BAB 7

26 8 0
                                    

Dari sekian banyak cara terciptanya rasa sakit, yang paling sering terjadi adalah menciptakan rasa sakit untuk diri sendiri. Kita sering menutup mata tentang sebuah rasa sakit yang tercipta bahwa kitalah peran penting di dalamnya.

Tetapi ini perihal hati. Kita lupa bahwa hati sering bertindak sesukanya. Ia jatuh terlalu dalam sampai lupa untuk kembali. Siapa yang bisa menyalahkan hati jika sedang patah? Tidak ada. Hati itu sulit untuk disalahkan. Yang salah justru mereka yang memiliki hati. Mengapa harus memiliki hati yang mudah rapuh?

Siena sering diberikan pertanyaan serupa. Bukan dari orang lain tetapi dirinya sendiri. Ia selalu bertanya-tanya, mengapa ia tidak bisa memiliki hati yang keras seperti yang lainnya? Hati yang tidak mudah jatuh cinta. Hati yang sulit terluka. Mengapa harus dirinya yang paling sering terluka sedangkan sebagian orang yang suka menyakitinya malah baik-baik saja.

Seribu pertanyaan mengapa yang berkeliaran di kepalanya selalu tak mendapat jawaban. Selama dua puluh lima tahun kehidupannya, Siena lupa kapan terakhir kali ia merasa bahagia. Bahkan di hari pernikahannya setahun lalu pun Siena sama sekali tidak yakin bahwa ia bahagia.

Benar kata orang. Lebih baik dicintai daripada mencintai. Tetapi Siena berpikir lebih baik mencintai daripada dicintai. Karena ia bisa bebas mencintai dengan cara apa saja tanpa perlu takut. Soal dicintai kembali itu hak setiap orang dan Siena tidak punya hak untuk itu. Tetapi ia lupa bahwa sekalinya ia mencintai seseorang yang tidak bisa mencintainya, ia harus siap untuk terluka.

Satu per satu orang-orang terdekatnya berhasil meraih kebahagiaan mereka yang sempurna. Sementara Siena masih tetap berada pada kubangan pekat yang ia gali sendiri. Kehidupannya yang sempurna sirna sejak pertama kali ia berdiri di altar gereja dengan gaun pengantin paling cantik. Siena terlalu naif saat itu. Ia percaya bahwa segalanya dapat dicapai jika seseorang mau berjuang dan berusaha.

Saat itu ia berpikir posisi apa pun itu, jika ia mau berusaha dan berjuang, semuanya bisa dicapai. Tapi saat ini ia sadar bahwa ada beberapa posisi di dunia ini yang tidak dapat dicapai atau diraih hanya dengan berusaha dan berjuang.

Siena menghela napas dan menegakkan duduknya. Rasanya ia akan mati karena sesak napas jika terus duduk membungkuk. Ponselnya masih menyala dan Siena menolak menyentuh benda itu. Tidak setelah perasaannya sedikit membaik.

"Siena!"

Teriakkan dari pintu kafetaria membuat Siena segera meraih ponselnya dan memasukkannya ke saku jas. Ia melambai pada Fira ketika wanita itu berjalan ke arahnya dengan terburu-buru.

"Lo udah baca berita?"

Siena mengangguk. Ia berusaha tersenyum walau rasanya sakit sekali. Perasaan sesak yang sempat hilang perlahan mulai muncul.

"Kalau dia pulang, lo harus ajukan perceraian. Gak boleh tunda-tunda lagi. Ini udah keterlaluan, Sen." Rasanya Fira ingin menjambak temannya ini agar Siena sadar bahwa ia terlalu lama bertahan dalam rasa sakit.

"Gue bisa atasin ini semua, Fir," ujar Siena pelan. Sesak di hatinya seperti ikut menguras habis tenaganya hingga bersuara pun rasanya susah.

Fira berdecak. "Terserah, deh." Lalu mengambil duduk di hadapan Siena. Mendebati Siena pun akan sia-sia.

Sementara Siena, ia mengeluarkan ponselnya dan membaca sekali lagi berita yang terpampang di sana.

Makan Malam Romantis di Balkon Hotel Megano, Jessica Herman Tampak Sangat Bahagia Duduk di Hadapan Daffa Anderson, Tunangannya

Siena menghela napas. Ia tersenyum, pada dirinya sendiri tentu saja, lalu memasukkan lagi benda pipih tersebut ke saku jasnya.

Siena bangga pada dirinya sendiri, setidaknya ia masih kuat bertahan hingga saat ini.

Hidden MarriageDove le storie prendono vita. Scoprilo ora