Chapter 39

2.5K 208 66
                                    

Riana on mulmed!
Jangan lupa vote sblm membaca. Happy reading💕

***

Elora menatap kosong kepulan asap pada kopi yang baru saja diantar oleh seorang barista. Duduk pada bangku yang terdapat di sudut kedai kopi yang sengaja ia jadikan tempat untuk ngobrol bersama Riana. Pagi tadi Elora benar-benar datang ke DGA tanpa sepengetahuan siapapun. Riana tampak syok karena Elora tidak bisa memasang tampang santai lagi ketika berhadapan dengan perempuan itu.

Alhasil. Riana menyetujui ajakan bicara empat mata Elora dengan syarat Elora harus bersedia menunggunya hingga jam makan siang tiba karena Riana banyak pekerjaan akibat Edward yang belum bisa masuk kerja hari ini.

Dan Elora sudah menunggu selama hampir dua puluh menit namun Riana tidak memperlihatkan batang hidungnya juga. Menghela napas panjang, Elora mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir kopi miliknya kemudian menyeruput sedikit isinya.

"Sudah lama menunggu, Dokter Elora?" Tanya seseorang tiba-tiba, nyaris membuat Elora menyemburkan kopi panasnya karena terkejut. Riana datang dan segera mendudukan dirinya pada bangku kosong di depan Elora.

"Lumayan." Balas Elora sembari meletakan kembali cangkir kopinya di tempat semula.

"Maaf. Pekerjaanku baru saja selesai."

"Tidak apa-apa. Kau ingin memesan sesuatu?"

Riana mengangguk kemudian menjentikan jarinya ke arah barista yang baru usai mengantar minuman di meja seberang. Riana memesan satu ice cappucino sebelum barista itu melenggang pergi.

"Udara sangat panas maka dari itu aku memesan minuman dingin." Ucap Riana yang entah mengapa terdengar seperti sebuah sindiran di telinga Elora. "Well, apa yang membuat kita berada disini sebenarnya, Dok?

"Edward."

"Apa terjadi sesuatu lagi pada Pak Edward?" Tanya Riana serius. Elora mengerutkan dahi meneliti ekspresi wajah Riana yang mendadak tegang ketika Elora mengucapkan nama Edward. Setidaknya ilmu Micro Expresion (membaca mimik wajah) yang ia pelajari semasa kuliah sangat berfungsi untuk situasi ini.

"Seharusnya aku yang bertanya, apakah kau mengetahui apa yang terjadi pada Edward sebenarnya?"

"Maksudmu?"

"Kau mengerti maksudku, Riana."

"Aku hanya mendengar jika Pak Edward mengalami overdosis dari beberapa karyawan kantor hari ini. Untuk Pak Edward sendiri, dia hanya mengatakan jika sedang tidak enak badan dan tidak bisa masuk kantor. Maka dari itu aku harus siap menangani beberapa pekerjaannya hari ini."

"Kau tau apa yang membuat Edward overdosis?"

Riana diam. Keninganya mengerut pelan. Pandangan matanya melirik ke sekitar, dimana Elora bisa mengartikan jika saat ini Riana sedang gugup dan bingung.

"Aku tidak tau. Aku hanya mendengar isu saja."

"Bukankah kemarin kau ada di TKP?"

"Ya. Aku ada. Tapi Nona Pamela yang menanganinya bukan aku." Riana menghusap matanya dengan telunjuk. Itu bahasa tubuh yang bisa Elora baca jika saat ini Riana sedang mencoba untuk menutupi sesuatu. "Mengapa kau bertanya seperti ini padaku?"

"Kau pernah meminum opioid?" Tanya Elora tanpa mengindahkan pertanyaan Riana. Ia kembali teringat pada kejadian dimana Riana menaburkan bubuk opioid ke dalam minuman Edward. Untung saat itu Riana tertangkap basah oleh Elora. Dan kemungkinan terburuk yang ada di pikiran Elora adalah Riana yang mungkin beberapa kali sudah berhasil membuat Edward meminum ramuannya.

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang