EMPAT: Mimpi

417 54 5
                                    


Lydya POV

Hari yang indah!

Mataku menatap ke pantulan cermin di kamar mandi kafe. Setelah bedak dan sedikit sapuan lipstik di bibir, semuanya terasa sempurna. Ini ulang tahunku, sesuatu yang selalu ku tunggu dan ingin kurayakan bersama semuanya, ayah, ibu, kak vivi.

Ku pikir tak akan pernah ada lagi perayaan ulang tahun di kehidupanku. Semua seperti bonus, hidupku benar-benar seperti hadiah. Setelah semua yang terjadi, ternyata masih ada yang mau merayakannya bersamaku.

Tak henti-hentinya air di mataku mengalir. Padahal bibirku tersenyum sempurna. Meski telah disapu berkali-kali, tetap saja ia berjatuhan.

"Aku tahu kau bahagia, tapi tolong berhenti dulu menangisinya" ujarku pada pantulan wajahku di cermin.

Kreeeet...

Sejenak aku berhenti bicara. Hanya diam saja. Setahuku pelanggan harusnya sudah pulang semua. Ini sudah dijadwalkan untuk tak menerima pelanggan lagi hari ini. Maka, siapa yang masuk ke kamar mandi perempuan. Harusnya hanya aku satu-satunya perempuan di sini. ya, meskipun ada beberapa pelayan wanita di kafe ini, tapi setahuku mereka semua sedang cuti.

"Atau mereka pura-pura cuti untuk surprise?"

BLAMMMM...

Suara bantingan pintu itu cukup keras menggema. Bahkan bayanganku di cermin bergetar sejenak. Diikuti hampir semua pintu wc yang ikut berbunyi. Aku tetap diam, sebab sama sekali tak ada langkah kaki setelahnya. Hanya sunyi. Sunyi yang cukup lama membuatku berdiri diam menahan nafasku sendiri. Mataku masih awas menatap ke cermin yang memantulkan bayangan sudut kamar mandi di dekat lorong pintu keluar. Sama sekali tak ada tanda-tanda sesuatu bergerak.

Crackkk...

Ujung mataku berhenti ke arah suara retakan itu, tepat di kaca cermin di depanku. Seperti karena dingin tiba-tiba, muncul retakan rambut yang menjalar di kaca cermin.

Nafasku tiba-tiba saja menimbulkan uap putih. Jelas ini bukan ulah pendingin ruangan, sebab kamar mandi tak dilengkapi dengan alat itu.

Tubuhku kali ini benar-benar bergidik. Bukan karena ketakutan, tapi lebih karena udara yang memang mengalami penurunan suhu yang jauh jatuhnya. Semuanya terasa ngilu dan kaku. Seperti berendam di dalam air es.

Ckitttt...Ckiiiiit....

Seperti seseorang baru saja menggosokkan jarinya ke muka cermin. Suara itu membuat telingaku berdenging geli.

Mataku mendelik melihat sebuah kata baru saja muncul di hadapanku, tertulis di cermin. "DIA"

"dia?" gumamku tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi di depan mataku.

"K-E..."

"K-E-M-B-A-L-I" bacaku terbata-bata. "Dia kembali?" tanyaku heran.

"Siapa yang kembali?" gumamku tak mengerti. Berharap setidaknya ada yang bisa kutanyakan balik. Sunyi. Tak ada lagi kelanjutannya, hanya itu saja.

Jujur saja, ini bukan kali pertama aku melihat hal aneh seperti ini. Melihat hantu kakakku di sepanjang hari, beraktifitas layaknya manusia yang masih hidup saja aku sudah pernah. Tapi siapa sebenarnya yang ingin menyampaikan pesan? Itu yang ingin aku ketahui.

Seketika suhu ruangan kembali normal, seolah hantu yang baru saja mengganggunya itu pergi jauh dari sini. Meninggalkan jejak tanya kembali di kepala Lydya.

***

Setelah menenangkan diriku sendiri, aku berjalan keluar ke arah semu orang yang ternyata sudah lama menungguku.

THE STITCHES (Sibling 2nd season)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang