28. Sayounara!

16 1 0
                                    

Pukul 3.20 pagi, suasana bandara cukup sepi. Beberapa orang sibuk berbincang dengan keluarganya masing-masing. Beberapa juga terlihat menyeret tas koper dan berjalan cepat ke arah pintu masuk, barangkali ia sudah dikejar waktu keberangkatan. Elvan segera menyalami Ayunda lalu memeluknya,

"Kabar-kabar ya a" Ayunda mengelus pundak putra sulungnya.

"Jangan macem-macem di negara orang. Jangan barulah yang aneh-aneh" sambungnya yang membuat Elvan tertawa kecil.

"Pamit ya Pap" pria itu kemudian bersalaman dengan papanya.

"Hati-hati ya.. Nanti kalau sudah sampai telepon kita" Pria paruh baya itu juga memeluk putra sulungnya, ia mengelus kepala Elvan. Persis seperti yang sering Elvan lakukan terhadap Alsa. Ya, mungkin perlakuan seperti itu adalah hasil keturunan.

Lalu yang terakhir, si bungsu Tiara. Ia juga langsung memeluknya begitu saja, kemudian mencium dahinya. Ya Tuhan.. kenapa seorang Alsa harus menyaksikan pemandangan uwuw seperti itu. Banyak wanita cemburu karena pacarnya bersikap manis terhadap wanita lain, tapi Alsa lebih cemburu dengan sikap manis Elvan terhadap Tiara, adiknya. Teman Elvan itu hanya tersenyum-senyum sendiri melihatnya.

"Jangan tidur mulu Ra.." ucapnya sambil mengelus kepala Tiara.

"a....nanti bawain oleh-oleh yang buanyakkkkk"

"Mau oleh-oleh apa?"

"Tiara mau skin care, nanti Tiara kirimin foto nya" ucap Tiara dengan senyum lebar.

"Dasar cewe..."

Kemudian ia menghampiri Alsa,"Aku pergi dulu ya.." mereka bersalaman seperti biasa.

"Mah.. minggu depan dia juga mau ke Sapporo?" Elvan memberitahu orang tuanya

"Oh ya? Bagus dong"

"Nanti neng temenin a Evan ya.. Bahasa Inggris nya jelek...."

"Ih mama so tahu" Elvan menyipitkan matanya

"Bisa kebetulan gitu yaaa.." Ayunda mengeleng-gelengkan kepalanya

"Nanti, kabar-kabaran aja Al.." ucap Elvan.

Pria itu kemudian memegang kopernya dan mulai benar-benar berjalan pelan menuju pintu masuk, "Bye semuanya" Elvan melambaikan tangan, ia tersenyum, seperti biasa. Alsa juga tersenyum, terkesan seidkit malu. Belum pernah ia sedekat ini dengan seorang teman. Lalu, beragam pertanyaan menyusul di dalam kepalanya.

Kenapa Elvan baik?

Kenapa Alsa menerima Elvan masuk ke dalam kehidupannya?

Apa ini yang dinamakan satu frekuensi dalam pertemanan?

Saling menguntungkan satu sama lain..

Sebuah ketakutan sudah memuncak di dalam dada. Takut salah dalam bertindak, takut jika perbuatnnya tak disukai oleh orang lain, takut kalau-kalau ia tak pernah bisa membalas kebaikan orang lain, takut karena bisa saja suatau hari nanti semuanya akan hilang disaat yang tidak tepat. Ah, bukankah tidak pernah ada waktu yang tepat di dunia ini?

Sayounara Denova Rize Elvandra! Terima Kasih untuk semua ajakannya. Alsa senang sekali.

WALLFLOWERUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum