•Silentkiller 09•

Začít od začátku
                                    

"Yah baju sekolah Naya basah."

"Besok bajunya udah nggak di pake," balas Naja lalu duduk di kursi yang letaknya tidak jauh. Naya mengikuti Naja dengan wajah polosnya.

"Oh iya, besok pake baju batik ya, Kak?" Naja tidak menjawab, ia masih heran sendiri kenapa masih ada orang sebodoh ini?

"Kalo gue nyuruh lo manjat pohon mau nggak?" tanya Naja.

"Hm buat apa?"

Astaga, Naja tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran Naya.

"Kalo ada orang yang nyuruh lo, selain gue, jangan pernah mau."

"Maksud kak Naja, Naya tolak gitu? Kalo Bunda Naya nyuruh Naya makan Naya tolak?" Naja menggeleng pelan.

"Orang lain, di luar rumah lo, yang coba buat isengin lo, jangan pernah mau di suruh-suruh kayak tadi."

"Hm iya kak Naja," ujar Naya.

"Ayo ikut gue," ajak Naja seraya berdiri membuat Naya refleks ikut berdiri.

"Mau kemana?"

"Lo mau basah-basahan? Ganti pake baju gue," jawab Naja seraya melangkahkan kakinya duluan. Naya mencoba menahan pekikan rasa bahagianya, bagaimana tidak? Dia akan memakai pakaian milik Naja? Mimpi apa semalam dirinya bisa sampai seperti ini.

Hm mungkin ini yang dimaksud kak Naja pake, hehe.

Naya mengikuti langkah Naja sampai akhirnya berada di depan pintu kamar yang sepertinya milik Naja. dan kartu yang dulu pernah ia temui itu sebagai kunci membuka pintu kamar Naja.

Dan Naya merasa seperti di hotel, Naya masuk ke dalam kamar Naja yang demi apapun luasnya seperti ruang keluarga di rumah Naya, kamarnya tidak seluas ini. Dan di dalam kamar tersebut banyak sekali alat-alat komputer, bahkan monitor sampai ada tiga.

"Nih pake hoodie gue," Naja melemparkan hoodie putihnya pada Naya, Naya menatap hoodie Naja.

"Hm, Naya pake ini?" tanyanya lagi memastikan, Naja mengangguk lalu Naya melangkahkan kakinya menuju toilet yang sudah tersedia, ia membuka seluruh seragamnya yang basah. Ia terdiam sejenak, astaga pakaian dalamnya juga ikut basah, tapi mau bagaimana lagi? Naya tetap harus memakainya meski basah.

Tak lama ia keluar kamar mandi dan Naja sudah duduk di kasurnya seraya menghela napasnya pelan, syukurnya Naja sudah mengganti pakaiannya.

"Makasih ya kak Naja udah mau pinjemin Naya pakaian."

"Gue mau nanya suatu hal sama lo," ujar Naja membuat Naya refleks mendekat.

"Gue mau tau temen-temen sekolah lo kayak gimana dulu sampe lo bisa sepolos ini?" tanya Naja, Naya terdiam sejenak lalu menunduk.

"Naya gapunya temen sama sekali dulu, Kak. Naya dari kecil homeschooling, terus SMP juga gapunya temen dan baru ada temen di SMA."

pantas, Naja menghela napasnya.

"Kalau ada yang ngomong aneh-aneh sama lo bilang gue," ujar Naja lalu hendak keluar, tangan Naya segera menahan tangan Naja.

"Kak, Kak Naja gajadi pake Naya?"

"Iya, nanti gue pake lo kalo lo udah ngerti apa maksud di pake," balas Naja.

"Sekarang gue antar lo balik," Naya mengangguk pelan meski sebenarnya dia ingin menjelaskan pada Naja bahwa ia sudah tahu maksud dari di pake, yaitu Naya memakai hoodie milik Naja, haha. Atau Naja memakai pakaiannya?

Saat keluar kamar, pas sekali Opan, Erick, Alan dan Steven mau masuk ke kamarnya masing-masing dan melihat Naya dan Naja keluar dari dalam kamar.

"Sumpah Naja, lo demi apa anjir?" Timpal Opan seraya menutup mulutnya.

SILENTKILLER (Naja Mahatma)Kde žijí příběhy. Začni objevovat