{1} Senandika - Olivia

143 26 2
                                    

Sehabis pulang dari rumah tuan besar. Hyejoo langsung pergi arah dapur. Sepertinya.. teh cukup baik untuk memperbaiki suasana hati yang kacau yang dirasakan ayah ibunya.

"Hyejoo?"

Kegiatan Hyejoo saat menaruh teh yang ia buat, sejenak terhenti. Kepalanya sontak menoleh kebelakang, mendapati ayahnya menatapnya teduh penuh kasih sayang. Hyejoo tersenyun samar.

"Iya, yah?"

"Jangan dengerin apa yang tadi kamu dengar di sana, ya?"

Hyejoo terdiam sebentar. Mau tidak didengar pun, rasa-rasanya mustahil. Bahkan ucapan pemuda tadi dengan seenaknya masuk memenuhi isi kepala Hyejoo.

"Ayah.."

"Ayah yang bakal lunasin semua hutang ayah dan ibu. Kamu cukup sekolah yang benar dan rajin, ya?" Ujar ayahnya sembari mengelus rambut putrinya sayang.

"Iya. Hyejoo.. bakal jadi anak yang kayak ibu ayah mau," jawab Hyejoo membuat ayahnya tersenyum simpul.

"Eh? Ayah mau kemana?" Tanya balik Hyejoo saat baru menyadari pakaian yang ayahnya kenakan.

"Ayah mau nyari kerja tambahan. Kamu sama ibu dirumah aja, ya? Ayah pamit."

Hyejoo menatap punggung ayahnya sendu. Perlahan kakinya ikut melangkah mengikuti ayahnya untuk sekedar mengantarnya pergi.

Disaat ayahnya sudah pergi, Hyejoo kembali ke dapur. Menatap 3 cangkir teh buatannya yang masih mengepulkan asap. Sepertinya.. dia dan ibunya saja yang akan minum teh ini. Satu gelas sisanya, ia akan masukan ke dalam kulkas.

"Hyejoo?"

"Iya, bu?"

Lagi-lagi Hyejoo cukup bingung dengan tampilan orang tuanya, setelah ayahnya tadi, kini ibunya-

"Ibu mau nyoba lamar kerjaan. Kamu jaga rumah ya, sayang?"

Hyejoo yang mendengar hanya menatap ibunya bingung.

"Kenapa.. gak Hyejoo aja bu yang nyari?" Tapi, pertanyaan Hyejoo hanya dianggap candaan ringan oleh ibunya, membuat perempuan itu tertawa kecil lalu mengelus rambut putrinya.

"Kamu pikir, ibu tega? Udah.. kamu jaga rumah aja. Ibu berangkat, ya?"

"I-ibu.." panggil lirih Hyejoo ketika ibunya malah meninggalkannya sebelum Hyejoo kembali berbicara.

Setelahnya, Hyejoo hanya bisa mendengus. Dia sebenarnya cukup khawatir dengan kondisi ayah ibunya. Gaji mereka memang tidak seberapa, apa lagi jika dibandingkan hutang mereka. Bahkan, mungkin gaji ayah ibunya selama 1 tahun pun tak bisa melunasi hutangnya.

Akhirnya, Hyejoo pergi ke ruang tengah di rumah sederhana ini lalu menghela nafas. Niat ayah ibunya yang ingin membantu adik ayah, malah mendapat petaka. Mereka dijebak..

"Jika kau tahu bagaimana cara berterimakasih pada orang tuamu, pasti kau tau apa yang harus kau lakukan"

Mengingat hal itu kembali membuat Hyejoo meringis. Jujur saja, kata-katanya sedikit melukai perasaannya.

Apa memangnya yang harus ia lakukan? Kenapa ia jadi sok tau begitu kalau bahkan orang tuanya saja hanya memintanya diam dirumah lalu belajar dengan baik?



Malam harinya, Hyejoo masih tetap menunggu kepulangan ayah ibunya dengan sabar. Kini, di tangannya ada buku pelajaran yang ia pangku.

"Ayah ibu dimana?" Lirih Hyejoo saat mengetahui larutnya malam pun tak membuat orang tuanya pulang.

Hyejoo mengembungkan pipinya. Menunggu 5-15 menit lagi tak apa.

"Hyejoo!"

Merasa di panggil, Hyejoo langsung mendongakkan kepalanya. Menatap seorang ibu-ibu yang berlari ke arah rumahnya. Melihat itu, Hyejoo juga mendekat pada ibu tersebut.

"Iya?"

"Ayah ibu, kamu!"

Hyejoo terhenyak sesaat, "ayah ibu aku.. kenapa?"

"Kecelakaan"








Kaki Hyejoo tak berhenti bergerak saat ayah ibunya masih di dalam ruang operasi. Kepalanya ia tangkup menggunakan kedua tangannya. Lalu, isakan kecil perlahan terdengar.

Ah, kenapa hari ini sulit, sekali?

Biaya operasi.. pasti mahal. Hyejoo harus bagaimana?

"Hye-Hyejoo harus gimana.."

Sampai 5 menit kemudian, Hyejoo perlahan mengingat sesuatu.

Keluarga yang tadi ia temui, yang ayah dan ibunya hutangi. Hyejoo harus kesana!

Kata pemuda itu juga Hyejoo harusnya tau bukan apa yang dia lakukan sebagai bentuk terimakasih? Hyejoo akan bertanya secara langsung pada pemuda itu.







"Ayah ibu kamu kecelakaan?!"

Hyejoo pikir, ia akan ditolak mentah-mentah oleh keluarga ini. Tapi tidak, bahkan perempuan yang tadi pagi terlibat kesal akan jawaban ibunya, kini terpekik kaget. Sontak perempuan itu langsung masuk ke kamarnya guna mengganti pakaiannya.

"Kamu tunggu sebentar, ya? Saya ganti baju dulu"
Hyejoo hanya mengangguk. Ada rasa senang saat nyonya besar tadi begitu panik mendengar kabar mengejutkan.

"Kamu.."

Hyejoo yang mendengar suara tersebut spontak menoleh kebelakang lalu berdiri. Badannya ia bungkukkan, lalu kembali menatap pemuda itu yang sedang menatapnya jengah.

"Kamu sudah tau apa yang harus kamu lakukan?"

Mendengar jawaban itu, Hyejoo terdiam. Lalu kepalanya ia gelengkan perlahan, membuat lawan bicaranya tertawa kecil dengan remeh.

"Lalu buat apa kamu kesini? Mau minta uang, lagi?" Tanyanya sarkas. Kali ini hati Hyejoo kembali terasa tersinggung.

"Bukan.. mak-maksudku iya. Tapi.. aku juga mau bertanya. Apa.. yang harus aku lakulan sebagai cara berterimakasih pada orang tuaku? Sama.. seperti yang kau ucapkan tadi."

Mendengar itu Hongjoong- pemuda tadi tersenyum.

"Cukup ikut dengan saya lalu menaati apa yang saya katakan. Saya bisa pastikan hutang kamu kekeluarga saya lunas saat itu juga,"

Mendengat itu Hyejoo stersentak. Menaati apa yang pemuda itu katakan?

Mungkin ini tidak terlalu sulit.

"Bahkan, kalau kamu butuh uang saya bisa beri secara percuma, bagaimana?"








"Baik, saya mau"






Maaf Hyejoo, tapi mulai dari sini penderitaan yang akan menemanimu.

Crescent - Loona Ateez Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz