19. Persiapan

39 5 0
                                    

Keramaian sebuah mall di jantung ibukota selalu menjadi primadona bagi siapapun. Orang-orang berlalu lalang, tertawa, bergendengan bersama pasangan. Di luar sana terlihat langit mulai redup. Angin berhembus pelan. Kota ini seringkali di datangi hujan belakangan ini. Mungkin memang sudah waktunya.

"Oke. Dokumennya udah lengkap semua ya. Paling minggu depan aku kabarin lagi progress nya" seseorang yang duduk di hadapan Alsa berbicara. Dia adalah Ratih, seorang perempuan dengan outfit orang-orang kantoran dan dandanan make up yang terlihat dewasa. Wanita yang bernama Ratih ini salah satu orang yang dipercayai Alsa sejak tiga tahun yang lalu untuk mengurus setiap keberangkatannya ke luar negeri.

Alsa tersenyum,"Biasanya proses pembuatan visa Jepang berapa lama kak?"

"Normalnya sih empat hari" perempuan itu tersenyum lebar

"Udah, tenang aja. Pasti approved kok" sambung Ratih.

Alsa hanya memanyunkan bibirnya,"Abis kemarin temanku ditolak sama kedubes, jadi parno. Padahal udah beli tiket pesawat"

"Aman kok aman.." Ratih tertawa.

"Yaudah deh, aku cabut dulu ya kak, mau praktikum" Alsa langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Kak Ratih masih disini?" tanya Alsa yang sudah berdiri.

"Hmm" kak Ratih menganggukan kepalanya, "ada satu orang lagi yang mau buat visa. Satu kampus sih sama kamu" ia mengernyitkan dahinya, "Duh aku lupa namanya..."

"Manusia di kampus aku itu ada banyak kak" Alsa menyodorkan tangannya mengajak Ratih bersalaman.

"Yaudah pamit yaaa. Bye.."

"Bye Alsa, hati-hati.."

Di jalan turun menuju basement, matanya menangkap penampakan yang tak asing lagi untuk dirinya. Ia segera berjalan menghampiri temannya yang sedang berjalan sendirian, "Van..." panggil Alsa.

Pria itupun menoleh ke sumber suara, ia segera berjalan menghampiri Alsa dan melambaikan tangannya. Mereka semakin akrab, pertemuan itu diawali dengan tos tangan,"Ngapain Al, sendiri banget?"

"Misi rahasia.." Alsa tersenyum senang

"Payah  main rahasiaan "

"Kamu sendiri ngapain?"

"Rahasiaaa" Elvan menjulurkan lidahnya.

"Yeu... dah ah aku ada praktikum..." Alsa menepuk bahu Elvan

"tiatii Al", Alsa sudah berjalan meninggalkannya, gadis itu hanya melambaikan tangan tanpa menoleh pria dibelakangnya. Elvan tersenyum lebar dan segera melanjutkan perjalanannya.

Disebuha kafe yang sama persis Alsa kunjungi, Elvan mencari-cari seseorang yang menunggu kehadiran dirinya. Wanita cantik itu melambaikan tangannya lalu tersenyum. Elvan segera menghampirinya,

"Kak.. gimana kabarnya" sembari bersalaman.

"Baik-baik, kamu gimana?" Ratih tersenyum.

"Baik dong..." Elvan segera membuka ransel hitam miliknya dan menyodorkan dokumen-dokumen yang ditagih oleh Ratih.

"Udah lengkap ya semuanya...."

"Coba aku cek lagi yaaa" wanita itu membuka lembar demi lembar dokumen dari dalam amplop cokelat.

"Oh iya tadi ada juga yang mau bikin visa Jepang lhoo"

"Satu kampus sama kamu. Namanya Alsa" Ratih masih sibuk membaca lembar demi lembar yang ia buka.

Elvan terperangah. Pria itu terdiam sejenak dengan mimik wajah sedikit tidak percaya.

"Bocah pendek, kacamata bulet, matanya sipit?" Ia melingkarkan jemarinya dihadapan kedua matanya, memperagakan kacamata.

WALLFLOWERWhere stories live. Discover now