{2} Senandika - Hongjoong

101 19 0
                                    

"Aku ikut?"

"Saya yakin kamu masih memiliki telinga yang masih cukup berfungsi, Seonghwa"

Mendengar balasan yang sedikit menjengkelkan baginya, Seonghwa menghela nafas lalu menatap Hongjoong sedikit jengkel.

"Kenapa? Bukankah kau bilang disini sudah cukup bagus? Kau juga nyaman disini. Kenapa harus pindah, lagi?"

Bukannya menjawab pertanyaan Seonghwa, Hongjoong malah balik bertanya, "Apa kau keberatan?"

"Ck. Aku tidak, tapi Hye-"

"Olivia"

"Baik, tapi olivia? Dia-"

"Maka dari itu aku memutuskan pindah agar ia tak jenuh dirumah itu terus menerus," jawab Hongjoong dengan mata yang masih terpaku pada laptop.

Ah, Seonghwa merasa jengkel jika seperti ini. Kenapa tidak membahas hal seperti ini saat Hongjoong memiliki waktu luang?

Oh, maaf, Seonghwa lupa. Waktu luang Hongjoong hanya ia gunakan untuk istirahat dan menyiksa Olivia.

"Apa gunanya jika pindah terus-menerus jika ia masih kau tahan di dalam rumah," ucap Seonghwa lalu memainkan hpnya.

"Rencananya aku akan menyekolahkan Olivia disana"

Bruk

Mendengar suara jatuh, Hongjoong hanya melirik tak peduli pada hp Seonghwa yang kini sudah tergeletak di karpet ruangannya.

"Kau yakin? Ada apa? Kau merencanakan sesuatu?"

Mendengar pertanyaan Seonghwa, Hongjoong menghela nafasnya dengan kasar sebelum sedikit membanting 2-3 kumpulan kertas ditangannya pada meja.

"Kenapa kau cerewet sekali? Tidak bisakah kau hanya menjawab ya atau tidak saja?"

"Tidak" jawab Seonghwa santai yang malah membuat Hongjoong semakin emosi

"Sialan kau park. Kembali keruanganmu. Jam 1 aku akan kesana"








"Aku harap ia tidak lupa bagaimana caranya bersosialisasi.." lirih Seonghwa saat memeriksa kertas yang Hongjoong berikan padanya. Dikertas ini banyak nama sekolah yang pastinya salah satu akan menjadi sekolah Olivia nantinya.

"Disini saja," ucap Seonghwa sembari menunjuk salah satu daftar nama sekolah.

"Beri aku alasan"

"Kampus Hyunjin dekat dengan sekolah ini. Kau bilang kau akan meminta Hyunjin bukan untuk membantunya? Ini lumayan bagus untuk-"

"Cukup kau terlalu banyak bicara," setelah berucap, Hongjoong langsung berdiri lalu menbambil map kosongnya.

"Urus semuanya. Yang terpenting, dalam 1 minggu, urusan ini sudah selesai"

"Terserah.."






Ketika Hongjoong hendak memasuki ruangannya, langkah Hongjoong terhenti ketika melihat seseorang yang berdiri di depan ruangannya. Dapat Hongjoong lihat, orang itu begitu gusar. Apa ada hal yang sangat penting?

"Bi?"

Hongjoong menepuk bahu bibi atau dalah satu maid yang bekerja dirumahnya.

"Ada apa?"

"Tuan.."

Terdengar resah, takut, dan khawatir,Hongjoong masih berpikir positif tentang apa yang akan bibi ucapkan

"Nona Hyejoo kabur"

Kecuali untuk satu hal ini









Brak

Dengan kasar Hongjoong mendobrak kasar dengan tangan kosong pintu kamar Olivia yang awalnya terkunci. Tatapan marahnya kini sudah tak bisa disembunyikan.

Saking marahnya, suara langkah Hongjoong pun kini dapat di dengar di dalam kamar tersebut. Ketika masuk, ia melihat lemari pakaian Olivia terlebih dahulu sebelum akhirnya ia menariknya kedepan hingga terjatuh.

Ternyata, sweter yang Hongjoong belikan untuknya ia bawa kabur. Tidak, bukan masalah harga sweter tersebut. Tapi, sweter tersebut bisa saja membuat Olivia sudah mati kedinginan hanya dengan baru keluar pagar rumah

"Tidak ada yang melihatnya?"

Tanya Hongjoong tanpa berbalik badan.

"Tidak, tuan.." jawab salah satu maid dibelakangnya.

Hongjoong menutup matanya erat sebelum menggenggam erat kain wol yang sempat ia ambil di bawah meja rias Olivia.

"Kau berulah lagi Olivia.."








Sebenarnya tidak cukup rumit bagi Hongjoong untuk menyari Olivia. Rumahnya bukan berada diperumahan elite ataupun apartemen.

Tapi, rumahnya berada cukup jauh dari jalan raya. Hampir membutuh kan waktu kurang lebih 10 menit dari gerbang depan untuk masuk kedalam halaman utama rumahnya. Bukan tanpa alasan, semuanya ia lakukan untuk mewanti-wanti jika Olivia kabur seperti sekarang.

Mata Hongjoong tanpa sengaja menatap siluet yang terlihat bergerak. Kepalanya ia tolehkan ke kiri. Benar, itu Olivia.

Siapa lagi perempuan yang bisa masuk daerahnya, apalagi..berjalan kaki? Gila saja.

Hongjoong menghentikan mobilnya. Matanya terus ia arahkan pada langkah Olivia yang makin lama makin terlihat pelan.

Bibir Hongjoong mengeluarkan tawa remeh saat melihat tubuh Olivia yang akhirnya terjatuh. Hiportemia? Bisa saja.

Hongjoong dengan keras menutup pintu mobilnya lalu berjalan santai menghampiri Olivia yang sepertinya masih belum menyadari keberadaanya.

Dan dugaan Hongjoong benar, bahkan dari jarak sekitar 6 meter ini, dapat Hongjoong lihat telapak tangan dan wajah Olivia yang sudah berwarna pucat pasi.

"Sudah bermainnya, manis?"

Dapat Hongjoong lihat Olivia sedikit meliriknya. Tapi bahkan tubuhnya masih tidak bisa bergerak dari posisinya.

Dengan cepat, Hongjoong menarik tangan Olivia dengan kasar. Membuat Olivia mau tak mau berdiri.

"Le-lepas.." lirih suara Olivia saat tangannya ditarik oleh Hongjoong membawanya mendekati mobil. Sayangnya gerakan kecil Olivia tidak membuat langkah Hongjoong terhenti.

Bruk

Sesampainya di mobil, Hongjoong langsung menarik tubuh Olivia untuk bersandar di mobil. Hongjoong lepas mantel tebalnya dan ia pasangkan dengan kasar dibadan Olivia yang terasa dingin.

Plak!

"Kalau aku tidak baik, sudah kupastikan aku akan merobek rajutan bajumu yang tak berguna itu lalu meninggalkanmu disini agar kau mati kedinginan Olivia hye"

Olivia hanya bisa terdiam bahkan ketika Hongjoong menamparnya. Tubuhnya sudah terlanjur mati rasa karena kedinginan sekarang

Sesaat, Hongjoong palingkan wajahnya karena ia masih kesal dengan tingkah perempuan didepannya. Tapi tak lama, Hongjoong kembali menatap Olivia yang kini sudah tersungkur di tanah karena pingsan.

Dengan pelan, Hongjoong letakkan tubuh Olivia di dalam mobil. Setelahnya, ia tatap wajah sendu Olivia sebelum memijat dahinya.

"Apa yang kau pikirkan sebenarnya Olivia?"

Crescent - Loona Ateez Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang