²🐇dimanakah keluarga?

Start from the beginning
                                    

°°°

Makan malam telah tersedia, Shiro menunggu beberapa saat untuk kehadiran anggota keluarga yang lain malam itu.

Namun kemudian salah seorang Maid menyarankannya untuk menyantap dulu saja makan malam kala itu, karena bisa dipastikan Masaomi pulang larut karena lembur atau urusan lainnya.

"Bagaimana dengan Nii-san? Dia sudah pulang kan..?"

Lagi-lagi Maid itu tersenyum dan berkata, "Tuan Muda sedang belajar di kamarnya, kami pikir ia tak akan suka jika diganggu."

"Hm.. kalau begitu apa dia sudah makan malam?" Tanya Shiro lagi. Menanyakan semua tentang Ayah dan Kakaknya bagai rutinitas dalam hari-harinya. Dan dia sendiri tak keberatan melakukannya.

"Saya ingat lagi belum. Apa Nona mau membawakannya? Tuan Muda pasti akan sangat senang." Usul Maid itu, dan disusul anggukan setuju dari Shiro. Ia melangkah kecil mengikuti Maid itu, dan membawakan nampan penuh berisi makanan dan segelas minuman.

Gawat kalau sampai jatuh, tapi Shiro sudah cukup terlatih dalam membawa barang seperti itu dengan keseimbangan yang akurat. Ia tidak mengetuk pintu, karena tangannya penuh dengan berat nampan itu sendiri. Dengan suaranya yang menggemaskan ia memanggil kakaknya.

"Nii-san, boleh aku masuk?"

"(Name) membawakan makan malam untuk Nii-san." Ucapnya lagi, dengan volume sedikit dinaikkan. Ada suara dua benda yang saling bergesekan, beberapa detik kemudian pintu terbuka dengan sendirinya. Meskipun mansion terdengar agak kuno dan mewah, tetap saja tempat tinggal Keluarga Akashi dibaluti teknologi canggih yang modern.

Shiro masuk dan celingukan disana. Kamar kakaknya tentu lebih luas dibanding miliknya, dan ia memaklumi hal itu. Ia mendapati kakaknya sedang berkutat pada sebuah ensiklopedia dan beberapa tumpuk buku di meja belajarnya. Dengan senyum merekah, Shiro mendekati meja kakaknya.

"Nii-san, ini makan malammu." Shiro mendongak dan memajukan nampannya sedikit lebih dekat kearah Seijuro. Dengan sedikit lirikan mampu membuat Seijuro melihat jelas keberadaan adik perempuan disampingnya.

"Dimana para Maid itu? Apa mereka memperbudakmu?" melihat (Name) lah yang membawakan makan malam untuknya, terbesit di pikiran betapa tak becusnya para pelayan itu.

"Aku.. yang meminta untuk membawakannya, kok." (Name) menatap Seijūro takut-takut.

《Akashi Seijūro, 14 y.o》


"Terimakasih." Seijūro mengambil nampan itu, menaruhnya di bagian meja yang kosong dan kembali memfokuskan diri pada buku yang dibacanya.

"Onii-san tidak memakannya?"

"Nanti saja, aku masih belajar." Tutur Seijūro, bola matanya bergerak mengikuti susunan kalimat dalam buku.

"Nii-san kan sudah menghafal seluruh isi buku itu," timpal Shiro, sedikit merasa heran kenapa kakaknya mempelajari hal yang sudah pasti diingatnya. Dirinya tahu betul kecerdasan kakaknya melimpah ruah.

"Baiklah aku akan makan." Seijūro sedikit terkekeh dan tersenyum tipis pada adiknya. Mereka tidak pernah dekat sebagai saudara, karena keterbatasan waktu yang mereka miliki.

'Kau sudah makan malam?'

'Hm belum ya..'

'Kalau begitu ayo makan bersama.'

Kata ajakan yang sangat ingin Shiro dengar dari kakaknya. Matanya menatap sendu kakaknya yang mulai melahap makanan yang dibawakannya. Ada sedikit rasa cemburu pada temannya yang memiliki keluarga harmonis. Shiro paham akan ada perselisihan antar anggota keluarga, tapi pada akhirnya tetap akan akur.

Seijūro menyadari tingkah adiknya yang sedikit gugup dan canggung terhadapnya. Ia bisa memakluminya, sebab perlakuan Seijūro pada Shiro juga tidak bisa dibilang baik juga.

"Kau baik-baik saja?" mengucapkan kata itu saja agak sulit bagi Seijūro, terasa banyak kendala dalam tenggorokannya yang mencegah kalimat itu meluncur keluar. Hanya kalimat itu yang biasa ia gunakan untuk membuka obrolan, meskipun setelahnya keheningan akan melanda.

"Aku saaangat baik-baik saja!" jawab Shiro dengan ceria, memaksakan lengkungan senyuman terpatri elok di wajahnya. Seijūro mengangguk, dan menyumpit makanannya lagi.

Kadang ketika Seijūro menanyakan keadaan Shiro, ia ingin, Seijūro menatap matanya intens dan memeluknya erat. Serta berkata, 'aku tau kamu tidak baik-baik saja.'

Lagi-lagi delusi yang mustahil terwujud.

Biasanya Seijūro menolak kehadiran Shiro, dengan mengacuhkan atau mengkritiknya. Tapi mengingat dirinya memiliki garis hidup dan nasib yang sama dengan Shiro membuatnya kembali memikirkan baik-baik sikapnya itu.

Shiro memutuskan berlari keluar dari kamar Seijuro dan kembali ke ruang makan, lalu beberapa saat kemudian terlelap di karpet berbulu di kamarnya sendiri. Seijūro kembali terkekeh melihat adik perempuan yang baginya begitu menggemaskan. Selama ini yang ada di pikirannya hanya ada pendidikan, masa depan, dan basket.

Lantas dimanakah kata keluarga?

°
°
°

*Bad day oleh Daniel Powter

Aku udah seneng banget
kalau kalian menikmati ceritanya ^^~
-nana

-ˋˏ [KnB] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳A.seijuro [✔]Where stories live. Discover now