"Libur hari apa aja?"

"Rabu sama Jumat."

"Dua hari?"

"Iya, tapi Senin aku dapet sesi terakhir ih, jam setengah dua belas," kata (Namakamu) seraya mengercutkan bibirnya.

"Selasa?"

"Sesi kedua, jam setengah sembilan."

"Kamis?"

"Kalo nggak salah sesi kedua sama keempat deh. Kan aku kamis double, agama sama musik."

Iqbaal mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Harusnya tadi kamu nggak usah nganterin aku. Kalo mobilnya mau kamu pake buat nanti, aku pesen ojol aja," ucap (Namakamu) dengan tangan yang sedang memainkan ponselnya.

"Lah emang kenapa?"

"Kasian temen-temen kamu."

"Lah emang kenapa?"

"Ya kasian aja."

"Kasian temen-temen aku, atau kasian sama Aldi?"

"Dua-duanya," jawab (Namakamu) dengan santai, lalu langsung mendapat tatapan tajam dari Iqbaal walaupun hanya sekilas. "Kan Aldi juga temen kamu." (Namakamu) meringis ketika melihat Iqbaal menatapnya seperti itu.

Iqbaal memutar kendali ke arah kiri, terkadang matanya bergantian melihat kaca spion atau ke depan.

"Kok tadi kamu nggak ke aku?" tanya Iqbaal seraya memakai kaca mata hitam yang ada di mobilnya.

"Tadi aku ke apart kamu kok."

"Kapan?"

"Lah itu tadi."

"Bukan, maksud aku pas pagi. Biasanya kamu bangunin aku," ucal Iqbaal dengan matanya yang menatap (Namakamu) sekilas.

"Males, kamu kebo kalo libur."

"Sini deh, by," ujar Iqbaal seraya menarik tangan (Namakamu).

"Kenapa?" (Namakamu) mendekat ke arah kekasihnya.

Iqbaal menarik sisi kepala (Namakamu) dan mencium pipi gadis itu sekilas. Lalu kembali menyetir. Namun, tangannya tidak lepas untuk merangkul kekasihnya. (Namakamu) justru menyandarkan kepalanya di pundak cowok itu. Ia memeluk Iqbaal dari samping.

Ia senang jika Iqbaal berubah, tidak pernah membicarakan Zidny lagi di hadapannya. Iqbaal justru tambah memanjakan dirinya.

Ketika sudah sampai di lobby mall, laki-laki itu mencium kembali sudut bibir kekasihnya. Sudah tidak canggung lagi pasti, karena memang mereka pernah melakukan yang lebih dari itu, tapi masih dalam batas wajar.

"Nih," ujar Iqbaal memberikan dompetnya kepada (Namakamu).

"Kok dikasih ke aku?" tanya (Namakamu) bingung.

"Kalo mau jajan pake uang aku aja. Ada cash sama ATM, nanti pin ATMnya aku chat ke kamu," ujar Iqbaal.

"Nggak mau ah, aku bawa uang kok."

"Ambil (Namakamu)." Iqbaal memaksanya.

Gadis itu terpaksa mengambilnya. Lalu memasukannya ke dalam tas miliknya.

"Nanti kalo mau pulang telpon aku, oke? Aku jemput."

"Sendiri aja deh aku."

"Aku jemput."

(Namakamu) mengangguk pasrah, lalu membuka pintu mobil untuk segera keluar. Namun, Iqbaal menahannya. "Cium dulu."

Gadis itu langsung mencium pipi Iqbaal dan berucap. "Dah."

Good Enough (Completed)Where stories live. Discover now