Chapter 02 [/]

2.8K 233 23
                                    

=***=

Author's P.O.V.

Skip cerita, berlangsunglah ulangan akhir semester di sekolah Aria. Jadwal yang tidak menentu karena gak dikasih jadwalnya sama sekolah, membuat Aria makin frustrasi.

Sudah dibilang, sekolah Aria ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki sekolah lain....

Langsunglah pada jam pertama ujian akhir semester; Matematika. Ya. Aria tidak menyangka ternyata Matematika pada jam pertama di hari pertama PAS. Aria memijit pelipisnya, pusing sama sistem sekolahnya.

'Ngapain coba aku sekolah disini? Gara-gara disogok, ya....' begitulah batinnya berkata, merasa ingin mengeluarkan kata-kata mutiara pada Salsa.

Tapi, Aria terlihat tidak kesusahan dalam mengerjakan. Padahal, ia tidak belajar matematika kemarin-kemarin. Alasannya? Mudah. Satu materi, penjelasannya banyak panjang-lebar, yang selalu bikin dia pusing tujuh keliling. Akhirnya dia cuman ngafalin rumus.

Tiba-tiba, Ardi disebelahnya berbisik, "Woey, Aria!" panggilnya lirih. Aria tidak menggubris bisikan itu. Ia tetap teguh dan fokus pada ujiannya.

"ARDI SURYA!" seorang guru yang menjadi guru pengawas kelas mereka, menyerukan nama Ardi, dikarenakan.... U KNOW lah.

Ardi segera menghadap kembali pada mejanya dan berpura-pura mengerjakan soalnya. Selalu seperti itu dalam ulangan, entah ulangan harian dan ulangan PTS kemarin. Tapi kok bisa masuk kelas B ni anak satu?

Jangan tanyakan pada saya. Ini anak ajaib keturunan Ootsutsuki.

30 menit telah berlalu, dan Aria telah menyelesaikan ulangannya 18 menit 36 detik yang lalu. Ia sekarang hanya mengoreksi kembali soal-soal yang ia jawab dan membenarkannya.

Sudah satu jam, bel istirahat berbunyi.

"STOOOP!!" seru guru pengawas memakai toa masjid. Budeg kuping sekelas dibuatnya. "KUMPULKAN KERTAS ULANGAN KALIAN! SEKARANG!!"

Segera anak-anak secara berjamaah mengumpulkan kertas ulangan. Aria tenang ditempat ia duduk, menunggu meja guru perlahan sepi lalu maju dan menyetorkan kertas ulangan.

Lalu, ia duduk sambil menopang pipi kesal. Merasa sekolah dan takdir bekerja sama, tidak memihak kepada dirinya dan murid-murid.

"Eh, Ria," sebuah suara yang terdengar feminim memanggilnya. Aria menoleh pada seseorang yang punya suara khas itu.

"Kenapa muka lu? Kayak bongkahan es kutub selatan yang ancur liatnya," ledek Rami, teman sekelasnya. Aria dengan kesal menghela napas, "Aku merasa takdir dan sekolah itu bekerja sama."

"Udah, udah. Yang penting, 'kan, bisa ngerjain kita. Tapi...." Rami menggantung kalimatnya.

" 'Tapi' apa?"

"Tapi, aku gak pinter sama gak pede kayak kamu. Jadi iri...." sambung Rami dengan nada yang terdengar sedih.

"Jangan alay gitu, kek, pecinta sinetron," Gilsa, idol sekolah, dengan santai mendekati mereka berdua. Gimana gak idol si Gilsa? Dia bisa ngedance, bisa nyanyi, cantik lagi. Udah kayak Lisa Blekping liatnya.

The ɯҽιɾԃ Eve. - DIABOLIK LOVERS [Slow-Up]Where stories live. Discover now