01

87 7 10
                                    

"I don't need a million friends. Because all that matter is having a real one."

Adara Fredella W

***

"Mohon bantuannya, teman-teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mohon bantuannya, teman-teman." Cowok itu tersenyum manis sambil membungkukkan badannya sedikit. Membuat seisi ruangan gaduh oleh suara tepuk tangan dan sorak-sorai yang didominasi oleh suara anak-anak perempuan.

"Baik, Arjuna. Kamu boleh duduk. Di sana masih ada satu tempat kosong." Suara dari seorang wanita dewasa, yang adalah seorang guru, mempersilahkan Juna untuk mengambil tempat duduk.

Juna berjalan ke belakang kelas diiringi oleh sorak-sorai beberapa siswi yang dilewatinya, sembari menawarinya tempat duduk. Bahkan ada beberapa siswi yang tega mendorong teman sebangkunya agar kursi di sampingnya kosong. Tetapi Juna menolak mereka dengan halus.

Jangan heran kenapa banyak siswi yang memuja Juna di hari pertamanya menginjakkan kaki di SMA Pelita Bangsa ini. Bukan hanya karena parasnya yang elok dan rupawan sehingga ia bisa dengan mudah menggaet hati para kaum hawa. Namun juga karena Juna ini bukan siswa biasa.
Sejak awal diumumkan bahwa Juna akan bersekolah di SMA Pelita Bangsa seminggu yang lalu, seisi kota Jakarta langsung gempar. Sampai-sampai ada beberapa siswi yang memutuskan untuk pindah ke sekolah ini demi bisa melihat seorang Arjuna setiap hari.

Siapa yang tidak kenal dengan seorang Arjuna Gasendra Naratama di zaman sekarang ini? Namanya sangat populer di dunia tarik suara.
Ayahnya, Cakra Naratama, founder dan CEO dari Nara Entertainment, memutuskan untuk memasukkan putra semata wayangnya ke sekolah umum setelah 5 tahun belakangan mengikuti homeschooling. Alasannya, supaya Juna bisa memiliki banyak teman dari berbagai kalangan, dan Juna juga bisa belajar untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. Apalagi ini tahun terakhirnya di SMA sebelum tahun depan ia akan pergi kuliah.

Agak terlambat memang. Tapi menurut Cakra tidak ada kata terlambat selagi masih ada kesempatan. Wendy, sang ibu, juga menyetujui keputusan suaminya itu. Juna pun juga kelihatannya tidak keberatan. Bahkan rasanya, untuk tipe orang seperti Juna ini, tidak akan sulit baginya untuk mendapatkan teman baru.

Juna terus berjalan ke belakang kelas sebelum akhirnya ia berhenti di kursi paling belakang yang belum ditempati, tepat di samping Elvan, dan di belakang Remy. Spontan Remy membalikkan badannya dan mengangkat tangannya ke atas, tanda ingin memberikan high-five kepada Juna yang baru saja meletakkan tasnya di atas kursi.

"Hai, bro! Salam kenal." Juna membalas high-five Remy sambil memperhatikan name tag yang tersemat di bagian kiri atas seragam anak itu sambil tersenyum lebar.

AdolescenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang