•Silentkiller 16•

Start from the beginning
                                    

"Eh non kenapa?" tanyanya, Naja menoleh ke pelayan rumah Naya.

"Dia jatoh barusan sendiri," ucap Naja pelan.

"Ya ampun kebiasaan banget ya, non Naya."

"Perih, Bi. Kak Naja gak baik-baik nempelin kapasnya," ucap Naya mengadu, Naja menaikkan sebelah alisnya.

"Lo aja lebay."

"Oh iya, Bi. Ini pacar Naya, kenalin Naja Mahatma," ucap Naya tiba-tiba, bi Imah tersenyum senang.

"Syukurlah, setidaknya ada yang jagain Non Naya diluaran sana." Naja mengangguk pelan karna ucapan bi Imah.

"Den Naja mau minum apa? Makan?"

"Gausah, Bi. Saya nggak lama kok."

"Eh harus minum ah, bibi bawain yah," kukuh bi Imah lalu melangkahkan kakinya ke dapur, Naja menghela napasnya pelan dan tatapannya kembali ke Naya dan luka gadis itu.

"Biasa aja," peringati Naja lalu mengambil kapas yang tadi. Naya melotot seraya menggeleng.

"Jangan, Kak. Huwaaaah, sakit beneran deh ga boongan Naya tuh."

"Yang bilang boongan siapa?"

"Kak Naja. Naya mohon," pinta Naya masih tidak mau dibersihkan lukanya. Naja menghela napasnya pelan.

"Gue bersihin lukanya, tahan sebentar nanti lo minta apa aja gue kasih." Naya tergiur dengan tawaran Naja, ia menimang sejenak lalu menyipitkan matanya.

"Serius, apa aja?"

Naja mengangguk, astaga Naja seperti tengah menghadapi anak balita. Naya tersenyum lalu memejamkan matanya.

"Oke, Naya mau!" lalu Naya memeluk tubuh Naja membuat Naja mengernyit.

"Ngapain sih?!"

"Ish, udah bersihin aja gapapa, nanti kalo sakit, Naya mau gigit lengan kak Naja," astaga, Naja tidak habis pikir dengan gadis macam Naya. Tanpa mau banyak berbincang dengan Naya, Naja segera mengambil kapas yang sudah kembali di beri alkohol dan perlahan membersihkan luka di lutut Naya.

Naja menahan sakit dilengannya karna Naya menggigitnya. Astaga Naya benar menggigitnya, Naja menarik napasnya lalu kembali membersihkan luka Naya sampai akhirnya ia memplester lutut Naya.

Selesai, Naya perlahan melepaskan tangan Naja.

"Huft, selesai," ucap Naya, dan kebetulan bi Imah datang.

"Nih den Naja minumnya." Naja mengangguk lalu segera meminumnya, lengannya agak sakit karna Naya menggigitnya tidak main-main.

"Bunda sama Ayah belum pulang, Bi?" tanya Naya, bi Imah tersenyum canggung.

"Mereka hari ini nggak pulang, non. Kayaknya besok," ucap bi Imah memberitahu, Naya menghela napasnya pelan lalu bi Imah pamit ke belakang, Naya mengernyit tidak mengerti.

"Hm kenapa ya Bunda sama Ayah pas Naya mulai sekolah umum malah jarang banget di rumah?" gumam Naya seraya menyenderkan tubuhnya di sofa besar miliknya. Naja menoleh seusai minum.

"Males kali sama lo," balas Naja membuat Naya menoleh.

"Naya kayaknya nyusahin deh, makanya mereka males ya." eh Naya malah membenarkan candaan Naja, Naja berdeham pelan lalu melirik Naya yang terlihat sedang serius.

"Mungkin sibuk, maklumin aja."

"Kak Naja, makasih yaa, coba kalo nggak ada kak Naja. Naya pasti gak akan ngerasa sebahagia ini." Naja diam saja, dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa memacari cewek secepat ini padahal sebelumnya dia tidak pernah berniat untuk memacari cewek sebelum semuanya tercapai.

SILENTKILLER (Naja Mahatma)Where stories live. Discover now