pagi belum juga nyetor Bu....."dengan mengebrak meja di sebelahku.

"Belum ada pak,ini saja pembeli pertama dari tadi pagi,iniiii...cuma ada...10 ribu pak."dengan memberikan uang 10 ribu tersebut dengan tangan yang gemetar.

"10 ribu mah,buat apa an buk..buk."saut preman satunya.

Dan preman tersebut langsung melototi Dinda,dengan menunjuk-nunjuk jam dan kalung emas dinda.

"Dek,sini in jam sama kalungnya."sambil memegang tangan ku erat-erat.

"Jangan pak,ini dari papa saya."sambil teriak tolong-tolong.

"Sudah manaa...."

"Alvaro tolongin Dinda,Dinda engga mau kasih ini kalung. Karena ini kalung dari almarhum mama Dinda."ngomong dalam hati dan berharap Alvaro kesini.

Tiba-tiba gubrakkkk.......kalian itu ya,apa ngga bisa cari uang sendiri apa...

Seperti ada yang ngomong dibelakang Dinda,dan Dinda langsung menoleh ke orang tersebut sambil ngomong terimakasih ya...

Dinda belum tau siapa orang itu,karena sedari tadi dinda memejamkan mata.

Tiba-tiba terdengar

"Huftttt.....haahh"mengela nafas yang cukup panjang.

"Kalo gua engga tolongin Lo,pasti Lo udah mati sekarang Din."dengan nada yang pelan dan memegang tangan Dinda.

"Seperti suara alvaro."dan Dinda pun membuka mata dinda.

"Sudah ini jam sama kalung Lo."

"Alvarooo....makasih ya."

"Kenapa belum pulang."sambil meminum teh yang tadi dinda pesan.

"Supir dinda belum datang dari tadi."sambil menunduk.

"Jadi dari tadi Lo disini?."

"Iya Alvaro."

"Tadi gua ajak pulang bareng malah gengsi."

"Dinda engga tau kalo pak Agus ngga jemput dinda."sambil menunduk

"Terus kenapa engga telepon?."sambil mengangkat dagu dinda.

"Baterai Dinda habis."

"Ya ampun Din..dinnn...kan ada TU."sambil ketawa.

Ha...ha...haha...haha....Din...dinnn

Lo itu katanya murid paling pintar di kelas kita,tapi kok tiba-tiba jadi oon gini sih Din.

"Ohh...iya ya ada TU,hmmm."sambil menepok jidat dinda.

"Udahh..udahh pulang sama gua aja."sambil narik tangan Dinda ke arah motor Alvaro.

"Tapi kan masih hujan deras."

"Yaudah disini dulu aja,nihh gua bawa power Bank."

"Makasih ya."

"Baik kan gua."sambil meminum teh hangat lagi.

"Iyaa..iyaa baik kok."

Sudah jam 5 dan Dinda sudah nelepon papa.

"Gimana Din?."

"Papa lagi pergi sama pak agus terus rumah dikunci."

"Terus gimana?."

"Dinda ngga tau."

"Mau ke rumah gua?."sambil mengambil jas hujan yang ada di jok motornya.

"Ngga apa-apa ta?."

"Dari pada Lo disini din,rawan preman."

"Yaudah lha,mau gimana lagi."

"Yaudah ayokk cepet naik." Sambil memberi ku helm.

"Dan Dinda pun naik motor Alvaro."

Diperjalanan pun Dinda diam saja,karena Dinda masih engga suka sama sifat dia yang songong.

"Din.."

"Apa Alvaro?."

"Lo kedinginan?."

"Engga kok."

"Oh yaudah."

Dipertengahan perjalanan Dinda sudah tidak kuat lagi,sekujur tubuh Dinda lemas banget. Dinda udah gak ada pilihan lain,Dinda harus pegang pinggang Alvaro. Kalau engga gitu Dinda bisa jatuh ini.

"Alll..Dinda boleh pegang pinggang Alvaro."

"Hahh..apa Din."

"Duhh Alvaro ini,pake acara ngga denger lagi."

"Din...d...a."

Alvaro pun menangkap tubuh Dinda yang mau jatuh,dan Dinda sudah tidak sadarkan diri lagi.

Pas dinda bangun,Dinda udah tergeletak di kasur dan sudah ganti pakaian.

"Hahh..Dinda..."pikiranku sudah aneh-aneh

"Siapa yang ganti in Dinda baju,Alvaro?."sambil nunjuk ke arah Alvaro.

"Ya engga lha Din,nihh nyokap gua yang gantiin lo baju."

"Oalaa,makasih ya Tante."

Tiba-tiba pak Danuarta memanggil Dinda.

"Kamu Dinda ya,anaknya pak Samsul."

"Hehehe..iya pak Danuarta."dengan diiringi ketawa kecil.

"Ya ampun cantik ya anaknya pak Samsul."Bu Lusi pun tiba-tiba ikut bicara.

"Makasih pak,Bu."dengan raut wajah yang sumringah.

"Din,kamu satu kelas sama alvaro?."dengan wajah pak Danuarta yang lumayan bingung.

"Iya pak."

"Lho kok bisa kebetulan gini ya pah."Bu Lusi pun ikut ketawa.

Saya dan Alvaro pun hanya diam saja,melihat tingkah laku mereka yang sangat aneh.

Padahal setahu Dinda,papa sama pak Danuarta cuma rekan bisnis dan itu udah lumayan lama.

Yah sekitar 8 bulan yang lalu, perusahaan pak Danuarta membeli saham yang cukup besar di perusahaan papa Dinda.

Dinda pun lumayan bingung dengan keanehan orang tua Alvaro???



****

OH MY BADBOYWhere stories live. Discover now