LIMA BELAS: Ruang Rahasia

206 46 6
                                    


Senja Bayu POV

Harusnya aku mengikuti saran Lydya untuk tak kemari!!!

Situasi kami saat ini benar-benar tak menguntungkan. Kami bertiga terjebak disini, Ratma yang masih juga tak paham betapa tak punya hatinya pak Adri itu, dan pak Oji yang tak tahu dimana keberadaannya saat ini. Aku terlalu meremehkan psikopat seperti pak Adri. Semua yang dilakukan dengan modal nekat rupanya tak pernah membawa hasil yang nyaman.

"Apa kita akan mati disini?" tanya Lilia ia masih menyandarkan tubuhnya di salah satu dinding. Aku paham betapa buruknya isi kepalanya saat ini. Sama seperti aku dan Lydya dulu. Semua yang bisa kami pikirkan hanyalah soal kematian.

"Tenang, harusnya dia tak membunuh kita, setidaknya saat ini" ujarku.

Alis gadis itu mengernyit. "Bagaimana kau bisa yakin?" tanya Lilia.

"Yang dia butuhkan itu kepalaku" Jawabku singkat.

"Maksudmu?"

"Tubuh sempurna" ujar Lydya. "Pak Adri mengidap Beauty obsession, target terakhirnya untuk tubuh utuh yang digabungkan itu adalah kepala mas Bayu".

Lilia tampak bergidik kuat, mendengar ucapan Lydya yang terlihat begitu santai meskipun konteksnya ia sedang membicarakan sesuatu yang tak biasa. Mungkin baginya tak biasa, tapi bagi kami yang pernah mengalaminya, semua terasa sedikit berbeda.

"Dia tak bisa membunuhku sekarang, setidaknya sampai ia melengkapi semua potongan yang ia butuhkan" Ucapku mencoba menjelaskan sebaik mungkin. Meskipun sebenarnya semua terdengar seperti sebuah bom waktu yang kita tak diberitahu soal sisa waktunya.

"Syukurlah" Ujar lilia tersenyum setelah menarik napas panjang. Ia kembali merebahkan punggungnya mendekat pada dinding dingin itu.

"Tapi kita tetap harus mencari jalan keluar dari sini" ujarku. "kecuali kalau kalian semua ingin mati disini".

"Baiklah"

Mereka berdua mulai mengikuti instruksiku untuk mencari cela keluar. Dalam remang, mata kami perlahan-lahan mulai terbiasa untuk melihat objek di depan kami. Meskipun hingga saat ini, yang kami tahu hanya pintu besi itu tempat kami bisa keluar.

"Oh, hei ada lubang udara disini" Ujar Lilia.

Lilia tersenyum sambil menunjuk lubang udara yang tertutup besi.

"Bagus, asal kita bisa menggapai naik ke sana, kita bisa kabur dari si..."

Brukk...

Belum selesai kalimatku, Lilia tiba-tiba terjatuh. Aku dan Lydya berlari ke arahnya.

Lydya menguncang-guncang tubuhnya, tapi tetap tak ada respon. Aku yang mencoba mengecek denyut nadi tangannya segera sadar jika ia hanya pingsan. Ia benar-benar tak sadarkan diri, secepat itu.

"Bau apa ini?" tanya Lydya.

"Gas, ada yang mengalirkan gas kemari" ujarku sambil menutup hidungku.

Brukk...

Kini giliran Lydya yang terjatuh. Tak lama, tubuhku pun sama, perlahan mataku mulai kabur. Semuanya terasa berat saat ini.

Kreeett...

Suara pintu? Siapa??

Pandanganku benar-benar kabur saat itu. Hanya pendengaranku yang masih berfungsi maksimal. Hal terakhir yang kuingat sebelum semuanya benar-benar gelap adalah suara pintu dan langkah kaki yang berjalan ke arah kami.

THE STITCHES (Sibling 2nd season)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang