Chapter 12 : The Truth Untold

4.3K 520 43
                                    

PYANGGGGG!

Aku terkejut melihat figura adikku Rose yang terjatuh dari atas meja didekat tempat tidurku.

"Rose..."

"Kenapa bisa jatuh?"

Perasaanku mendadak enak.

"Apapun yang terjadi, semoga Rose baik-baik saja"

------- Park Jimin.

Seoul, 17

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seoul, 17.12 KST.

Rasanya aku senang bisa kembali ke Seoul. Aku kembali karena Appa menelpon jika Jihyo adikku melakukan operasi kemarin.

Aku bersyukur setelah sekian lama ada juga seseorang yang berbaik hati dengan bersedia mendonorkan hatinya untuk Jihyo.

Aku berharap setelah ini Jihyo bisa sembuh seutuhnya.

Semoga saja.

Dan yang membuatku semakin senang adalah Rose, aku benar-benar tidak sabar untuk menemuinya.

Bahkan aku sudah membawakan apa yang sempat dia minta. Sebuah gantungan kunci berbentuk miniatur menera Eiffel.

Juga sebuket bunga mawar hijau kesukaannya.

"Kenapa kau menyukai mawar hijau dan bukan merah? Bukankah mawar merah jauh lebih cantik?"

"Kau benar Oppa, mawar merah memang sangat cantik tapi... mawar merah sangat mudah kita jumpai berbeda dengan mawar hijau. Mawar hijau sangat sulit untuk didapatkan, bahkan hampir tidak ada..."

"Dan bagiku mawar hijau itu cantik, dia berbeda dari mawar lainnya. Ini sejenis... kecantikan yang berbeda, entahlah hatiku rasanya sejuk jika melihat warnanya"

"Dan aku ingin seperti mawar hijau, memiliki kecantikan yang berbeda dari yang lain, entah itu cantik rupa ataupun hati. Tidak hanya cantik tapi juga sulit untuk didapatkan"

"Ada banyak hal yang sama di dunia, tapi akan lebih indah jika kita menjadi yang berbeda. Bukankah begitu Oppa?"

"Ya Rose, kau benar. Dan kau adalah adik mawarku yang berbeda"

Aku tersenyum tipis lalu beranjak keluar dari dalam mobilku, tapi sebelum itu aku simpan dengan baik hadiah yang akan kuberikan pada Rose, nanti...

Tunggu!

Ada apa dengan perasaanku ini?

Aku menyentuh dadaku dan mengedarkan pandangan ku menatap bangun rumah sakit.

"Kenapa rasanya aku sangat sedih?"

Aku memejamkan mataku sesaat. Rasanya ada sesuatu yang hilang disini, entahlah... rasanya benar-benar... aku tidak kenapa.

Aku, Donor Untuk Kakakku (End)Where stories live. Discover now