6. she thinks everything will be ok

8.1K 904 50
                                    

Perempuan kecil nan kurus atau yang lebih sopan disebut mungil itu melangkahkan kakinya menyusuri tiap-tiap jengkal sebuah galeri seni yang sedang mengadakan pameran. Adalah Arantika Mardhiana, seorang perempuan yang tengah antusias menatap instalasi yang terbuat dari berbagai macam limbah organik seperti ranting, bunga, dan daun kering yang ditata sampai sepanjang tiga meter dengan sedemikian rupa.

Pandangannya tertuju pada bagian atap instalasi yang terbuat dari puluhan atau mungkin ratusan bunga pinus yang dijajarkan bergantung hingga menutupi sebuah instalasi sepanjang tiga meter itu. Akibat terlalu takjub mendongakkan kepalanya, tanpa sengaja kening yang tertutupi poni rata itu menabrak sesuatu yang keras. Yang ada di pikiran seorang Arantika adalah dia sudah menabrak dinding instalasi dari rangkaian ranting pohon yang sudah dikelupasi kulitnya dan tinggal menunggu saja semuanya akan rubuh lalu dia diharuskan mengganti kerugian atau paling parah viral di sosial media.

"Mati gue," gumamnya sambil menutup mata dengan satu telapak tangan mengelus kening.

Namun hingga beberapa detik setelahnya, sama sekali tidak ada suara kegaduhan atau bunyi barang-barang pecah belah dan runtuh atau rasa sakit akibat tertimpa tumpukan kayu. Ini artinya gue selamat dong? ucapnya lagi dalam hati.

Arantika mengintip lewat celah mata kanan yang dia buka sedikit. Yang ada di hadapannya adalah dada bidang seorang lelaki mengenakan kemeja biru tua tengah bersedekap. Tanpa banyak pikir Arantika membuka kedua matanya lalu mundur dan membungkukkan badan berulang kali. "Aduh, Mas, maaf, Mas. Maaf sekali lagi. Saya nggak lihat, saya nggak sengaja. Maaf ya, Mas, jangan marahin saya ya, Mas. Saya masih anak SMA."

"Kamu itu ngapain?"

Dan tak ada suara lain yang mampu mengalihkan dunia Arantika seperti suara milik lelaki ini. Dengan cepat Arantika menegakkan badan dan membuka rahangnya lebar-lebar, sedikit berlebihan.

"Dan apa kamu bilang? SMA? Ya ampun, Ra, perasaan baru enam bulan lalu mama kamu undang aku makan ke rumahmu buat rayain wisuda S1-mu."

"Mas Dika kok bisa di sini sih?!" seru Arantika tanpa tau aturan. Beberapa pengunjung bahkan menatap Arantika penuh selidik.

Melihat tatapan orang-orang di sekitarnya yang tidak dipedulikan oleh Arantika, Senandika dengan pengertian merangkul adik sepupu jauhnya itu keluar dari instalasi.

Instalasi kayu yang tadinya begitu menarik mata Arantika pun seolah hilang ditelan bumi. Seluruh atensinya terpusat hanya kepada kakak sepupu jauh yang paling dia sayangi tersebut. Arantika masih memandang Senandika penuh binar ketika mereka memasuki area seni pahat, seni ukir, dan seni patung.

"Udah deh, Ra, jangan ngelihatin aku terus kayak gitu," tutur Senandika yang lama-lama merasa jengah dengan tatapan perempuan yang hanya hampir tenggelam dalam ketiaknya.

Arantika meringis. "Habisnya Mas Dika rangkul aku sih, kan akunya jadi nggak fokus, Mas."

Senandika berdecih dan melepas rangkulannya pada Arantika sebelum perempuan itu makin berceloteh ngaco lagi. Dia membiarkan perempuan selisih tujuh tahun dengannya itu berjalan riang sambil menjelaskan satu persatu karya seni yang dipamerkan. Padahal Arantika ini hanya berstatus pengunjung sama seperti dirinya. Arantika yang notabene seorang lulusan Fakultas Seni Rupa dan Design serta begitu menggemari seni itu tentu saja lebih fasih menjelaskan tentang berbagai bentuk pahatan dan ukiran di setiap karya yang dipajang. Sampai akhirnya mereka kembali lagi ke bagian depan galeri yang memanjakan setiap penggunjungnya dengan berbagai karya lukisan realis maupun surealisnya.

"Ke sini naik apa?" tanya Senandika. Bukan tanpa sebab dia bertanya, Arantika sampai di umurnya yang hampir menginjak angka 23 ini bahkan belum bisa mengemudikan mobil. Dan mustahil seorang Arantika diizinkan mengendarai sepeda motor oleh sang ayah ketika cuaca Jakarta sedang tak menentu. Hari ini saja kota tercintanya ini sudah dianugerahi hujan sampai empat kali sepanjang hari.

Days After We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang