1️⃣1️⃣

3.6K 481 42
                                    

"Jadi?" Lisa menopang dagunya di kepalan tangannya dan menatap lurus ke Hueningkai yang balas menatapnya dengan sorot mata berseri-seri.

Hueningkai belum menjawab, ia mulai menyesap milkshakenya sambil menatap lurus ke arah Lisa dari balik gelasnya.

"Noona.." Hueningkai mendorong gelasnya ke samping, dan tersenyum manis pada Lisa.

"..apa noona sama sekali tidak ingat semua tentangku?"

Lisa tanpa sadar memiringkan kepalanya, dan sedikit memicingkan matanya mendengar pertanyaan Hueningkai. "Maksudnya?"

Hueningkai tersenyum tipis, lalu menggeleng kecil.

"Aku lahir di Hawaii, dan pindah ke Korea saat usiaku dua tahun. Kami tinggal di Korea sampai aku berusia tujuh, lalu kami pindah ke Brazil .." Hueningkai tiba-tiba mulai bercerita, dan Lisa pun memusatkan perhatiannya pada Hueningkai. Alisia selalu mengajarkan Lisa untuk memperhatikan siapapun lawan bicaranya, jadi Lisa sudah terbiasa untuk selalu mendengarkan dengan seksama meski lawan bicaranya adalah seseorang yang usianya lebih muda darinya.

"Aku tidak terlalu ingat nama kompleks tempat tinggalku saat di Korea dulu, namun yang sangat kuingat adalah, aku bertetangga dengan sebuah keluarga yang memiliki anak perempuan seumuran dengan kakak perempuanku, Lea-noona.."

Lisa terdiam, dan mulai mengerti arah pembicaraan Hueningkai. Tanpa sadar jantungnya berdebar agak kencang karena dugaannya tentang laki-laki berwajah blasteran di album foto masa kecilnya sepertinya mulai menemukan titik terang.

".. aku juga tidak terlalu ingat nama anak perempuan yang seumuran dengan kakak perempuanku itu, noona. Namun, dia gadis yang samgat cantik, mixed-race, sama sepertiku dan Lea-noona, karena ayahnya adalah orang Eropa,"

"Sepertinya.. ingatanmu tidak terlalu baik," komentar Lisa melihat Hueningkai yang diam seolah menunggu Lisa mengucapkan sesuatu.

Hueningkai tertawa, suara dalam namun terdengar menyenangkan. "Dan sepertinya, noona tahu banyak tentang sifatku, padahal kita belum lama saling mengenal?"

"Hanya menebak," sahut Lisa sembari menyesap lemon tea di gelasnya. "Kau sangat muda dan blak-blakan, seperti buku terbuka yang sangat mudah dibaca,"

"Waah, noona, kau benar-benar keren dengan semua kata-kata kiasan itu. By the way, aku akan melanjutkan ceritaku,"

"Silahkan,"

"Baiklah. Jadi sampai di mana kita tadi, noona? Ah ya, anak perempuan itu selalu bersama-sama denganku dan Lea-noona setiap hari. Kami bermain, makan, bahkan tidur dan mandi bersama. Eomma bilang jika aku selalu menangis jika ia dan Lea-noona berangkat ke sekolah, karena aku selalu ingin ikut ke manapun mereka pergi. Dan.. aku baru ingat, noona. Aku memanggil anak perempuan itu dengan sebutan fairy-noona,"

"Fairy-noona?" ulang Lisa kebingungan.

"Ne, fairy-noona," Hueningkai mengangguk dan tersenyum ceria.

"Kenapa kau memanggilnya seperti itu?" tanya Lisa penasaran.

"Sebenarnya tidak ada cerita khusus soal nama panggilan itu. Aku memanggilnya fairy-noona karena dia sangat cantik dan baik padaku, seperti peri. Noona itu selalu menjaga dan melindungiku, memberikanku kue dan permen yang enak, bermain bersamaku dan Lea-noona, juga selalu menceritakan banyak dongeng padaku. Jadi, aku mencari nama panggilan khusus dariku untuknya, dan eomma kemudian mengajariku beberapa kosa kata bahasa inggris, yang membuatku menemukan kata 'fairy' dan akhirnya aku memutuskan untuk memanggilnya fairy-noona. Kupikir itu adalah panggilan sayangku padanya,"

My Personal Assistant | LIZKOOK [DISCONTINUE]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora