01 - Dunia Baru

108 59 23
                                    

Mentari pagi memancarkan sinarnya sehingga menembus jendela kamarku, aku yang tengah tertidur pulas, lama kelamaan tidurku mulai terganggu dengan suara alarm.

Akhirnya aku memutuskan untuk bangun dari tempat tidur, tak ada sedikitpun senyuman yang terukir di wajahku, akupun berjalan menuju jendela kamar, tatapan bingung sembari berdiri dan menatap keluar jendela.

"Ternyata belum saatnya aku tertidur untuk waktu yang cukup lama," lagi-lagi yang ada didalam pikiranku kosong, seakan-akan pikiran dengan tubuhku tidak bisa untuk bekerja sama.

Aku sempat terpecah dari lamunanku, terlihat dari sudut rumah minimalis, seorang lelaki melambaikan tangannya kepadaku seolah menyapa dari bawah sana.

Siapa dia? sebelumnya aku belum pernah melihat dia. Apa mungkin tetangga baruku?

Lalu dari arah kejauhan dia mencoba menaruh kedua telunjuk tangannya di pipi, lalu di tarikannya ke atas seakan meminta ku untuk tersenyum.

Tidak sempat aku tersenyum kepadanya, yang aku lakukan malah berbalik badan dan menutup jendela.

Apa yang barusan dia lakukan, seperti orang gila saja.

Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamarku, kubuka kan pintu untuk memastikan siapa yang sedang berdiri didepan kamarku sekarang.

"Sebaiknya kamu keluar rumah sebentar untuk refreshing," sambar mama ketika aku ingin membuka kan pintu.

Ya memang itu tujuannya, agak bosan memang berlama-lama berdiam diri di dalam rumah.

Ku putuskan untuk tersenyum kepada mama sembari menanyakan apakah tadi malam tidur dengan nyenyak atau tidak.

Jujur saja, aku tidak memiliki teman satupun di komplek ini. Ya kalian benar, teman yang ku miliki hanyalah sebuah gadget.

Ketika aku bosan, atau sudah tidak tahu harus melakukan apa, gadget lah penolong dari semua rasa bosan itu.

"Setidaknya makan lah sesuatu terlebih dahulu," ucap papah tegas.

Ditariknya kursi untuk diriku duduk, ku ambil sebuah roti tawar, dan di oleskan nya selai blueberry kesukaan ku, sembari memainkan gadget ku.

Seperti nya menyenangkan memiliki teman di komplek. Jadi sirik setiap kali nge scroll postingan instagram teman-teman ku.

Khayalan ku terpaku kepada anak lelaki yang tadi melambaikan tangan kepadaku.

"Apa yang aku pikirkan,"

"Pikirkan apa?" tanya papah.

"Tak ada, aku keluar rumah sebentar ya pah!" jawabku terburu-buru.

Terus? apa yang harus aku lakukan di luar sini?

Ku pakai sebuah earphone agar suasana tidak terlalu hening, agak tenang memang jika berada di keheningan, tetapi jika di pikir-pikir laguku justru lebih menenangkan pikiran yang terbebani di tubuh ku sekarang.

Entah dari arah mana, seseorang berkuncir kuda tepat berada di depanku. Sembari menjilati es krim di genggaman tangannya.

"Hallo," sahut nya.

Ingin rasanya tak menghiraukan perkataan orang ini, tetapi apa sopan jika seperti itu. Ya sudah jelas tidak.

Karena aku sudah tidak tahu ingin melakukan apa, aku hanya membalas dengan senyuman.

Yang aku lakukan hanya ingin berkeliling keluar sebentar, lalu setelah itu aku kembali kerumah.  sebenarnya aku tipikal orang yang sulit untuk di ajak mengobrol.

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang