[13] Obsesi ⚠

Începe de la început
                                    

"Renjun," ucap papanya menegaskan.

Zahra memilih menganggukan kepalanya. Sedetik setelahnya terdengar helaan tipis dari sang ayah.

"Papa tau dari Jeno?"

Hanya pria itu yang ada dipikiran Zahra. Siapa lagi pria yang dekat dengan sang papa selain Jeno Razka. Semenjak pria itu menyatakan perasaannya sekaligus mengancam dirinya.

Jeno mulai mendekati keluarga Zahra terutama papanya, karena perusahaan Papa Zahra memiliki kerjasama dengan perusahaan milik Jeno.

Iya benar, Jeno memiliki perusahaan sendiri semenjak Papanya harus pindah mengurus perusahaan yang ada di London.

"Kenapa kamu gak sama Jeno?"

Zahra lelah dengan pertanyaan memuakkan itu lagi. Semenjak Jeno dekat dengan keluarganya. Lelaki itu seakan meracuni otak kedua orang tuanya itu.

"Maaf, tapi papa gak tau Jeno sebenarnya kayak apa."

"Jelas papa tau. Dia itu rajin, kerja keras, mapan, lagipula kalau kamu sama dia kamu gak akan pernah kesusahan. Karena kamu harus ingat. Setelah kamu lulus papa gak bisa dengan entengnya kasih jabatan buat kamu di perusahaan papa, maupun di rumah sakit papa. Papa gak mau kamu seenaknya manfaatin kedudukan Papa sebagai CEO."

Apa papanya ini lupa? Lupa jika pacarnya, lebih tepatnya Renjun. Remaja terkaya ketiga setelah Zhong Chenle dan Zhong Lucas. Jangan lupakan pria itu juga memiliki perusahaan terbesar di Dubai.

Kenapa dia harus bersama Jeno yang bahkan kekayaannya di bawah Renjun. Bukannya Zahra matre, tapi itu kenyataan.

Kalian juga tidak bisa menolak, bukan?

Maaf sebelumnya, gadis itu tidak akan sudi memanfaatkan kedudukan papanya sebagai CEO. Jikalau papanya mau memberinya jabatan, akan ia terima, tapi jika tidak ya sudah, ia akan mencari dan berusaha mendapatkan jabatan itu sendiri. Tak perlu mengemis didepan papanya itu.

"Udah ya pa, besok aja diomongin lagi. Zahra ada tugas. Permisi."

Baru saja kaki Zahra menapaki anak tangga pertama. Suara papanya membuat emosi gadis itu memuncak. Muak dengan semua ucapan papanya itu.

"Memang cuma kakakmu yang bisa dibanggakan. Permintaan papa aja gak pernah kamu patuhi, buat apa kamu papa sekolahin, kalau kamu aja gak ngehargain papa!"

Nafas gadis itu memburu. Ingin marah tapi percuma, yang ada nanti papanya akan melontarkan cercaan untuk dirinya. Cercaan yang selalu saja diikuti dengan pujian bagi sang kakak.

Kakaknya yang selalu sempurna dimata papanya.

Kakaknya yang selalu menjadi kebanggaan tersendiri bagi kedua orang tua mereka.

Bahkan saat dirinya mendapatkan prestasi. Kedua orang tuanya masih saja membandingkan dirinya dengan sang kakak. Dirinya dianggap hanya sebelah mata.

"Iya emang Kak Dery yang paling sempurna dimata papa. Makasih udah ngingetin itu."

"Tau gitu, papa gak akan mau punya anak perempuan."

Langkah Zahra membawanya masuk ke dalam kamar. Dengan dirinya yang berusaha menahan air yang keluar dari matanya.

Mungkin selama ini kalian pikir keluarga Zahra harmonis?

Mask | Jeno ✔️Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum