•Silentkiller 15•

Start from the beginning
                                    

"Bocah banget sih."

"Kak Naja mau buang Naya, Naya nggak mau!" dan Naja menyipit karna ucapan Naya. Lalu ia menghela napasnya dan membuka pintu UKS lebar-lebar.

"Gamau ikut gue?" tanya Naja baik-baik, Naya masih kuat pada pendiriannya yaitu memejamkan matanya. Naja menghela napasnya pelan karna sudah bingung harus bagaimana lagi, ia langsung menggendong tubuh tipis Naya seperti papan jalan.

"Kyaaaa, kak Naja jangan buang Naya!!!" pekik Naya dan dengan cepat Naja mendudukkan Naya di ranjang UKS, dan refleks Naya memeluk Naja erat sekali membuat mata Naja melotot.

"Eh gila lo, lepas."

"Gamau!"

"Ntar kita di kira mesum anjir," balas Naja. Naya langsung menatap wajah Naja.

"Mesum apaan, Kak?"

"Ck, lepas Naya. Ini di UKS," jelas Naja membuat Naya perlahan diam dan melepaskan tangannya. Naja mendengus kesal setelah Naya melepaskan tangannya.

"Huft, bilang dong. Kirain Naya ini di tong sampah," gumamnya yang terdengar oleh telinga Naja. Naja menatap mata Naya lalu refleks mendekat dan menaruh tangannya di sisi kanan dan kiri Naya dengan wajh yang sangat dekat dengan gadis itu, Naya menatap Naja.

"Lo tau gak, gue gasuka orang yang main-main," ucap Naja.

"Gue gasuka sandiwara," Naya masih mendengarkan.

"Apalagi pura-pura keliatan bodoh cuma buat ambil perhatian gue," dan Naya menelan salivanya.

"Na-naya bakal pura-pura pinter, Kak. Naya janji," ucap Naya pelan seraya mengangguk.

"Gue cium mau nggak?" tawar Naja. Naya mengangguk lalu mencium bibir Naja singkat.

"Naya bakal cium kak Naja duluan sebelum kak Naja cium Naya. Ja-jangan buang Naya tapi ya?" Naja terkejut demi apapun, dan pada kenyataannya, Naya memang polos sepolos kertas tanpa tinta. Naja menghela napasnya pelan lalu mengacak-acak rambut Naya.

"Heran gue ada cewek kayak lo," gumam Naja lalu beralih menuju kotak P3K. Naya mengerjapkan matanya, tidak mengerti ucapan Naja. Lalu Naja membawa salep untuk mengoleskannya di area kulit Naya yang terlihat merah, belum sampai melepuh.

"Hati-hati makanya," ucap Naja memberitahu, Naya mengangguk.

"Kak Naja," panggil Naya.

"Hm."

"Kak Naja gabakal buang Naya kan?" Naja menghela napasnya.

"Enggak."

"E-enggak mau jual Naya kan?"

"Enggak."

"Ya ampun, Naya seneng banget," ujar Naya girang, Naja menghela napasnya setelah usai mengolesi salep pada tangan Naya.

"Gausah deket-deket lagi sama Adam," tiba-tiba Naja berkata demikian.

"Kenapa?"

"Gue gasuka."

"Kak Naja takut kalah saing ya? Adam ganteng sih, ganteng banget. Jago juga main gamenya," balas Naya. Naja menyipit.

"Lebih jago dia dari gue?"

"Hm jagoan Silentkiller sih. Cuma ya Adam termasuk kategori cogan gamers juga hehe."

"Bodo amat!" balas Naja lalu menarik tangan Naya untuk berdiri. Kebetulan UKS sepi tidak ada yang jaga, jika saja ada, bisa gawat jika Naya tadi menciumnya di depan orang-orang.

"Nanti pulang sekolah tunggu aja di depan gerbang," beritahunya, Naya mengangguk patuh. Rasanya memang tidak tega sih jika memperlakukannya dengan kasar.

SILENTKILLER (Naja Mahatma)Where stories live. Discover now