Terlihat lelaki yang selalu bersamanya meninggalkannya seorang diri di sini. Seperti tidak takut apapun lelaki itu berjalan mendekati mobil-mobil beratnya.

Dia termangu di sana. Aster menatap dirinya yang semakin berwibawa, saat sedang memperhatikan tatap mereka bertemu juga. Aster akan membuang wajah tapi lelaki itu berjalan mendekat ke arahnya.

Saat mereka berhadap-hadapan. Suara angin menyapa dedaunan terdengar begitu mengasyikan bagi mereka.

"Tidak terduga bertemu di sini, Bagaimana kabarmu?" Tanya Bumi.

"Baik."

Bumi tersenyum samar. Aster membuang wajahnya tidak dibiarkan menatap Bumi.

"Saya dengar kamu menjadi youtubers yang sukses. Ikut berbangga melihatmu seperti itu."

"Terimakasih."

Aster menjawabnya singkat-singkat. Wajahnya terlihat kesal.

"Sepertinya menjadi hal yang berat untuk menatap saya padahal banyak perubahan yang harus kamu ketahui."

Aster kini menatap Bumi sinis, tajam mata itu menatapnya.

"Perubahan itu sudah secara jelas saya lihat jadi untuk apa saya melihatnya lagi."

Aster berlalu.

"Kamu marah?" Tanya Bumi.

Aster tetap berjalan melewati anak-anak yang sedang bermain di halaman. Aster menekuk wajahnya masuk ke dalam rumah.

"Kalian mengobrol?" Tanya Freya.

"Aku mau mandi sebelum mengajak anak-anak untuk menggambar lagi."

"Emmm tapi dia tumbuh menjadi lelaki yang begitu tampan. Wuaahh, tak heran Freya pernah menyukainya saat sekolah."

"Freya, aku tidak ingin membahas apapun."

"Kamu menanyakan kenapa dia pergi tanpa pamit saat itu?" Tanya Freya lagi.

Aster sesaat terdiam tapi menormalkan wajahnya lagi.

"Temani aku mandi Freya, jaga pintu kamar mandinya." Ujar Aster berlalu.

Freya mengikutinya tanpa banyak bicara lagi. Di desa ini kamar mandinya seadanya, hanya ditutup oleh daun-daun kelapa dengan pintu terbuat dari kayu seadanya.

***

Bumi duduk di bawah rindangnya pepohonan. Dirinya belum mengisi perutnya sama sekali sedari pagi. Dirinya di sini adalah asing dan tidak diinginkan siapa pun untuk datang.

Tubuhnya terasa lengket karena belum mandi maka dia memilih mengademkan dirinya di bawah rindangnya pepohonan. Alberto yang ke kota untuk mencari makanan dan pakaian untuknya belum kembali sedari pagi.

Dua orang anak mendekat ke arahnya yang satu membawa satu piring berisi makanan dan yang satu segelas penuh air. Mereka menyimpannya tanpa bicara. Bumi memberikan senyum yang dibalas senyum malu dua anak perempuan itu.

Bumi mengawasi kemana perginya dia anak itu. Anak kecil cenderung polos dalam hal apapun karena mereka terlihat berbicara kepada Aster tidak jauh dari sana.

"Mencoba tidak peduli kepada orang yang kita kasihi itu sulit sangat sulit." Gumamnya.

Bumi memperhatikan dari jauh Aster yang sedang mengajari anak-anak menggambar. Tawa renyah mereka serta Keenan yang sibuk dengan kameranya.

ASTEROIDWhere stories live. Discover now