1. a meeting

17.7K 1.4K 54
                                    

Kedai Binar Sentika terletak di lobi salah satu tower di daerah SCBD. Kedai kopi yang menyuguhkan berbagai macam menu kopi Nusantara berikut jajanan khas daerah-daerahnya. Kedai ini memiliki beberapa cabang yang tersebar di area Jabodetabek, setiap cabang mengusung tema pulau-pulau yang ada di Indonesia.

Seperti Kedai yang disinggahi Renjana sore ini. Dengan mengusung tema Pulau Sulawesi, berbagai pernak-pernik cantik ikut memperkuat kesan ethnic yang sudah menguar sejak Renjana menginjakkan kakinya di sini. Hampir seluruh dinding tertutupi oleh kayu dengan ukiran khas Suku Toraja. Lalu di beberapa sudut ditempatkan miniatur-miniatur Tongkonan, Kapal Pinisi khas Suku Bugis, berikut beberapa kerajinan kayu. Di balik meja bar terpajang banyak sekali kain tenun, sarung Bugis, dan songkok Bone. Renjana tersenyum, ia benar-benar suka suasana seperti ini.

Karena letaknya di tengah-tengah area perkantoran, Kedai Kopi unik semacam ini tentulah jadi tujuan para karyawan untuk melepas penat sebelum memutuskan untuk lembur atau pulang ke rumah, atau sekadar kabur sejenak dari penatnya deadline yang menumpuk. Jadi tidak heran ketika Renjana dan Desi datang, mayoritas pengunjung kedai adalah orang-orang berkemeja slimfit dan penampilan yang cenderung rapi.

Dua cangkir Kopi Toraja berikut satu piring Deppa Torri terhidang di depan mereka. Renjana langsung mencomot satu buah Deppa Tori dan menggigitnya segera. Sebuah kue yang terbuat dari tepung beras dan gula merah, berwarna cokelat dengan taburan kacang wijen di bagian kulitnya, begitu digigit rasa manis langsung menguasai indra kecapnya.

"Rasanya kayak Kue Cucur ya," Renjana mengungkapkan pikirannya.

Desi mengedikkan bahu. "Next time kita cobain Sikaporo sama Bobengka deh."

"Kenapa nggak pesen sekarang?"

"Lo masih kenyang, kan? Sikaporo atau Bobengka kayaknya terlalu berat deh kalo lo cuma mau ngemil doang."

Renjana mengangguk berulang kali. Menghabiskan satu buah Deppa Tori, dia pun meraih satu buah tisu dari wadahnya. Mengusapi jari telunjuk dan jempol yang sudah kotor oleh minyak.

"Kok tadi di telepon nggak bilang sih mau main ke sini?" tanya Desi setelah sepersekian detik diam.

"Emang sengaja, biar surprise." Renjana meringis, "tadi habis ketemu sama bokap lo sih, terus ya udah sekalian aja mampir."

"Terus-terus, Papa bilang apa ke lo?" Desi bertanya dengan semangat.

Renjana mengedikkan bahunya. "Ya gitu, gue harus nemuin Pak Aksa dulu dari HRD. Terus minggu depan bisa mulai gabung."

Maka benar saja ucapan Hendarto, mendengar Renjana akan segera bergabung, Desi bertepuk tangan heboh. Bahkan sampai beberapa orang melirik ke arah mereka.

Ia dan Desi kenal sejak kecil namun baru akrab ketika keduanya menginjak umur belasan. Ketika keduanya bersekolah di tempat yang sama saat SMP. Kenyataan ayah dari keduanya yang bersahabat baik membuat Desi dan Renjana sering bertemu pula.

Selain Desi, Renjana masih punya tiga orang lain di clique-nya. Morgan, seorang dokter yang sedang mengambil pendidikan spesialis THT di salah satu rumah sakit besar di Jakarta, juga Linda, dokter cantik yang juga sedang mengambil pendidikan spesialis anak di rumah sakit yang sama dengan Morgan. Dua orang ini menjalin hubungan romantis anyway. Dan terakhir Saskia, seorang public figure, aktor, dan penyanyi tenar Ibukota. Semuanya Renjana temui ketika ia duduk di bangku SMP.

"Terus kapan lo bakal nemuin Aksa?" tanya Desi lagi. Kali ini dia ikut menyemili Deppa Tori yang dia bungkus dengan tisu, supaya minyaknya tidak meleber ke permukaan jarinya.

"Besok mungkin. Kan nggak mungkin sekarang, udah lewat jam empat ini. Rasa-rasanya mustahil."

"Ajak gue aja kalo gitu, gue kenal baik sama dia. Eh Btw!" Desi tiba-tiba berseru di akhir kalimatnya. Dia mencondongkan tubuhnya kemudian berucap dengan pelan, "Aksa itu CS-nya Dika tau di kantor."

Days After We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang