7. Ameenah dan Lomba!

62 6 0
                                    

Alsa mengemas beberapa barangnya ke dalam ransel abu-abu. Jam masih menunjukkan pukul 4 pagi tapi ia sudah bergerak kesana-kemari di dalam ruangannya. Gadis itu mengecek kembali barang yang akan dibawa untuk lombanya nanti di Semarang. Berbekal latihan seadanya dan uang yang minim ia nekat pergi ke Semarang bersama May.

Hari itu Alsa dan May harus datang ke salah satu Universitas Tersohor di Semarang untuk mempersentasikan karya mereka dihadapan juri. Kepergian mereka begitu mendadak karena ragu akan kemampuan yang dapat mereka berikan pada saat lomba berlangsung, namun entah kenapa mereka akhirnya memutuskan untuk mengambil kesempatan ini. Untuk menambah pengalaman, teman, atau hanya pelarian dari riwehnya perkuliahan dan urusan organisasi barangkali.

Alsa sudah siap dengan dirinya, ia segera memesan taksi menuju stasiun. Mereka sudah janji bertemu di stasiun pukul 4.30 pagi.

Sesampainya di stasiun, May ternyata sudah sampai terlebih dahulu. Mereka saling menyapa hingga berpelukan.

Perjalanan memakan waktu selama 4 jam. Dalam perjalanan tidak banyak yang dilakukan oleh Alsa dan May, mereka hanya tertidur hingga kereta berhenti di pemberhentian mereka. Setelah itu, mereka langsung pergi ke venue acara.

drrtdrrt....

Handphone Alsa bergetar, membiarkan sang pemilik mengetahui notifnya.

"Hei guys, hari ini Ameenah mau datang", Alsa menepuk jidatnya.

"Kenapa kak?" May khawatir melihat Alsa menepuk jidatnya sendiri.

"May, aku lupa hari ini Ameenah datang, harusnya ini jadwal aku jemput dia. Aduh gimana ya?? Aku takut Nata marah" jelas Alsa

May menghela berat

"Kamu bilang aja sejujurnya sama kak Nata. Kalo bilang sekarang masih ada waktu kok" saran May.

Alsa menerima saran May dan segera menghubungi Nata lalu menjelaskan kronologisnya. Beruntung Alsa memberitahu Nata lebih dulu sehingga pria itu tidak memarahinya akibat kecerobohan yang ia lakukan.


Sesampainya di venue acara, Alsa sibuk dengan laptop, ia harus mengirimkan beberapa file untuk kepentingan kedatangan Ameenah dari Kota Seattle, Washington State, Amerika Serikat. Maryam merupakan tamunya yang paling jauh, ia harus mempersiapkannya sebagus mungkin untuk tamunya itu.

Lima belas menit kemudian, panitia lomba membuka acara hari itu. Di dalam ruangan hanya ada sekitar 30 orang termasuk finalis yang akan membawakan persentasi mereka nanti. Alsa sudah menyelesaikan urusannya untuk kedatangan Ameenah nanti sore. May sibuk mengingat-ingat kembali materi persentasinya. Alsa tidak terlihat gelisah seperti May, maklum mungkin gadis itu sudah pasrah.

"Seluruh peserta dimohon maju ke depan untuk mengambil nomor urut persentasi" pinta Panitia yang berada di depan.

Alsa pun bangkit tanpa disuruh-suruh. Ia segera maju untuk mengambil gulungan kertas. Dan....

Boom!!

Mereka mendapat urutan pertama

May terlihat sedikit panik. Alsa hanya menghela. Untungnya mereka sudah mempersiapkan standing banner untuk media penyampaian materi selain power point.

Seperti biasa, Alsa selalu menerapkan prinsip tenangnya sebisa mungkin. Ia mengontrol emosi dengan baik sehingga tidak terlihat gugup maupun tegang ketika sedang persentasi dihadapan juri. Gadis itu pun lancar menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh para juri.


Tak harus menunggu berjam-jam. Panitia sudah maju kembali ke depan para hadirin. Kali ini untuk membacakan pemenang lomba karya ilmiah. Kegiatan itu memang hanya berlangsung selama satu hari tanpa adanya acara seminar maupun field trip seperti lomba-lomba karya tulis yang biasa diadakan. Alsa dan May hanya mengambil kesempatan untuk mengikuti lomba ini, hitung-hitung untuk pengalaman mereka.

Tanpa diduga, Alsa dan May menempati juara ketiga dari total 15 peserta tim. May bangkit dengan wajah tersenyum bahagia, sedangkan Alsa, ia tetap tidak memiliki ekspresi apapun. Penerimaan piala dan hadiah pun dilakukan. Setelah melakukan foto-foto bersama panitia, finalis, dan para juri, Alsa kembali duduk ditempatnya. Ia merasa sangat lelah dengan hari ini. Energinya sudah habis sejak tadi pagi berangkat hingga sekarang rasanya seperti tidak ada jeda untuknya beristirahat. Gadis itu menenggelamkan kepala diantara lengannya di atas meja.

"Kak, ayo kita ke stasiun sekarang. Keretanya 30 menit lagi loh" ajak May.

Alsa hanya menghela, ia mengangguk lalu mengambil tasnya dan berjalan sambil menggendong piala kemenangan. Entahlah, gadis itu terlihat sangat tidak bersemangat padahal ia memperoleh kemenangan hari ini.


Di dalam kereta,

Alsa hanya mengutak-utik handphonenya sambil mendengarkan musik dengan earphonenya. Ada banyak notif yang memberikan ucapan selamat kepada Alsa dan May. Ternyata May mengirimkan foto mereka memegang piala ke grup organisasi sehingga membuat seisi grup jadi ramai dan petjah!

Sebuah chat grup masuk, seseorang mengirimkan beberapa photo dan video. Alsa pun membukanya segera. Matanya membentuk bulat sempurna, bibirnya terangkat sedikit. Ameenah telah datang!

Di dalam video itu berisikan video Ameenah yang menantikan kedatangan Alsa, sang interviewer dingin yang mewawancaranya sekitar dua bulan yang lalu. Alsa tertawa geli menontonnya.

Kadang pekerjaan ini menjadi hal yang melelahkan, tapi bertemu dengan mereka adalah sebuah jawaban kebahagiaan karena mereka adalah orang-orang yang akan menjadi memori di dalam ingatan kita. Mungkin, hanya saat ini saja kita bisa bertemu, bermain, dan menikmati udara yang sama. Dunia memang kadang bisa luas, kadang juga bisa sempit

WALLFLOWERWhere stories live. Discover now