Chapter 31

4.2K 292 127
                                    

Warning : adegan 18+, tolong bijak dalam membaca, yang masih dibawah umur bisa diskip aja hehe

Kali ini bener-bener long chapter, jd plis VOTE dulu sblm membaca ya hargai author hehe happy reading💕

***

Doris Global Accentrum, 08.10 A.M.

Di dalam ruang kerja pribadinya, Edward melamun sembari menatap dokumen yang ada di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam ruang kerja pribadinya, Edward melamun sembari menatap dokumen yang ada di tangannya. Dia tidak sedang membacanya, pikirannya berkelana kemana-mana. Satu bebannya sudah hilang, Helena sudah keluar dari rumah sakit sejak kemarin siang. Tapi masih ada banyak beban pikiran lainnya yang mengganggu Edward. Terutama mengenai Elora. Gadis yang sampai saat ini enggan untuk bertemu dengannya.

Tanpa pikir panjang, Edward menggerakan penanya di atas kertas guna menandatangani proposal yang sudah Ramon berikan kepadanya beberapa hari yang lalu. Dan tatapannya beralih pada dokumen kedua. Itu adalah sebuah perjanjian tertulis yang dikirimkan Millers Groups untuknya pagi tadi. Dimana isinya adalah penyerahan saham lima persen untuk proyek baru mereka yang akan mengatas namakan Millers Group. Edward memijat pelipisnya pelan. Ini namanya Ramon sedang mengambil kesempatan di dalam kesempitan.

"Brengsek!"

Lagi-lagi Edward mengumpat. Entah sudah yang ke berapa kali ruangan ini menjadi saksi kemarahan Edward yang tertahan. Lantas, wajah Elora pada malam itu terbayang di kepala Edward. Dia menyesal sembari menatap tangannya sendiri. Tangan yang hampir membunuh gadis yang sangat dia cintai. Semua karena dirinya yang tidak bisa mengontrol diri. Dirinya memang bajingan.

Dengan segenap ego yang ia kesampingkan demi hubungan baiknya dengan Elora, akhirnya Edward memutuskan untuk menandatangani perjanjian tersebut. Kehilangan lima persen saham bukanlah apa-apa bagi Edward. Terlebih lagi, kesuksesan DGA masih dua tingkat diatas Millers Group. Dibalik emosinya, Edward tersenyum membayangkan Elora yang akan memaafkannya. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Hanya Elora yang mampu membuatnya selemah ini.

"We will be fine, El." gumam Edward dengan senyum ragu-ragunya. Lantas dia mengambil telpon kantor untuk menghubungi Riana. Di dering pertama, Riana dengan sigap mengangkatnya. "Riana, datang ke ruanganku sekarang!"

"Baik, Pak."

Setelah menutup telpon, Edward kembali menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya. Semoga keputusan ini tidak akan membawa petaka bagi dirinya sendiri. Suara ketukan pintu ruangan langsung terdengar, Edward berteriak meminta Riana untuk masuk. Gadis itu berjalan masuk sambil tersenyum ramah seperti biasanya.

"Selamat pagi, Pak. Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Aku sudah menandatangani dua dokumen dari Millers Group. Kau bisa kirim kepada mereka hari ini juga." Edward mendorong dua tumpuk berkas itu kepada Riana. "Satu lagi! Tolong sambungkan telponku kepada Millers Group karena aku ingin membicarakan hal penting dengan Ramon."

THE DEPRESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang