Tea

6 0 0
                                    

Cuaca Bandung di awal semester empat kali ini agak mendung sejak semalam namun tak kunjung hujan. Angin bertiup dengan eloknya membuat rambut Darian yang digerai sayup-sayup melambai. Ia memandang langit yang sendu. Darian tidak pulang saat libur semester tiga, ia begitu merindukan sahabatnya, Noah.

Apa kabar, Noah?

Kakinya yang mungil ia ayunkan lembut. Lagi-lagi ia duduk melamun di depan koridor. Alya yang melihatnya kala itu berpikir mengapa Darian sering melamun. Kaki Alya kini berjalan menghampiri gadis yang tengah melamun itu.

"Hey, what you do?" Alya menepuk bahu Darian.

"Nothing." Senyumnya semu.

"Ga. Lo pasti lagi mikirin sesuatu." Alya memaksa.

"Hehe. Gue emang gabisa boong dari lo, Al." Darian tersenyum. "I just thingking bout my crush."

"Malik?" Alya kini duduk disamping Darian.

"No. Gue ga naksir sama kak Malik. Gue anggep dia sahabat." Gumamnya sambil menatap langit. "Noah, dia crush gue dari gue smp kelas tujuh."

"Anjir!" Matanya kian melotot kaget. "Yang bener aja lo dar! udah lebih dari tujuh tahun, dong."

Darian hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kenapa lo ga bilang aja kalo lo suka?"

Darian tersenyum lagi. "Rasanya, ga perlu bilang. Gue takut kalo gue bilang persahabatan kita bakal pecah, gue takut dia jadi canggung, gue takut dia bakal ninggalin gue. Takut banget. Hal yang paling gue takutin dari relationship itu ya ditinggalin, no matter itu persahabatan atau apa."

"Lebih baik, pendem aja. Walaupun seringkali menyakitkan. Tapi, seenggak nya gue masih ada disamping dia, itu cukup banget." Kata Darian lagi.

"Anjir. Nyesek." Alya merangkul bahu Darian. "Kenapa lo ga move on? ada Malik yang cinta sama lo."

"Gue udah coba dari lama. Tapi, tetep nothing. Gue juga bingung sama diri gue kenapa bisa gini." Jelas Darian.

Alya mengangguk.

"Terus kapan lo pulang ke rumah lo?"

"Gatau, Al. Semoga libur semester ini dipercepat, biar bisa ketemu."

"I hope so."

Hari ini salah satu dosen Malik mengganti jadwal mata kuliahnya sehingga Malik pulang lebih cepat. Nakula mengajaknya pulang bersama.

"Duluan aja, bro. Gue nunggu Darian."

"Masih lama woi, lu kaga bosen?"

"Kaga, gue sekalian nulis aja dibawah pohon. Cuacanya mendukung." Malik mulai mengeluarkan bukunya.

"Yaudah gue duluan, bye."

Dua jam Malik menunggu Darian sambil menulis, baginya inspirasinya kini adalah Darian. Saat ia menulis, ia selalu mengingat Darian.

Tak terasa, gadis yang ia tunggu keluar kelas. Darian menghampirinya dan menyapa.

"Nunggu siapa, kak?" Sapanya yang berdiri tepat didepan Malik.

Ia beranjak dari duduknya. Kemudian mengambil posisi sedikit membungkuk. "Kamu."

"Kali ini kita pulang naik angkutan umum, gapapa?" Tanya Malik yang kian tegap.

"Gapapa." Darian tersenyum.

Mereka mulai berjalan meninggalkan tempat mereka menimba ilmu. Keadaan hampir petang. Mereka naik angkot.

"Ih ganteng banget." Bisik salah satu gadis yang berada di angkot.

"Iya, njir ganteng banget." Bisik salah satunya lagi.

Ia diperhatikan oleh orang-orang seisi angkot. Malik yang mendengar bersikap masa bodoh saja namun mulai resah. Darian hanya tersenyum melihat Malik yang mulai merasa kurang nyaman diperhatikan seisi angkot.

Tiba-tiba Malik menggandeng tangan Darian, yang sontak membuat gadis-gadis di dalam angkot merasa iri. Malik tak melepasnya hingga ia turun dari angkot.

Setelah turun mereka naik becak, Malik sengaja mengajak Darian naik becak. Langit kian mendung namun masih belum hujan jua. Angin yang lembut menerpa rambut Darian dan membelainya. Malik memandangi paras Darian yang diterpa angin hingga tak berkedip. Dramatis.

Cantik.

Gumamnya kecil.

Belum sampai gang kosan Darian hujan menerpa. Mereka turun dari becak, membiarkan mamang becak pergi berteduh. Mereka malah pergi ke taman dekat gang kosan Darian. Hujan-hujanan, yang mereka lakukan. Mereka begitu senang hujan-hujanan. Membiarkan tubuh mereka basah akan air hujan.

"Dar! Biarkan tubuh ini dialiri air hujan. Biarkan segala keluh kesah dan kesedihan luntur sejalan dengan air hujan yang kian turun dari raga." Teriak Malik yang setengah baku sambil berdiri di tengah taman yang diterpa hujan.

Darian tersenyum kemudian mengangguk.

Mereka bermain lari-larian ditengah hujan. Bersenang-senang, melupakan sejenak kesedihan yang ada. Darian begitu bahagia, tertawa lepas. Kini mereka berteduh sesaat, Darian mulai kedinginan.

"Kak, sekalian aja ke kosan. Dingin, disana bisa Darian buatin teh." Ujar Darian menggigil.

Malik mengangguk.

Mereka berlarian menuju kosan Darian.

"Darian duluan aja yang mandi." Ujar Malik.

Darian mengangguk.

Rambut panjang Darian yang basah kini ia keringkan dengan handuk. Malik yang melihatnya terpana, membisu.

"Woi, kak! buru mandi Darian cariin baju kaos item sama celana selutut kak Aam yang kebawa. Nanti Darian ketok kamar mandi kalo udah ketemu, sebelum Darian ketok jangan keluar dulu. Nih anduknya." Darian melemparkan handuk yang ia ambil dari lemarinya.

Malik langsung berkedip dan menangkap handuk.

Darian sibuk mencari baju Hamza yang tak sengaja ia bawa.

Duh, mana sih.

Eh, ini ding.

Saat Darian hendak menuju kamar mandi Malik malah sudah menunggu Darian didepan kamar mandi. Ia melingkarkan handuk pada pinggangnya. Darian kaget melihatnya, ia tak sengaja melihat roti sobek Malik.

"YASSALAM! ISH DARIAN KAN UDAH BILANG JANGAN KELUAR!" Teriak Darian sambil menutup mata dengan tangannya.

"Oiya, lupa." Jawab Malik santai.

"Nih, bajunya!" Darian menjulurkan tangan kanannya.

"Makasih, Dar."

Malik segera mengambilnya dan kembali masuk kamar mandi. Sedangkan Darian membuatkan teh hangat untuk mereka berdua.

"Sini duduk, nih teh nya diminum." Darian menyuguhkan teh pada Malik.

Malik mengunjukkan giginya. "Mikisih, Diriin."

Kemudian Malik menelfon supirnya, memintanya menjemput Malik di kosan Darian.

"Hm.. teh nya manisnya pas. Tapi-" Malik memotong perkataannya.

"Tapi-" Darian meniru.

"Kalo minumnya sambil liat yang bikin jadi kemanisan."

"Cih." Darian berdecih. "Darian tau, Darian emang manis hahaha." Tawanya kian lepas.

Malik tersenyum padanya.

DarianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang